Perjuangan Nani Cari Keadilan Usai Sang Tulang Punggung Keluarga Tiada

Perjuangan Nani Cari Keadilan Usai Sang Tulang Punggung Keluarga Tiada

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 28 Jan 2025 12:30 WIB
Nani dan Aman, di pusara Cepi
Nani dan Aman, di pusara Cepi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Dengan langkah tertatih, Nani (46) berjalan menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kampung Tegal, Desa Cibodas, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Diiringi oleh suaminya, Aman (58), yang setia menopang langkahnya, kedua pasang mata itu menatap nanar ke arah makam putra ketiga mereka, Cepi yang telah berpulang sembilan bulan lalu.

Cepi, yang dikenal sebagai tulang punggung keluarga, menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit setelah terlibat dalam kecelakaan mengerikan di Jalan Siliwangi, Palabuhanratu. Sebuah truk ekspedisi besar kehilangan kendali dan menabrak kerumunan warga, termasuk Cepi yang saat itu tengah beraktivitas di lokasi.

"Peristiwa itu terjadi sembilan bulan yang lalu, namun kenangannya masih membekas di pikiran saya. Saya masih merasakan sesak di dada yang sama, seperti saat pertama kali mendengar kabar duka tersebut," ungkap Nani dalam bahasa Sunda yang kemudian diterjemahkan oleh detikJabar, Selasa (28/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baru-baru ini, Nani mendapat kabar bahwa sopir yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang merenggut nyawa putranya itu telah dihukum tiga tahun penjara. Sesuai SIPP (Sistem Informasi Penelusuran Perkara) vonis sendiri dibacakan majelis hakim pada 26 September 2024, sebuah keputusan yang ia terima dengan hati yang lapang.

"Sopir itu sudah sepuh, dan saya mengerti bahwa kecelakaan itu bukan sesuatu yang diinginkan oleh siapapun," katanya dengan nada yang dilematis.

ADVERTISEMENT

Di TPU, makam Cepi masih seperti semula ketika dimakamkan 9 bulan lalu, sederhana dengan nisan kayu. Nani berlutut, mengusap dadanya, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil sesenggukan. Doa lirih terdengar dari bibirnya, memohon kedamaian bagi putra kesayangan.

Aman, sebagai ayah sambung Cepi, turut merasakan kehilangan yang mendalam, ia menepuk pelan bahu istrinya berusaha menenangkan. Nani kembali menceritakan kebiasaan baik putranya.

"Anak saya itu kalau ada rezeki, dia ada pekerjaan misalkan dapat uang Rp 200 ribu, dia pasti bagi dua, mau dapat berapa juga pasti dibagi dua dengan ibunya. Katanya ma, ema buat beli beras kalau kurang minta lagi aja," tuturnya menirukan ucapan sang anak, nada suaranya terisak.

Kehilangan Cepi tidak hanya menyisakan duka, tetapi juga menggoyahkan kestabilan ekonomi keluarga. Nani mengungkapkan kekecewaannya terhadap perusahaan ekspedisi pemilik truk yang gagal menunjukkan empati dan mengabaikan janji yang telah dibuat.

"Mereka hanya datang sekali, melihat kondisi kami, lalu berjanji akan kembali lagi, tapi sampai sekarang tidak ada kabar," tuturnya.

"Pengurusan di rumah sakit sampai jasad anak saya datang ke rumah tidak ada peranan perusahaan pemilik truk untuk menunjukan empati mereka. Semuanya dibantu pihak KNPI dan HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) karena anak saya anggota HNSI, kemudian dibantu juga Pak Kades Uwok (Kades Cibodas)," sambung Nani.

Nani kini berharap untuk keadilan dan pengakuan lebih atas kehilangan yang mereka alami, sebuah harapan yang dia simpan dalam setiap doa dan air mata di makam putra kesayangannya. Nani berharap banyak, karena pihak HNSI tengah mencari keadilan untuknya.

"Alhamdulillah, Pak Dede Ola (Ketua HNSI) mau membantu katanya mau mengambil langkah hukum. Mencari keadilan untuk anak saya kata apa ya perdata begitu, ada pengacara juga" lirihnya.

Nani melangkah pulang, langkahnya pelan digandeng sang suami. Harapannya panjang, mengenang bayang-bayang cita sang putra semasa hidup dahulu. Ingin membahagiakan dan menemaninya, meskipun akhirnya takdir berkata lain.

Dilihat detikJabar dalam detil perkara perdata SIPP, Nani sebagai penggugat 1 dibantu HNSI melalui pengacaranya mengajukan gugatan kompensasi sejumlah Rp1 miliar, sebagai bentuk ganti rugi atas kehilangan anak tercintanya dalam tragedi yang terjadi. Meskipun tidak ada nilai yang dapat sepenuhnya menggantikan kehilangan nyawa, jumlah ini dimaksudkan untuk memenuhi rasa keadilan bagi Nani yang mengalami kerugian tak terkira akibat tragedi tersebut.

Masih dari SIPP, gugatan ini mencerminkan besarnya dampak emosional dan psikologis yang dialami oleh keluarga, serta bertujuan untuk memberikan dukungan finansial guna mengatasi beban yang timbul dari tragedi tersebut.

"Betul kami dari HNSI bersama teman-teman pengacara tergerak membantu pihak-pihak yang merasa dirugikan dari kejadian kecelakaan tersebut. Semua korban, dalam kecelakaan itu adalah anggota HNSI sekaligus anggota KNPI," kata Dede Ola, ketua HNSI Kabupaten Sukabumi saat dikonfirmasi detikJabar.

"Pada dasarnya kami tidak menginginkan permasalahan sampai ke persidangan, namun pada saat itu karena kurang persuasif, tidak kooperatif, kurang perhatian, terkesan mengabaikan terhadap kecelakaan ini terutama pihak perusahaan akhirnya kami bawa masalah ini ke persidangan secara perdata," jelas Dede Ola menambahkan.

Dede Ola juga menyebut ada pengabaian yang dirasakan para korban dari perusahaan ekspedisi pemilik kendaraan truk yang menyebabkan kecelakaan.

"Karena dari pihak korban karena ada yang meninggal dunia, luka-luka termasuk kendaraan dan materi lainnya merasa ini ada pengabaian dari pihak perusahaan," imbuhnya.

Sekadar diketahui, peristiwa kecelakaan itu itu terjadi sekitar pukul 02.45 WIB, Selasa (30/4/2024). Saat kejadian, Cepi baru saja selesai memasang baliho Hari Nelayan bersama teman-temannya.

Kasat Lantas Polres Sukabumi yang saat itu dijabat oeh AKP Fiekry Adi Perdana menceritakan detil kejadian tersebut. Saat kejadian, diduga sopir truk ekspedisi dalam keadaan mengantuk.

"Kecelakaan lalu lintas tersebut bermula ketika Kendaraan Hino Blind dengan nomor polisi B 9750 UXT yang dikemudikan oleh Sugianto melaju dari arah Palabuhanratu menuju Citepus. Sesampainya di tempat kejadian perkara, sewaktu melintasi jalan lurus, diduga hilang kesadaran sesaat (mengantuk) sehingga hilang kendali ke kiri jalan," kata Fiekry dalam keterangannya saat itu.

Truk itu kemudian menabrak bagian belakang Isuzu pick up Nopol F 8677 VC yang dikemudikan Asep dan membawa penumpang Eki Lesmana yang sedang berhenti di kiri jalan.

"Jarak sudah terlalu dekat, kecelakaan tidak terhindarkan. Truk kemudian menabrak pikap dan terseret hingga menabrak beberapa orang, di antaranya Rafli, Reki Zaenal, Raihan Maulana, dan Cepi mereka sedang memasang baliho," jelas Fiekry.

Seluruh korban dikatakan Fiekry sempat dievakuasi ke rumah sakit, namun saat mendapat penanganan medis, satu orang atas nama Cepi meninggal dunia.




(sya/mso)


Hide Ads