Apuy 'Sang Pesulap', Rias Sepatu Usang Jadi Seperti Baru

Apuy 'Sang Pesulap', Rias Sepatu Usang Jadi Seperti Baru

Wisma Putra - detikJabar
Selasa, 28 Jan 2025 11:00 WIB
Apuy Maratan Langi β€˜Pesulap’ sepatu kulit di Bandung.
Apuy Maratan Langi 'Pesulap' sepatu kulit di Bandung. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Suasana pagi di Pasar Kosambi, Kota Bandung cukup ramai. Seperti di lantai dasar, para pengunjung terlihat keluar masuk untuk berbelanja kebutuhan pokok. Para pedagang yang menjajakan kebutuhan pokok seperti beras, sayur, telur hingga daging sibuk melayani pembeli.

Ramainya lantai dasar Pasar Kosambi yang di mana pedagangnya banyak menjajakan kebutuhan pokok tak seperti yang ada di lantai 1 yang di mana pedagang di lantai ini menjajakan kebutuhan sandang. Suasana di lantai 1 Pasar Kosambi ini cukup tenang dibandingkan dengan susana di lantai dasar.

Di lantai tersebut beragam kebutuhan sandang dijajakan para pedagang, dari mulai penjual pakaian anak hingga dewasa, seragam sekolah, penjual sandal dan sepatu. Selain itu ada juga penjual perhiasan emas di pasar ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikJabar berkesempatan mengunjungi Pasar Kosambi, Selasa (21/1/2025) pagi, betul saja di lantai 1 pasar ini tidak seramai lantai dasar. Menurut para pedagang biasanya lantai 1 ramainya di momen-momen tertentu salah satunya menjelang lebaran.

Lorong-lorong yang ada di pasar ini dilintasi, tepat di Blok C No 11-12, pemandangan menarik terlihat di kios itu. Dari kejauhan terlihat sebuah tulisan DOCTILL di kios itu dan seorang pria berambut rasta berkacamata minus, nampak sibuk dengan kegiatannya. Saat didekati, pria itu sedang memotong kulit untuk menambal sepatu kulit yang akan direparasi olehnya.

ADVERTISEMENT

Meski kegiatan yang dilakukan pria itu, tidak jauh seperti tukang sol sepatu, sepatu-sepatu yang direparasi di tempatnya yakni sepatu-sepatu bermerk dari brand-brand ternama dan berbahan baku kulit asli.

detikJabar berkesempatan berbincang dengan pria itu. Pria tersebut bernama Ipuy Maratan Langit, warga Kiaracondong dan membuka workshop reparasi sepatu di Pasar Kosambi. Pria berumur 40 tahun itu mengatakan, DOCTILL sudah ada sejak tahun 2010.

"Docmart Tilas disingkat jadi DOCTILL dan dari DOCTILL punya produk sendiri untuk bahan perawatan sepatu kulit, salah satunya conditioner, leather bump dan leather cleaner," kata Ipuy saat membuka perbincangan dengan detikJabar.

Pada 2018 hingga 2019 Ipuy terjun ke dunia reparasi sepatu, awalnya yang direparasi sepatunya sendiri dan temannya. Karena hasilnya bagus, akhirnya reparasi sepatu menjadi usaha tetapnya hingga saat ini.

"Awalnya memuluskan sepatu saya sendiri akhirnya banyak teman-teman yang meminta untuk dibagusin, teman-teman dari luar kota malah banyak, kebanyakan yang kirim dari luar Bandung. Tujuannya sama untuk mereparasi dan mengkilapkan saja," ungkapnya.

Selain menjual produk untuk treatment sepatu kulit, Apuy juga memiliki banyak koleksi sepatu kulit yang digunakannya dan dipajang di kiosnya. Dari mulai sepatu santai hingga sepatu roda berbahan baku kulit juga ada di tempatnya.


Dari Rumah Hingga Buka Kios

Apuy Maratan Langi 'Pesulap' sepatu kulit di Bandung.Apuy Maratan Langi 'Pesulap' sepatu kulit di Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Brand DOCTILL di kalangan pecinta sepatu kulit sudah tidak diragukan lagi. Karena selain dapat membeli produk perawatan sepatu kulit, banyak juga yang melakukan reparasi sepatu kulitnya. Saking banyaknya permintaan reparasi akhirnya Apuy menyewa kios di Pasar Kosambi.

"Awalnya di rumah, pindah ke sini tahun 2020. Saya pindah ke sini karena di rumah gak konsen karena ada keluarga dan banyak orang baru yang datang jadi gak nyaman dan akhirnya pilih di sini," ujarnya.

Lalu sepatu apa dan keluhan apa yang dapat direparasi oleh Apuy?

"Sepatu bahan baku kulit, memperbaiki kulit bagian atas, kerusakannya seperti cakaran, skret, retak dan jamur atau rayap," ujarnya.

Apuy yang merupakan lulusan STM atau SMK di Taman Siswa Bandung tahun 2002 itu mengaku, keahliannya dalam mereparasi sepatu dilakukannya secara otodidak dan dia tidak memiliki latar belakang bekerja di pabrik sepatu.

"Otodidak, bisa sendiri, ngulik, nggak pernah kerja di toko sepatu. Dulu sekolah di SMK Tamansiswa lulus tahun 2002. Kerja dulu pernah. Tapi lebih ke senang menggambar, sempat gambar di sepatu, sepatu lukis," tuturnya.

Pengalaman Perbaiki Sepatu Berusia 15 Tahun

Apuy Maratan Langi 'Pesulap' sepatu kulit di Bandung.Penampakan sepatu kulit berusia 15 tahun yang direparasi di tempat Apuy Maratan Langit. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Bagi Anda, jika memiliki sepatu rusak, usang dan usianya sudah tua apakah akan direparasi atau dibuang? Pasti kebanyakan akan membuangnya. Karena banyak yang berpikir buat apa diperbaiki sementara harga sepatu baru murah-murah.

Tapi tidak dengan para pelanggan yang melakukan reparasi di tempat milik Apuy. Tak tanggung-tanggung, Apuy pernah mereparasi sepatu dengan usia 15 tahun dan kondisinya jika dilihat dari segi fisik sudah cocok dilempar ke tempat sampah. Namun karena kecintaan dan memiliki nilai historis, akhirnya banyak pelanggan yang memilih mereparasi sepatu kesayangannya.

"Aneh-aneh yang datang ke sini supaya jadi mulus, biasanya difiller atau di dempul dulu dan dempulnya saya bikin sendiri. Kerusakan di kulit itu didempul ulang. Sepatunya pemakaian pribadi, sampai ada yang dipakai 15 tahun, dengan kondisi mengkhawatirkan dan ingin dibaguskan lagi akhirnya merogoh kocek yang lumayan banyak tapi hasilnya memuaskan," jelasnya.

Menurut Apuy, ongkos mereparasi sepatu di tempatnya dari mulai Rp150-580 ribu. "Buat yang Rp580 kerusakannya banyak, di -iller, diwarnai ulang dan sekretnya diganti," tuturnya.

Disinggung lagi mengapa banyak yang rela keluarkan uang tak sedikit demi mereparasi sepatu, Apuy sebut karena sepatu-sepatu yang diperbaiki memiliki merek atau brand.

"Sepatu harga Rp300-5 juta. Notabene bermerk, kebanyakan Dr Marten dan Red Wings," tuturnya.

Saking banyaknya permintaan reparasi, tak jarang pelangganya menyebut Apuy sang pesulap.

"Unik itu disangkanya jadi tukang sulap. Jadi kita harus mereparasi sedemikian rupa padahal hanya memaksimalkan saja, jadi gak bisa kembali seperti awal, ketika ekspektasi orang kembali ke awal nggak bisa hanya memaksimalkan saja," pungkasnya.

(wip/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads