Penyakit misterius melanda puluhan warga Desa Kamulyan dan Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Namun kasus itu akhirnya terungkap setelah petugas medis melakukan pengungkapan secara epidemik.
Diketahui, pada 19 Januari lalu, warga setempat mengeluhkan gejala yang cukup mengganggu, seperti demam tinggi, pusing, nyeri otot, hingga kesulitan berdiri. Sampai Rabu (22/1/2024), lebih dari 40 warga telah diduga terjangkit penyakit ini.
Kepala Desa Kamulyan, Jajang Jamara, mengungkapkan bahwa pihaknya segera berkoordinasi dengan Puskesmas Manonjaya untuk penanganan lebih lanjut. "Kami langsung koordinasi ke Puskesmas Manonjaya. Ini petugas langsung turun tangan," kata Jajang kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah cepat pun diambil oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya. Tim medis melakukan pemeriksaan hingga melakukan rapid test untuk mendeteksi penyakit chikungunya, yang dianggap sebagai penyebab utama penyakit yang menyerang warga.
"Kami turun langsung begitu dapat laporan dari kepala desa, kita sosialisasi, periksa pasiennya sampai turut periksa keberadaan jentik nyamuk," ujar Kepala Puskesmas Manonjaya, Mia Shopia, dalam keterangannya kepada detikJabar pada Rabu (22/1/2024).
Gejala Mirip DBD
Namun, hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa penyakit yang menyerang warga bukanlah chikungunya, meskipun gejalanya mirip. "Tadi kita rapid test, ternyata negatif chikungunya. Ini gejalanya memang mirip-mirip," ujar Dr. Anggi Dewi Setiawati, dokter Puskesmas Manonjaya. Bahkan, gejala yang dirasakan warga juga sangat mirip dengan demam berdarah dengue (DBD), yang masih harus dibuktikan dengan uji laboratorium.
Selain itu, Puskesmas Manonjaya juga melakukan penelusuran lebih lanjut, memeriksa lingkungan sekitar dan keberadaan jentik nyamuk, yang ditemukan banyak bersembunyi di tempat-tempat yang tidak terawat, seperti wadah bekas yang menampung air hujan. "Lagi-lagi harus disadari semuanya agar peduli hidup bersih, lingkungan yang bersih, dan kebiasaan bersih," ujar Mia Shopia.
Upaya untuk memastikan penyebab penyakit terus dilakukan, termasuk pemeriksaan lebih lanjut dengan rapid test. "Kami tentu sosialisasi sambil periksa pasien dan sekarang menyeluruh rapid test chikungunya," tambah Dr. Anggi Dewi Setiawati.
Pada 23 Januari, tim surveilans Dinkes Kabupaten Tasikmalaya kembali turun ke lapangan untuk melakukan rapid test terhadap 25 pasien. Hasil sementara menunjukkan dua orang dinyatakan negatif chikungunya, namun satu orang dinyatakan positif. Koordinator Surveilans Dinkes, Rina Parina, menjelaskan bahwa hasil negatif pada dua pasien bisa disebabkan oleh faktor medis lain, seperti konsumsi obat. "Kemarin yang negatif dua, bisa jadi itu karena pasien habis minum obat. Pas di rapid bisa jadi hasilnya negatif," jelas Rina.
Warga Positif Chikungunya
Namun, meskipun hasil sementara mengarah pada chikungunya, Dinkes masih menunggu hasil keseluruhan untuk memastikan penyebab pasti penyakit ini. "Tes PCR ini akan ditempuh kalau hasil Rapid banyak negatif, kita tunggu keseluruhannya nanti," ujar Rina.
Pada 24 Januari, kabar yang lebih jelas mulai terungkap. Penyakit yang menyerang warga Desa Kamulyan dan Gunajaya ternyata memang disebabkan oleh chikungunya.
"Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya melakukan upaya untuk memastikan penyakit yang dialami warga ini. Berdasarkan hasil pemeriksaan RDT rapid test, penyakit yang dialami warga adalah chikungunya," kata Rina Parina.
Hasil pemeriksaan menunjukkan dua orang positif chikungunya, sedangkan yang lainnya dinyatakan negatif karena berbagai faktor. "Kalo hasil yang negatif itu kadang tergantung dari masa inkubasi sakitnya dengan waktu pengambilan sampelnya," ucap Rina Parina.
Masyarakat tidak usah khawatir dengan kondisi ini. Pasien harus mendapat penanganan medis dengan tepat, akan sembuh. Belum muncul data yang meninggal akibat chikungunya. Rina menegaskan bahwa penyakit chikungunya tidak perlu dikhawatirkan berlebihan.
"Masyarakat tidak usah khawatir asal mendapat penanganan medis dengan tepat, chikungunya akan sembuh. Belum ada data yang menyatakan ada yang meninggal karena chikungunya," ujarnya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya pun terus melakukan upaya pencegahan, dengan menggerakkan masyarakat untuk membasmi sarang nyamuk.
"Yang masih kita lakukan, Surveilans aktif cepat untuk memutus mata rantai penularan. Menggerakan masyarakat untuk PSN pemberantasan sarang nyamuk. Karena chikungunya vektornya adalah nyamuk," pungkas Rina.
(sya/yum)