Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bandung mengeluarkan keputusan membatalkan kelulusan mahasiswa S1 periode 2018-2023. Kebijakan ini dituangkan dalam Surat Keputusan Ketua Stikom Bandung bernomor 481/ Skep-0/ E/Stikom XII/ 2024 yang diteken pada 17 Desember 2024 lalu.
Kebijakan itu dikeluarkan setelah penilaian Tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek). Dalam kasus ini, 233 ijazah lulusan S1 2018-2023 dibatalkan. Para alumni harus mengembalikan ijazahnya kembali ke Stikom Bandung.
Menteri Ristek Dikti Satryo Soemantri Brodjonegoro, turut menyoroti permasalahan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan sudah diproses oleh Dikti untuk mengulang, kita tidak bisa meneruskan pendidikan tanpa mengikuti aturan," kata Satryo usai menghadiri pelantikan Rektor ITB di Bandung, Senin (20/1/2025) sore.
Pelanggaran berat yang dilakukan Stikom Bandung hingga diberikan sanksi administrasi oleh Kemendikti Saintek menjadi peringatan bagi seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
"Ini jadi teguran kepada para perguruan swasta dan negeri, jangan sekali-kali meluluskan tanpa mengikuti kaidah yang berlaku. Ada seperti itu kita akan tindak tegas," tegasnya.
"Selain harus mengulang, mungkin akan kita tutup," tambahnya.
Disinggung apakah ada perguruan tinggi lain yang juga melakukan pelanggaran seperti Stikom Bandung, Satryo akan terus melakukan pelacakan.
"Kita masih terus melacak," ujarnya.
Terkait temuan-temuan yang mengakibatkan ditariknya kembali ijazah para alumni, baik mahasiswa dan kampus harus bertanggung jawab.
"Kalau mereka serius, dibenahi semua, mengulangi lagi, akan dipertahankan, nggak bisa pemerintah yang menyelesaikan karena itu tanggung jawab perguruan tinggi," terangnya.
"Kalau kampus yang salah mereka harus dimaafkan, nggak (dibatalkan). Sanksinya lebih pada sanksi legal karena itu tindakan yang tidak sesuai peraturan berlaku," jelasnya.
Mengapa kasus Stikom Bandung baru ramai beberapa waktu terakhir, Satryo sebut Stikom Bandung ditindak setelah pihaknya mendapatkan laporan.
"Biasanya ada yang mengadu, kita tak mungkin setiap hari pelototi kampus, ada yang lapor ke kami, kalau betul kita tidak kalau tidak ada ya tidak," pungkasnya.
(wip/yum)