Sekte atau aliran sesat pernah tumbuh subur di Jawa Barat (Jabar). Ada yang menyebarkan pemahamannya secara terang-terangan, tapi tak sedikit pula yang pergerakannya begitu senyap sehingga sulit dideteksi sebelum menyebar luas ke lingkungan masyarakat.
Satu di antara sekte sesat itu adalah kepercayaan hanya dengan membayar tarif Rp 25 ribu saja sudah bisa masuk surga untuk anggotanya. Ajaran yang sungguh di luar nalar ini menggaransi pengikutnya akan mendapatkan kehidupan yang bahagia di akhirat tanpa harus susah payah beribadah.
Namun sayangnya, keberadaan sekte yang satu ini memang cukup sulit untuk dibongkar. Informasi tentang kelompok aliran sesat ini pertama kali disampaikan Kakanwil Kemenag Garut saat itu, Cece Hidayat pada Juli 2022. Korbannya waktu itu ternyata menyasar kepada kalangan emak-emak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam ceritanya, Cece mengatakan informasi ini dia dapatkan kala rutin melakukan penyuluhan kepada para tokoh agama atau orang-orang yang terindikasi terpapar paham radikal. Akhirnya, terselip cerita menggelitik ini yang ternyata dipercaya seseorang.
Jadi kata dia, si emak itu mengatakan bahwa dia diajari oleh gurunya untuk tidak salat. Sebab sang guru pada waktu itu menyatakan keadaan sedang darurat karena sedang berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Sebagai gantinya, sang emak diminta untuk membayar infaq Rp 25 ribu per bulan.
"Jadi gini, ketika kami ada deklarasi saya mendekati gerombolan ini, ibu-ibu. Saya tanya, ibu.... Ikutan deklarasi? Oh iya pak katanya. Ibu emang tinggal di mana? Saya lupa nama desanya. Ibu kenapa tidak mengakui Indonesia? Dia bilang bahwa dia memang gurunya mengajarkan bahwa sekarang ini kita lagi berjuang memperjuangkan Negara Islam Indonesia," katanya pada saat itu.
"Dan karena sekarang masih darurat, ya kita tidak usah ibadah, tidak usah salat, ibu cukup hanya dengan membayar infak Rp25 ribu per bulan, kepada kiainya, kepada ajengannya, kepada tokoh agamanya, itu akan dijahit (diselamatkan) nanti oleh mereka ketika kita masuk neraka," ujar Cece menambahkan.
Sang emak mendapatkan doktrin iming-iming masuk surga jika bayar uang Rp25 ribu sebagai 'penyelamat' saat nanti mereka masuk neraka. Cece jelas menyimpulkan kasus ini sebagai pembodohan kepada seseorang.
"Itu kan pembodohan ya, pembodohan mereka kepada masyarakat yang sisi agamanya tidak punya dasar yang kuat," ucapnya.
Sementara itu, dalam kutipan wawancara bersama detikTravel pada Agustus 2022, seorang penyuluh agama di KUA Kecamatan Cibalong, Garut, saat itu yang bernama Nurul Barkah, juga pernah mendapatkan cerita serupa. Berdasarkan informasi yang dia terima saat itu, geliat aliran sesat ini terdeteksi berada di Kecamatan Cikelet
"Infaknya itu tergantung ekonomi dari yang terpapar. Kalau kaya ya lumayan. Kalau yang miskin ya cuma Rp 10 ribu dan itu masuknya ke pimpinan," kata dia menjelaskan.
"Pimpinan mereka itu saya tidak bisa menyebutkan namanya, tapi ada yang membawa aliran ini dan yang mengumpulkan infak itu," pungkasnya.
Sementara itu, secara umum, menurut data yang dicatat Majelis Ulama Indonesia (MUI), jumlah aliran sesat di Jabar mencapai 22, seperti Ahmadiyah, Al Qiyadah Al Islamiyah, Agama Salamullah/lia Eden, Aliran Surga Eden, Islam Jamaah, Milah Ibrahim, Hidup Dibalik Hidup (HDH), Kutub Robani, Al Qur'an Suci, Amanat Keagungan Ilahi (AKI).
Selanjutnya ada Islam Hanif, Tarekat Qodariyah Naqsabandiyah, Ajaran Khawarik Tasawuf, Ajaran Pajajaran Siliwangi Panjalu, Thoriqoh Attijaniyah, Pengajian Cecep Solihin, Aliran Sapta Darma, Agama Sunda Wiwitan, Gerakan Fajar Nusantara, Abdul Mujib, Islam Bajat dan Baity Jannaty.
Dari jumlah itu, 10 di antaranya telah dinyatakan sesat melalui fatwa MUI dan lainnya. Meski dalam catatan hanya berjumlah 22, namun kenyataannya aliran sesat di Jawa Barat mencapai ratusan jumlahnya.
"144 (totalnya), cuma itu ada yang baru ditemukan kemudian menghilang," kata Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar, Jumat (10/1/2025).
Rafani menjelaskan, Jawa Barat seolah menjadi ladang subur bagi kemunculan aliran-aliran menyimpang. Menurut dia, fenomena munculnya aliran sesat tak hanya bersifat temporer, tetapi juga memiliki pola unik.
"Di Jawa Barat ini kan seperti tanah subur ya, untuk terjadinya aliran sesat atau menyimpang. Jadi kadang-kadang sekarang muncul kemudian diatasi hilang, tapi tidak lama lagi nanti muncul di tempat lain," ungkapnya.
"Kadang seperti metamorfosis, muncul hari ini dengan bentuknya begini, nanti muncul lagi tempat lain namanya berbeda tapi pahamnya masih mirip-mirip, karakteristiknya seperti itu aliran sesat di Jawa Barat," tegasnya.
Dalam asumsinya, Rafani menyebut ada skenario tertentu di balik kemunculan aliran-aliran tersebut. Dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, dia menduga Jawa Barat menjadi medan perebutan ideologi oleh kelompok tertentu.
"Kami juga bertanya-tanya, seperti ada tangan tak terlihat yang mendesain secara halus memunculkan aliran-aliran ini. Mungkin karena jumlah penduduknya besar, umat Islam mayoritas, dan semua agama serta aliran ada. Jadi, daerah ini dianggap strategis," jelasnya.
(ral/orb)