Perjuangan luar biasa harus dilakukan sekelompok pelajar SD yang setiap hari menempuh jalan terjal dan licin sejauh ratusan meter di pelosok Kabupaten Sukabumi demi mendapat makan bergizi gratis (MBG).
Diketahui, pelajar yang harus bersusah payah menuju sekolah demi mendapat makan bergizi gratis itu berada di SDN Bungur, Desa Warungkiara, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi. Sekolah itu diketahui berada di lereng bukit, jauh dari permukiman penduduk.
Dari video viral yang beredar, akses menuju sekolah tampak sulit dilalui karena hujan yang turun terus menerus. Video itu dibagikan oleh akun @rv.fathur dan telah ditonton sebanyak 2,3 juta kali oleh pengguna TikTok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dikonfirmasi, Kepala SDN Bungur, Kusyanto membenarkan peristiwa dimana murid-muridnya harus berjuang menuju sekolah demi mendapat makan bergizi gratis. Menurut Kusyanto, peristiwa itu terjadi pada awal Desember 2024 lalu.
"Waktu itu hujan sampai hampir dua hari enggak berhenti, sehingga kita untuk mendapatkan makan, kemudian anak itu harus mengambil makan asalnya, kemudian mengambil makan di sekolah tapi tidak memungkinkan karena takut apa-apa, ya kata pihak pengelolanya itu bolehlah untuk hari ini makan di sini (di jalan) saja," ucap Kusyanto kepada detikJabar, Rabu (8/1/2025).
Biasanya kata Kusyanto, siswa secara teratur membawa wadah bekas makan bergizi gratis untuk ditukar dengan wadah baru yang masih berisi makanan. Namun hujan lebat membuat siswa terpaksa menyantap makanan itu di tengah jalan.
"Jadi (hari itu) enggak membawa makanan ke sekolah, itu tepatnya pas hujan enggak berhenti. Saat itu ketika banyak bencana terjadi di Kabupaten Sukabumi," tambahnya.
![]() |
Diketahui, Kecamatan Warungkiara telah dijadikan pilot project untuk program MBG selama setahun terakhir. Selama itu juga, siswa bolak-balik mengangkut paket MBG dan sekolah pada dua hari terakhir harus menggunakan jasa ojek untuk mengangkut makanan ke sekolah.
"Akses jalan, kebetulan SD ini berada di tempat seperti ini, lokasi SD ini terletak jauh dari lingkungan penduduk. Sehingga akses jalan sangat sulit, kalau jalan ada, sudah ditembok, tapi sudah rusak lagi. Medan jalannya paling utama itu karena dari jalan sangat menanjak, berbelok, curam. Kurang lebih dari sekolah ke jalan raya itu mungkin 200 sampai 300 meter," ungkapnya.
Meski kondisinya sulit, namun setiap hari program MBG selalu tersalurkan kepada 164 siswa dengan menu terdiri dari lauk pauk, protein, hingga susu.
"Anak-anak di sini itu ada 164 siswa, semuanya dapat makan. Alhamdulillah dengan adanya MBG ini semangat belajar anak-anak meningkat, tingkat kehadiran sangat bagus, konsentrasi mereka juga baik. Ini sudah berjalan hampir satu tahun. Kebetulan SD kita salah satu pilot project untuk mendapatkan program makan gratis dari pemerintah," pungkasnya.
(sya/yum)