Anggota DPR RI Komisi VIII Atalia Praratya berkunjung ke rumah gadis disabilitas yang menjadi korban pemerkosaan di Kecamatan Cidadap, Kota Bandung.
Pantauan detikJabar, Minggu (5/1/2025) istri mantan Gubernur Jabar itu datang bersama rombongannya. Atalia langsung disambut haru oleh ibu korban. Saat berbincang dengan Atalia, ibu korban tak henti menangis.
"Saya merasa terkejut, karena kejadian seperti ini muncul ketika kasusnya terlambat, dalam arti korban sudah hamil selama 26 minggu dan dirudapaksa oleh sembilan orang ingat, tiga lainnya tidak, dan terjadi 2022, sehingga dua tahun ini kita kemana? Apakah dari sisi keluarga, apakah dari sisi lingkungan termasuk kita semua penggerak lingkungan," kata Atalia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atalia mengungkap, dia akan mengawal dan menyampaikan kasus ini ke Komisi VIII untuk membahas regulasi agar kejadian ini tidak terjadi lagi.
"Kasus ini terjadi dari mereka superior kepada mereka yang dianggap lemah, apalagi yang bersangkutan tuna rungu dan tidak menyampaikan kejadian yang dialaminya kepada orang tuanya, kepada temannya dan sahabatnya. Di sini dipertanyakan kemana kita selama ini," ungkapnya.
Atalia mengaku bersyukur, sejak ramai di pemberitaan saat ini Kementerian hingga pemerintah kota sudah hadir termasuk Tim Jabar Bantuan Hukum yang akan mengawal kejadian ini ke Polda Jabar. Atalia juga berharap, LPSK bisa hadir untuk membantu perlindungan terhadap korban.
Saat ini korban masih bersama ibunya, disinggung mengapa korban tidak dibawa ke Rumah Aman, Atalia sebut jika korban menolak.
"Saat ini korban ini masih dalam keadaan terpukul, kita akan lakukan semua proses, biarkan dia membesarkan anaknya secara normal, kami sudah tawari ke Rumah Aman tapi korban inginnya sama ibunya, psikolog, kandungan dan kebutuhan hariannya akan kita dampingi, termasuk sang ibu jika tidak berkenan merawat anaknya akan kita sambungkan ke yayasan, tapi sampai saat ini korban ingin membesarkan anaknya sendiri," jelas Atalia.
Menurut Atalia, meski terlihat tegar korban masih terpukul atas kejadian yang menimpanya.
"Ibu korban menangis terus, sementara korban sudah lebih tegar, tapi saya tahu dia kebingungan, untuk memanggil ingatannya masih sulit, istilah psikolog hilang ingatan bisa, tapi butuh proses untuk mengembalikannya kembali, ini proses, kita akan terus dampingi," tuturnya.
Siapkan Penerjemah Bahasa Isyarat
Perwakilan Biruku Indonesia Djulaiha Sukmana mengatakan, pihaknya sudah siapkan dua penerjemah bahasa isyarat untuk membantu korban berkomunikasi.
"Kami akan memberikan pendampingan secara psikologis maupun bantuan bahasa isyarat yang akan dibantu oleh teman-teman juru bahasa isyarat Indonesia juga kebetulan dari Dinsos juga punya juru bahasa isyarat jadi lebih pada kolaborasi," kata Djulaiha.
Pihaknya juga siap support secara material seperti kebutuhan pengecekan kandungan, ibu akan melahirkan dan anak yang dilahirkan.
Disinggung apakah pihaknya ada kesulitan dalam berkomunikasi dengan korban, Djulaiha sebut komunikasi perlahan berangsur lancar.
"Sejauh ini mah insya allah mudah-mudahan gak ada kesulitan, kalau segi komunikasi kita udah dibantu sama juru bahasa isyarat awalnya ya mengalami kesulitan. Sekarang sudah lebih terbuka, karena kita juru bahasa isyarat ada dua, ada teman juru bahasa isyarat teman dengar, jadi dia bisa menerjemahkan ke kita, ada juru bahasa isyarat teman tuli, jadi mereka lebih senang bicara sesama teman tuli, lebih terbuka dan lebih nyampe bahasanya, nanti teman tuli ini yang juga bisa berbahasa isyarat menyampaikan ke teman bahasa isyarat yang bisa mendengar memang harus ada dua," pungkasnya.
(wip/yum)