Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang (Unsika) mengalokasikan anggaran Rp 6,4 miliar untuk membeli 40 kontainer bekas. Puluhan kontainer itu rencananya akan dijadikan ruang kelas.
Pembelian puluhan kontainer ini menuai dikritik anggota Komisi IX DPR RI Cellica Nurrachadiana. Ia berpandangan, Unsika merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri (PTN) di Karawang yang baru berusia sekitar 10 tahun, oleh karenanya masyarakat manaruh harapan besar terhadap Unsika.
"Unsika memang PTN baru dan satu-satunya di Karawang, saya menekankan pentingnya evaluasi mendalam terhadap kebijakan ini, mengingat besarnya harapan masyarakat Karawang terhadap Unsika," kata Cellica saat dikonfirmasi detikJabar, Selasa (17/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak rektorat, kata Cellica seharusnya memiliki perencanaan yang matang, dalam melakukan transformasi dan inovasi, termasuk pengelolaan anggaran.
"Pihak rektorat harus melakukan evaluasi, dan pengelolaan anggaran harus dilakukan dengan cermat dan tepat. Hal ini penting agar kebijakan yang diambil benar-benar mendukung kemajuan pendidikan di Unsika," kata dia.
Ia juga menyayangkan, uang miliaran rupiah dihamburkan untuk pembelian kontainer, yang penggunaannya hanya sementara.
"Anggaran sebesar itu, menurut hemat saya, kurang bijak. Apakah tidak lebih baik jika dialokasikan untuk membangun sarana prasarana yang lebih kokoh dan dapat digunakan untuk jangka panjang," imbuhnya.
Cellica berpandangan bahwa, untuk mengatasi kebutuhan ruang kelas di Unsika, seharusnya bisa memanfaatkan kelas online, atau pergantian waktu antar fakultas. Ia pun meminta masyarakat harus terlibat dalam setiap kebijakan yang akan dilakukan demi kebaikan ke depan.
"Mekanisme seperti belajar online, atau pergantian waktu belajar antar fakultas sebenarnya bisa menjadi solusi sementara untuk menjawab kebutuhan sarana prasarana. Semua pihak, khususnya masyarakat harus terlibat untuk memastikan Unsika terus berkembang," ucap Cellica.
Wakil Rektor Unsika Amirudin mnejelaskan, pihaknya membeli sebanyak 40 kontainer, untuk membuat kelas kabin, dengan satu ruangan terdiri dari dua kontainer.
"Untuk anggarannya, 1 kontainer kita beli Rp159 juta, jadi total 40 kontainer untuk 20 ruang kabin senilai Rp6,4 miliar, dengan sumber dana dari BLU Unsika," kata Amirudin, dalam sesi rilis di Kampus Unsika, Jalan HS Ronggowaluyo, Kabupaten Karawang, Selasa (17/12/2024).
Penggunaan ruang kabin, kata Amirudin, merupakan langkah efisiensi untuk memenuhi kebutuhan ruang kelas, karena saat ini, Unsika sendiri memang kekurangan ruang kelas.
"Karena antusias masyarakat sangat tinggi untuk berkuliah di Unsika, kita kekurangan ruang kelas, dari total 18 ribu mahasiswa aktif, idealnua kita memerlukan 162 ruang kelas, namun yang ada saat ini hanya 84 ruang, pleh karena itu sebagai langkah efisiensi kita bangun kelas kabin," kata dia.
Saat ini, Unsika sendiri masih kekurangan 66 ruang kelas dari total kebutuhan, kontainer sendiri jadi alternatif ruang kelas karena penyediaannya cepat dan bisa langsung dibangun dan digunakan untuk masa perkuliahan tahun 2025.
"Kabin ini akan nyaman, kita juga sediakan fasilitas pendukung seperti AC, dan media belajar lain. Membuat kelas kabin ini pengadaannya cepat, dan sudah berdasarkan kajian," katanya.
(yum/yum)