Kala 75 Perempuan Berlatih Bertahan Hidup di Hutan Cakrabuana Tasik

Kala 75 Perempuan Berlatih Bertahan Hidup di Hutan Cakrabuana Tasik

Faizal Amiruddin - detikJabar
Senin, 09 Des 2024 11:30 WIB
Suasana pelatihan bertahan hidup di hutan bagi 75 perempuan di Gunung Cakrabuana.
Suasana pelatihan bertahan hidup di hutan bagi 75 perempuan di Gunung Cakrabuana.(Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Sebanyak 75 perempuan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia berlatih bertahan hidup di hutan Gunung Cakrabuana, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya.

Perempuan-perempuan yang memiliki ketertarikan pada aktivitas di alam bebas ini digembleng agar memiliki pengetahuan dan kemampuan bertahan hidup di hutan. Termasuk bertahan hidup ketika bekal makanan habis, sehingga harus mengkonsumsi bahan makanan yang ditemukan di hutan.

Kegiatan bertajuk Women Jungle Survival Course (WJSC) 2024 ini juga melibatkan sejumlah ahli dan para instruktur dari Eiger Adventure Service Team (EAST).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang pelatih sekaligus pendaki senior Wanadri, Djukardi Bongkeng Adriana mengatakan kemampuan bertahan hidup sangat diperlukan bagi mereka yang gemar mendaki gunung.

Pria yang akrab disapa Abah Bongkeng ini menilai belakangan mendaki gunung atau penjelajahan alam bebas digandrungi banyak anak-anak muda, termasuk kaum perempuan.

ADVERTISEMENT

"Naik gunung digandrungi tapi banyak yang kurang memiliki pengetahuan petualangan. Mereka lebih ke membuat konten medsos. Sehingga sangat riskan terjadi kecelakaan seperti tersesat, merusak lingkungan bahkan kecelakaan yang fatal," kata Abah Bongkeng.

Lazimnya mereka yang hobi naik gunung akan bergabung dalam sebuah komunitas untuk mendapatkan pendidikan dasar. Namun pada kenyataannya banyak yang enggan bergabung organisasi atau komunitas, dengan beragam alasan.

"Sehingga bagi yang tak mau ikut Diksar di organisasi, kegiatan ini bisa jadi alternatif," kata Abah Bongkeng.

75 perempuan ini berada di hutan dan mendapatkan pendidikan bertahan hidup sejak Jumat (6/12/2204) lalu hingga Rabu (11/12/2204).

Manager Eiger Adventure Service Team (EAST) Galih Donikara mengatakan pemilihan lokasi Gunung Cakrabuana sebagai lokasi latihan, karena keanekaragaman hayati yang begitu kaya, dan kondisi lingkungan hutan yang ideal untuk melatih seni bertahan hidup di alam bebas.

"Kawasan Gunung Cakrabuana adalah kampus alam bebas yang sempurna, asalkan kita menjaga keseimbangannya dan tidak melampaui daya dukung alamnya. Cakrabuana adalah salah satu tempat terbaik melatih kemampuan bertahan hidup di alam," ujar Galih.

Kepala Sekolah WJSC 2024, Dini Hanifah mengatakan pihaknya berusaha menciptakan ruang bagi perempuan Indonesia untuk berkembang dalam kegiatan alam bebas yang selama ini didominasi oleh kaum pria.

"Kegiatan ini tak hanya melatih keterampilan bertahan hidup di alam terbuka, namun juga mengasah kendali diri juga kesehatan mental yang dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari. Terlebih bagi Generasi-Z yang saat ini menjadikan berkegiatan di alam bebas sebagai bagian dari terapi mental mereka, kata mereka obat mujarab bagi problem kehidupan yang tengah mereka hadapi," kata Dini.

Selama enam hari di Kawasan Gunung Cakrabuana, peserta akan mempelajari keterampilan penting berupa teknik dasar bertahan hidup di alam seperti navigasi darat, tali temali, penggunaan golok dan pisau, membuat perlindungan, menghidupkan api dan membuat perapian.

Selain itu memasak dengan bahan-bahan yang tersedia di alam, mencari sumber air, mengenali tumbuhan dan hewan yang dapat dimakan, hingga pertolongan pertama gawat darurat ketika berada di situasi kritis

"Peserta akan berada langsung di tengah hutan Gunung Cakrabuana untuk melakukan simulasi kondisi darurat, seperti tersesat atau terjebak dengan perbekalan yang menipis bahkan habis. Dinamika latihan ini diharapkan mampu melatih peserta menghadapi tantangan alam dengan sigap dan efektif," ujar Dini.

Pantauan detikJabar pada Minggu (8/12), jalur yang mereka jelajahi diawali di pintu hutan Kampung Cibunar, Desa Sukapada, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya. Para peserta tampak antusias mengikuti pelatihan ini.

Salah seorang peserta, Fatimah Azzahra mengaku senang bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. "Saya hobi travelling dan mulai suka ke gunung, tapi belum punya pengetahuan makanya ikut kegiatan ini," kata karyawan swasta asal Bandung ini.

Dia mengaku tertantang meski tantangan yang dihadapi tak mudah karena selama 6 hari harus berada di hutan. "Tantangan terbesar bagi saya sih serangga ya, saya agak terganggu dengan itu," kata Fatimah




(dir/dir)


Hide Ads