Bencana Mematikan di Sukabumi, Terparah Sejak Sedekade Terakhir

Round-up

Bencana Mematikan di Sukabumi, Terparah Sejak Sedekade Terakhir

Tim detikJabar - detikJabar
Sabtu, 07 Des 2024 08:31 WIB
Bandung -

Duka kini sedang menerjang wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar). Ratusan kejadian bencana terjadi sejak Rabu (4/12/2024), bahkan menimbulkan korban jiwa.

Berdasarkan catatan BPBD Jabar hingga Jumat (6/12/2024), 291 bencana alam mulai dari tanah longsor, banjar, angin kencang hingga pergerakan tanah melanda 38 kecamatan di Sukabumi. Bahkan dari data sementara, tercatat 5 orang tewas, sedangkan 7 orang masih dinyatakan hilang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jembatan yang putus karena banjir bandang di Sukabumi.Jembatan yang putus karena banjir bandang di Sukabumi. Foto: dok.BNPB

Selain korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan 1.487 KK/3.497 jiwa terdampak, 389 KK/1.400 jiwa mengungsi, rumah rusak sebanyak 589 unit. Kondisi diperburuk dengan akses jalan dan jembatan yang putus sehingga alat berat sulit masuk ke lokasi bencana.

ADVERTISEMENT

"Kami terus mengupayakan pencarian semaksimal mungkin. Namun, dengan curah hujan yang masih tinggi, kami harus ekstra hati-hati demi keselamatan tim di lapangan," kata Plt Kepala BPBD Jabar Anne Heramdianne kepada detikJabar.

Upaya pencarian dan evakuasi korban hingga Jumat kemarin terus dilakukan tim gabungan yang terdiri dari BPBD, Basarnas, TNI, Polri, dan relawan setempat. Tapi, pencarian terkendala karena kondisi medan yang sulit serta potensi longsor susulan.

Pemerintah daerah pun telah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari ke depan. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan segera melapor jika melihat tanda-tanda longsor di wilayahnya.

Terparah Dalam Sedekade Terakhir

Sementara, Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman menyampaikan bencana ini merupakan salah satu yang terparah dalam satu dekade terakhir. Upaya distribusi bantuan kepada warga yang terdampak menjadi terhambat karena jalur yang ada terputus akibat bencana.

"Kalau lihat gambaran tadi yang Pak Deputi sampaikan memang 10 tahun terakhir ini kita yang paling parah Kabupaten Sukabumi. Awalnya tidak separah ini," ungkapnya.

Menurutnya, saat ini para korban membutuhkan kebutuhan mendesak meliputi selimut, bahan makanan, pakaian layak, dan tenda. Namun, penggunaan tenda dinilai kurang optimal di tengah curah hujan tinggi.

"Kami menyarankan pengungsian di masjid atau sekolah, tetapi saat ini sekolah masih digunakan untuk ujian," ujar Ade.

Untuk masyarakat yang ingin memberikan bantuan, posko utama telah disiapkan. Posko lapangan juga tersedia di tingkat kecamatan untuk memudahkan penyaluran bantuan langsung.

(ral/yum)


Hide Ads