Deru arus Sungai Cimandiri kembali 'menyapa' Kampung Mariuk, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, dengan amarah yang tak terduga. Rabu pagi (4/12/2024), sekitar pukul 07.00 WIB, banjir "keramat" yang akrab disebut warga sebagai si Dongkol datang tanpa kompromi, membawa serta kepanikan.
Hujan deras yang mengguyur sejak Senin (2/12/2024) menjadi pemicu utama. Langit kelabu terus memuntahkan air tanpa henti hingga Sungai Cimandiri pun tak mampu lagi menahan beban. Dengan derasnya, air menyapu Kampung Mariuk, menerjang rumah-rumah warga di sana, menggenangi ruang tamu, dapur, bahkan hingga kamar tidur.
Setidaknya 20 rumah langsung terendam. Sebanyak 32 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi ke rumah kerabat. Namun, derita itu tak berhenti di Mariuk. Luapan sungai juga merembet ke kampung lain, hingga total 500 rumah di kawasan sekitar turut terendam air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banjir seperti ini terakhir terjadi tahun 2019. Kalau di sini disebut Si Dongkol karena tingginya air hampir mencapai atap rumah," ungkap Opan, seorang warga, kedua tangannya mencengkeram televisi yang berusaha ia selamatkan dari genangan air.
Saat Si Dongkol datang, kehidupan warga berubah seketika. Suasana pagi yang biasanya tenang mendadak riuh. Suara ramai anak-anak bercampur dengan suara panik orang dewasa yang berusaha menyelamatkan barang-barang mereka. Kasur-kasur basah teronggok di jalanan, sementara perabotan hanyut terbawa arus.
Di tengah kepanikan itu, Tim SAR gabungan datang membawa perahu karet, menyisir rumah-rumah yang masih terjebak banjir. Salah satu misi penyelamatan yang mereka jalankan adalah menyelamatkan Marpudin (56), seorang warga yang terisolasi di lantai dua rumahnya.
Ia, bersama istri dan anaknya, tidak bisa turun karena diabetes yang dideritanya dan lantai bawah rumahnya telah berubah menjadi lautan.
"Debit air dari hulu meningkat drastis. Ini memang langganan kalau hujan deras, tapi tetap saja datangnya sulit diprediksi," kata Opan, menatap cemas pada sungai yang masih meluap.
Perjalanan menuju rumah Marpudin penuh tantangan. Perahu harus melewati gang sempit dengan arus yang terus menguat. Tekanan air membuat beberapa anggota tim harus turun untuk mengikat perahu pada pagar rumah warga menggunakan tali agar tidak hanyut. Meski sempat diwarnai kekhawatiran, misi penyelamatan itu berjalan tanpa hambatan.
"Awalnya kami siapkan tandu, tetapi Pak Marpudin ternyata masih sanggup berjalan perlahan ke perahu," jelas Suryo Adianto, Komandan Pos SAR Basarnas Sukabumi.
Menjelang sore, genangan air masih tinggi di Kampung Mariuk. Langit tetap kelabu, menciptakan suasana suram. Di beberapa sudut, warga berjuang menyelamatkan apa yang tersisa, televisi yang terendam setengah, lemari kayu yang sudah mengambang karena air, dan bantal basah yang dijemur seadanya di pagar rumah.
Namun, di tengah kekacauan, ada pemandangan yang menebar kehangatan. Warga saling bahu-membahu. Beberapa pria membantu mendorong sepeda motor yang mogok akibat terendam air, sementara ibu-ibu sibuk membagikan makanan kepada tetangga yang masih panik.
"Kita saling bantu. Kalau ada yang kesusahan, ya kita sama-sama cari cara," ujar Opan raut wajahnya menyiratkan lelah.
Si Dongkol mungkin akan surut, menyisakan lumpur dan kehancuran. Namun, ia juga meninggalkan cerita tentang keberanian, solidaritas, dan tekad untuk bangkit.
(sya/iqk)