Berbagai peristiwa menarik terjadi di Jawa Barat hari ini, beberapa diantaranya memantik perhatian pembaca detikJabar. Pedagang es doger yang dibacok di Bandung, 1 petugas KPPS Kota Bandung meninggal, hingga kisah pilu Defhisa lahirkan bayi yang meninggal di RS.
Berikut ringkasan berita yang dihimpun dalam Jabar Hari Ini :
1. KPU Umumkan Hasil Pilwalkot Bandung 6 Desember
Komisi Pemilihan Umum (KPU) bakal mengumumkan hasil Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung 2024 pada 6 Desember mendatang. Pengumuman dilakukan setelah tahapan rekapitulasi selesai dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua KPU Kota Bandung, Khoirul Anam Gumilar Winata mengatakan, saat ini tahapan rekapitulasi sedang berlangsung di kecamatan dan ditargetkan selesai pada 3 Desember 2024.
"Kalau tingkat kecamatan hari ini baru mulai rekapitulasi, maksimal tanggal 3 (Desember) selesai di kecamatan," kata Anam saat dihubungi detikJabar, Jumat (29/11/2024).
Setelah di tingkat kecamatan, rekapitulasi dilanjut ke tingkat kota. Anam menyebut, tahap rekapitulasi di tingkat kota ini maksimal selesai di tanggal 6 Desember.
Dengan begitu, pengumuman hasil Pilwalkot Bandung juga dilakukan di tanggal tersebut.
"Baru kemudian tanggal 4 (rekapitulasi) tingkat kota, maksimal tanggal 6 selesai. Jadi hasil maksimal diumumkan tanggal 6 (hasil Pilwalkot)," tegasnya.
Setelah pengumuman hasil, KPU akan menunggu selama 1 bulan jika terdapat calon yang melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Jika tidak ada, penetapan calon terpilih akan dilakukan pada 6 Januari 2025.
"Nanti tinggal menunggu penetapan itu di tanggal 6 Januari rentang 1 bulan. Kalau tidak ada gugatan tanggal 6, kalau ada (gugatan) bisa mundur (penetapannya), tergantung nanti di MK," tutup Anam.
2. Pedagang Es Doger di Bandung Dibacok
Rahmat Murdani (42), seorang pedagang es doger, menjadi korban pembacokan oleh bang jago. Peristiwa tersebut terjadi saat korban menolak dagangannya dipalak oleh bang jago tersebut.
Aksi pembacokan tersebut terjadi di Jalan Pertigaan Cibiru Raya, Kampung Cibangkonol, Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kamis (28/11/2024). Korban langsung mengalami luka di bagian pinggang sebelah kiri.
"Adapun motif pelaku berani melakukan perbuatan tersebut karena pelaku marah. Setelah korban menolak permintaan pelaku untuk memberinya sebungkus es doger gratis," ujar Kapolsek Cileunyi Kompol Rizal Adam, kepada detikJabar, Jumat (29/11/2024).
Rizal mengatakan sang preman atas nama Feri Andriansyah sempat berpura-pura membeli es doger kepada korban. Setelah itu korban langsung membungkus pesanan pelaku.
"Ketika korban membungkus es doger pesanan pelaku, rupanya pelaku pulang dulu ke rumah mengambil sebilah golok yang dipergunakan untuk menganiaya korban," katanya.
Setelah itu pelaku datang membawa golok dan melakukan pembacokan kepada korban. Kemudian gerobak es doger milik korban pun dirusak oleh pelaku dengan membabi-buta.
"Pelaku langsung membacok korban ke arah bagian pinggang sebelah kiri menggunakan senjata tajam jenis golok dan melakukan pengrusakan terhadap gerobak es Doger milik korban," jelasnya.
Rizal menjelaskan setelah itu korban langsung mengalami luka-luka di bagian pinggang sebelah kiri. Setelah itu korban dibawa ke Rumah Sakit Al Islam Kota Bandung.
"Korban dibawa ke RS Al-Islam Bandung untuk dilakukan pengobatan dan perawatan. Sedangkan gerobak Es Doger korban rusak tidak dapat dipakai," ucapnya.
3. 1 Petugas KPPS Kota Bandung Meninggal
Seorang Anggota KPPS di Kota Bandung meninggal dunia saat bertugas di Pilkada serentak 2024. Anggota KPPS bernama Muhammad Reihan Zulfikar itu meninggal dunia, Rabu (27/11/2024) kemarin.
Ketua KPU Kota Bandung, Khoirul Anam Gumilar Winata menyebut, Reihan merupakan Anggota KPPS TPS 21 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo. Menurut Anam, yang bersangkutan sempat lemas di sore hari usai pemungutan suara.
"Kronologinya yang bersangkutan itu jam 3 (sore) lemas, terus pulang sekitar setengah jam 4," kata Anam, Jumat (29/11/2024).
Dari informasi yang didapat, Reihan sempat akan dibawa ke dokter oleh orang tuanya. Namun yang bersangkutan menolak hingga kemudian mengalami kejang-kejang sebelum meninggal dunia.
"Kata orang tuanya mau dibawa ke dokter cuma yang bersangkutan gak mau, gak lama dari situ kejang-kejang dan meninggal," ucapnya.
Disinggung dugaan Reihan kelelahan hingga meninggal dunia, Anam mengatakan belum mengetahui secara pasti. Dia menyebut bakal berkunjung ke rumah duka untuk mendengar pernyataan langsung keluarga.
"Saya kurang paham, kalau kelelahan waktunya masih sore, aktivitas juga tidak sepadat kemarin Pemilu dan sore juga pulang, apakah punya sakit bawaan ini masih belum tahu. Kami baru akan datang ke rumah duka sore ini," jelas Anam.
Lebih lanjut, Anam mengungkapkan KPU bakal memberi santunan kepada Reihan senilai Rp 46 juta, termasuk biaya pendidikan sebesar Rp 172 juta jika yang bersangkutan memiliki anak.
"Santunan diberi kita juga sudah kerjasama dengan BPJS, ada santunannya lebih besar dari Pemilu. Kalau pemilu Rp 36 juta, sekarang di angka Rp 46 juta. Kalau yang bersangkutan punya anak, diberi santunan pendidikan sebesar Rp 172 juta untuk 2 anak maksimal," tandasnya.
4. Runtuhnya Dominasi PKS-Gerindra di Bandung
Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Gerindra tumbang jika melihat hasil quick count Pilwalkot 2024.. Padahal sejarah mencatat, kandidat dari dua partai tersebut selalu menang di kontestasi sebelumnya.
Berdasarkan hasil hitung cepat Charta Politika, pasangan dari PKS dan Gerindra yakni Haru Suandharu-Dhani Wirianata memperoleh 36,82% suara. Angka itu kalah dibanding pasangan dari Nasdem-PKB yaitu Muhammad Farhan-Erwin dengan 44,31%.
Haru Suandharu sendiri merupakan kader senior PKS yang menjabat sebagai Ketua DPW PKS Jawa Barat. Sementara Dani Wirianata adalah eks sekretaris pribadi Prabowo Subianto yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra.
Menilik ke belakang, pasangan yang diusung PKS dan Gerindra selalu menang dalam dua kali Pilwalkot Bandung sebelumnya, yakni pada tahun 2013 dan 2018.
Pada 2013, PKS-Gerindra mengusung pasangan Ridwan Kamil dan Oded M. Danial. Pilwalkot Bandung saat itu diikuti 8 pasangan calon. Hasilnya, RK-Oded menang dengan memperoleh 434.130 suara atau 45,24%.
Koalisi PKS-Gerindra berlanjut di Pilwalkot 2018. Kali ini mereka mengusung Oded M. Danial-Yana Mulyana. Dengan 4 pasangan calon, Oded-Yana memperoleh 634.682 suara atau 50,10%.
Mengapa PKS-Gerindra bisa tumbang di Pilwalkot Bandung 2024? Pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Muradi menyebut ada ketidakcermatan PKS dan Gerindra dalam memilih figur di kontestasi kali ini.
Selain figur yang dianggap kurang tepat, Muradi menyatakan mesin partai dari PKS belum bekerja maksimal di Pilwalkot Bandung 2024.
"Pertama figur, Pilkada ini figur, partai ini hanya kendaraan saja, walaupun memang ada tiket di situ, PKS tidak bekerja efektif tidak hanya di Jabar, tapi di Jakarta juga sama bahkan Presiden PKS juga kalah," kata Muradi, Jumat (29/11/2024).
"Artinya, buat saya simpel. Mereka tidak efektif kerja menjalankan fungsi kemenangan, tidak efektif konsolidasi, dan juga langkah-langkah untuk mendorong proses kemenangan di kader mereka," sambungnya.
Sementara untuk figur dari Gerindra yakni Dhani Wirianata, menurut Muradi tidak memberikan efek kejut ketika diusung sebagai pendamping Haru Suandharu. Bahkan duet keduanya, kata dia, dianggap tidak pas.
"Publik dalam kondisi normal ini akan lebih memilih yang mereka kenal. Otomatis harus jadi bahan evaluasi, karena posisi dari calon internal ini. Sementara pemilih memilih bukan karena partai politik," tegasnya.
Seharusnya, menurut Muradi, Gerindra lebih menonjolkan kader yang sudah dikenal oleh masyarakat, misalnya Tony Wijaya yang menjabat sebagai Ketua DPD Gerindra Kota Bandung.
"Contoh kader terbaik Gerindra di Bandung siapa? Bukan Dhani, kenapa nggak kader seperti Tony Wijaya. Jadi bukan Dhani yang masih muda, ya walaupun bekas asisten Pak Prabowo," tandasnya.
5. Kisah Pilu Wanita Sukabumi Lahirkan Bayi yang Meninggal di RS
Sejumlah foto bayi dalam keadaan meninggal dunia viral di media sosial Facebook. Dalam narasi yang menyertai unggahan tersebut, pengunggah mengaku menjadi korban dugaan kelalaian pihak rumah sakit saat melahirkan di RSUD Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
"Sabar ya, Dede. Maafin Mama ya. Tunggu Mama sehat, Mama minta keadilan buat Dede. Udah keseringan kejadian kaya gini. Kalau yang lain diem, maaf-maaf tidak dengan saya. Mungkin kalau masih ada yang ingat, dulu juga saya pernah ngelakuin hal sama ya," kutip detikJabar dari unggahan tersebut, Jumat (29/11/2024).
Penelusuran detikJabar, pembuat unggahan itu bernama Defhisa Abriani Husein, seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun. Defhisa, warga Kampung Ciwaru, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, membenarkan ia menjadi korban dugaan kelalaian pihak rumah sakit saat melahirkan.
"Itu anak saya. Meninggal dunia pada hari Rabu (27/11/2024)," tutur Defhisa kepada detikJabar melalui sambungan telepon.
Defhisa menjelaskan, dokter yang menangani kehamilannya sebelumnya menyarankan agar proses persalinan dilakukan melalui operasi caesar (sesar). "Sudah disarankan untuk sesar. Saya pilih sesar meskipun memang semua ada risikonya. Masalahnya, katanya berat badan bayi masih kurang," kata Defhisa.
Ia mengaku bersama suaminya sudah berulang kali meminta proses persalinan dilakukan dengan sesar, tetapi petugas medis menolak.
"Kami sudah bilang ke entah bidan atau perawat, saya mau sesar. Tapi katanya enggak bisa, ini sudah pembukaan. Saya bilang posisi bayi saya melintang, bukan sungsang, tapi lintang. Usia kandungan masih 8 bulan, berat badan bayi kecil, dan air ketuban sudah habis," ungkap Defhisa.
Menurutnya, petugas tetap memaksakan proses persalinan normal meskipun kondisi bayi tidak memungkinkan.
"Saya bilang saya enggak bisa normal, dokter bilang saya harus sesar, itu berulang kali sampai di detik saya mau melahirkan. Mereka bilang 'bisa bu, ibu berjuang sendiri, ini pantat anak ibu sudah keluar duluan'. Setelah itu, dia bilang 'kakinya bu sudah kelihatan', katanya 'ayok bu dorong'. Ternyata kaki saya dipegang dua-duanya sama masing-masing dua orang, ditarik dipaksa keluar kaki ternyata yang keluar bukan kaki, tapi tangan bayi," lirih Defhisa.
(sya/yum)