Mengintip Proyek Upland Kentang di Dataran Tinggi Garut

Mengintip Proyek Upland Kentang di Dataran Tinggi Garut

Hakim Ghani - detikJabar
Senin, 25 Nov 2024 16:50 WIB
Budidaya kentang di dataran tinggi Garut
Budidaya kentang di dataran tinggi Garut (Foto: Istimewa)
Garut -

Kabupaten Garut memiliki potensi yang cukup besar dalam mendukung swasembada pangan, karena sektor pertaniannya yang menjanjikan. Salah satu komoditas yang diusung pemerintah untuk dikembangkan di Garut demi mewujudkan swasembada pangan adalah kentang.

Upaya tersebut, saat ini terus berupaya dilakukan oleh pemerintah, melalui program Upland. Aktivitas pertanian di dataran tinggi, dengan mengedepankan pengembangan on-farm dan off-farm menggunakan teknologi.

Kepala Dinas Kabupaten Garut Haeruman mengatakan, Garut merupakan satu dari 14 kabupaten di Indonesia yang ditunjuk untuk menjalankan proyek Upland. Yang menjadi komoditas utamanya, adalah kentang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, proyek Upland berjalan di 4 desa yang tersebar di beberapa kecamatan. Yakni Desa Sukawangi, Desa Cikandang, Desa Simpang dan Desa Margamulya.

"Total ada 200 hektare lahan yang digunakan untuk mendukung kegiatan Upland ini. Sudah berjalan sejak tahun 2021," kata Haeruman kepada wartawan di Garut, Senin, (25/11/2024).

ADVERTISEMENT

Dalam Upland, para petani yang tadinya menjual kentang ke pasaran konsen menggarap benih kentang unggulan. Ada beragam cara tanam yang diterapkan, mulai dari secara konvensional di perkebunan, hingga hidroponik.

"Tujuannya tentu menghasilkan benih kentang bersertifikat dan meningkatkan taraf hidup petani," katanya.

Usaha para petani ini, didukung oleh infrastruktur pendukung dari pemerintah. Mulai dari jalan usaha tani, embung air, hingga irigasi sprinkler. Rahmi Khalida dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) sebagai organisasi dunia pendukung Upland mengatakan, saat ini program tersebut terus diupayakan agar lebih produktif.

"Upland ini berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani dataran tinggi. Khususnya, melalui budidaya tanaman seperti kentang," katanya.

Meskipun menjanjikan untuk memberikan keuntungan yang lebih bagi para petani, program ini sendiri, kata Rahmi, memiliki banyak tantangan. Mulai dari perubahan pola tanam, hingga kestabilan harga di pasaran.

"Diperlukan waktu untuk membangun kepercayaan petani, agar mau menjual hasil produksi kepada koperasi," pungkas Rahmi.




(dir/dir)


Hide Ads