Warung Bu AI yang Canggih Mengolah Rasa Kuliner Jadul di Sukabumi

Serba-serbi Warga

Warung Bu AI yang Canggih Mengolah Rasa Kuliner Jadul di Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 24 Nov 2024 07:00 WIB
Ika, putri dari Bu Ai
Bu Ai, Tukang Gorengan
Bandung -

Bagi sejumlah anak muda di Kampung Mariuk, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi nama Bu Ai (dibaca E-ai) kerap menjadi plesetan karena mirip dengan akronim Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mereka mengaitkannya dengan sosok Bu Ai.

Ai adalah sosok penjual gorengan pintar berusia 55 tahun yang menjual beragam gorengan selama lebih dari setengah usianya, "kecerdasan" yang diasosiasikan dengan nama Ai terasa cocok dengan keahliannya mengolah makanan, yang tak pernah gagal memuaskan selera pelanggannya.

Di warung sederhana miliknya beragam gorengan seperti tempe, bala-bala, dan kroket berbaris rapi, ditemani kue-kue tradisional, nasi uduk, hingga lepeut atau lontong. Semua dibuat dengan resep sederhana namun penuh kehangatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua ini resep ibu saya. Saya belajar banyak dari beliau, nama Ai itu panggilan. Nama panjangnya Aisyah," kata Ika (24), Kamis (21/11/2024). Ika, adalah salah satu anak perempuan Bu Ai ia mulai mengambil peran lebih besar saat menjalankan usaha ini.

Ika mengisahkan bagaimana keluarga mereka telah lama menjadi pegiat UMKM di Simpenan. Tak hanya berjualan gorengan, keluarga ini juga memproduksi kue-kue tradisional untuk pesanan acara.

ADVERTISEMENT

"Kami bukan hanya mencari nafkah, tapi juga ingin melestarikan makanan tradisional. Gorengan dan kue itu seolah sudah jadi bagian dari budaya kita khususnya masyarakat di tanah pasundan. Misalnya odading, yang banyak dinikmati pembeli dengan kopi saat pagi hari," tutur Ika.

Ika juga menceritakan bagaimana ibunya memulai usaha ini dengan modal sangat kecil. "Dulu, ibu cuma punya satu wajan dan kompor sederhana. Sekarang, Alhamdulillah, pelanggan kami semakin banyak, bahkan ada yang dari luar desa," tambahnya.

Ika, putri dari Bu Ai Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Pelanggan warung gorengan Bu Ai tidak hanya dari warga setempat, posisi warung yang berada di pinggir jalan raya penghubung ke wilayah Pajampangan membuat mereka yang melintas kerap memarkirkan kendaraannya untuk sekadar menyeruput kopi ditemani gorengan.

Keunikan nama Bu AI dan rasa otentik dari dagangannya membuat warung ini tetap bertahan di tengah persaingan. Dengan keterlibatan anak-anaknya, usaha ini dipastikan akan terus hidup.

"Kami ingin membesarkan usaha ini lebih jauh, bukan hanya untuk keluarga kami, tapi juga untuk memperkenalkan makanan tradisional ke generasi muda," tutur Ika.

Warung Bu Ai tidak hanya menjual makanan, tetapi juga menyimpan cerita tentang kesetiaan dan keakraban. Setiap hari, pembeli yang datang bukan sekadar mencari gorengan, tetapi juga menyempatkan waktu untuk berbincang.

"Bu Ai itu legenda di sini. Gorengannya gurih, kuenya enak, harganya juga pas di kantong," kata Nanan, salah satu pelanggan setia yang mengaku sudah membeli gorengan Bu AI sejak ia masih duduk di Sekolah Dasar.

(sya/yum)


Hide Ads