Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat bakal menggelar pameran yang dihadiri perwakilan-perwakilan dari luar negeri. West Java International Expo (WJX) digelar perdana di tahun ini, pada 11-13 Oktober 2024 di Maison Pine Hotel, Kota Baru Parahyangan.
Kepala Disperindag Jabar, Noneng Komara Nengsih mengatakan setidaknya ada 119 orang perwakilan dari berbagai negara yang hadir untuk melihat dan berbelanja produk-produk pilihan dari Jawa Barat. Seperti dari Oman, Filipina, Johor, Vietnam, Mesir, Kamerun, Papua Nugini, hingga Cina.
"Kita kalau expo itu sudah sering ya, tapi kalau expo internasional ini pertama dilakukan di 2024. Temanya lebih ke technology and food, jadi semoga ini memberi kontribusi perekonomian di Jabar. Kita sudah jadi negara exportir, jadi kita kenalkan lagi industri kita teknologi ataupun food-nya lebih ke mesin pengolah makanan yang sederhana," ucap Noneng di Gedung Sate, Selasa (8/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Noneng mengatakan, pihaknya telah mengundang 500 potential buyer dan menargetkan 5.000 kehadiran masyarakat di event WJX. Expo internasional pertama ini, tujuannya untuk mempertemukan seluruh usaha di Jabar dengan buyer antar daerah hingga negara.
Setidaknya ada 120 jenis produk yang dipamerkan di WJX, 20 jenis dari Pasamoan, dan untuk produk wastra sebanyak 24 produk. Menurutnya, Jabar yang sudah jadi langganan berbagai negara itu, bakal banyak diincar terutama teknologi pangan dan mesin industri pangannya.
"Ekspor terbesar Jabar itu kan mesin, jadi kita perlihatkan. Dan sudah banyak yang siap hadir teknologi dan food-nya, lalu mesin ini juga bisa digunakan seluruh IKM di Indonesia. Jadi kita juga undang provinsi lain, karena produksi mesin kan cukup besar di Jabar," katanya.
"Di WJX juga memamerkan teknologi yang membuat pangan, makanya disebut food technology atau processing, jadi lebih ke mengembangkan pangannya. Gimana memproses kopi, membuka kelapa, teknologi ini sudah diterapkan di industri daerah yang mungkin sudah dijual, dan kita lebarkan buyer-nya. Alat teknologi dari UMKM juga ya industrinya kan juga perlu mesin-mesin teknologi tepat guna," sambung Noneng.
Selain itu, ada 25 Kota Kabupaten di Jabar yang diminta untuk memamerkan produk hasil diversifikasinya. Menurut Noneng, hal ini bukan cuma upaya mendorong usaha lokal bersaing di tingkat mancanegara, tapi juga memberi peluang untuk mencari potensi pangan pengganti beras dan tepung yang harus impor.
"Kita kan masih impor terigu dan beras, kita juga punya pangan nabati yang luar biasa yang bisa dikembangkan. Perusahaan dari kita juga ada yang bikin ubi ke pasta, itu sangat disukai. Jadi itu semoga bisa bikin kita tidak sangat tergantung dengan beras, atau terigu karena kan kita gak punya gandum. Kan bisa singkong, talas, ubi," kata Noneng.
Ia menargetkan dalam event ini, dapat menarik potential buyer sampai Rp70 miliar. Rencananya, pembukaan acara WJX 2024 akan dimulai dengan pelepasan ekspor kopi arabica dari Bandung Selatan dan Garut Selatan. "Pelepasan ekspor kopi ke Belanda dan Arab Saudi akan dilakukan ada dua yakni seberat 19,2 ton dan 360 kilogram dengan total pembelian Rp3,5 miliar. Itu juga terdapat hasil kerja kita untuk promosi kopi dari dua gunung ini," ucap Noneng.
Ambisi Menghentikan Impor dari Sektor Sandang
Analis Kebijakan Ahli Utama Setda Pemprov Jabar, Raden Dewi Sartika mengatakan fokus acara ini tak hanya memperkenalkan inovasi sektor pangan. Tapi juga termasuk bidang tekstil hasil karya para desainer muda Jabar.
Setidaknya ada 24 produk wastra yang bakal dipamerkan dalam event WJX 2024. Harapannya, upaya ini dapat menghasilkan nilai ekonomi Jabar yang semakin tinggi.
"Jadi kami ingin memperkenalkan wastra Jabar, tren fashionnya ditampilkan melalui fashion show dan desainnya terlihat. Pesona Wastra Jabar di WJX akan menampilkan produk yang berdaya saing, melalui karya yang sesuai dengan trend fashion dan jadi bagian dari gaya hidup," ucap Dewi.
Hasil para desainer pemula akan dipamerkan dalam fashion show Pesona Wastra Jabar yang mengangkat tema Cinta untuk Jawa Barat. Event ini bakal menghubungkan para desainer pemula dengan industri fesyen. Setidaknya bakal hadir 24 tenant yang delapan di antaranya adalah produk profesional, 10 di antaranya dari peserta lomba, dan enam lainnya hasil dari peserta lomba serat alami.
Satu hal yang unik, Pemprov Jabar rupanya melirik upaya usaha fesyen dan wastra di Jabar dengan alternatif bahan lain selain kapas. Dewi mengatakan, Pemprov Jabar ingin menjadikan serat alami menjadi produk massal dengan teknologi alat-alat yang nantinya bisa menggantikan kapas.
"Sebab kita kapas itu masih impor, jadi ini bisa berdampak bagi pengembangan fesyen di Jabar dan Indonesia. WJX ini akan menampilkan produk unggulan dari IKM yang berorientasi ekspor, produk lokal unggulan bisa membuka peluang pasarnya," kata Dewi.
Dalam kontes diversifikasi program membuat wastra dari serat alam ini, bisa menggunakan alternatif lainnya seperti serat nanas, gedebog pisang, bambu, hingga biduri. Namun memang, Noneng menimpali bahwa kendala diversifikasi produk ini adalah pada kekuatan bahannya.
"Karena kapas kan kita juga impor. Jadi semoga adanya diversifikasi kita lebih mandiri. Sekarang ini strategi diversifikasi kita sedang RnD bersama balai busana untuk memperkuat bahannya. Bahan ini tidak terlalu kuat, jadi gimana bisa dipakai lebih lama. Kalau nyaman sih nyaman, tapi biar lebih kuat kita masuk RnD lalu kita coba di pasar juga, supaya orang menyukai barang tersebut," ucap Noneng.
(aau/iqk)