Langit belum menunjukkan cahayanya, matahari kalah cepat datang dibanding langkah kaki para loper menjemput koran yang akan disebar kepada pelanggannya hari ini (8/10/2024). Sudah sejak pukul 02.00 WIB para agen dan loper berdatangan menunggu di atas trotoar belokan yang menghubungkan Jl. Dr. Ir. Sukarno dan Jl.Naripan.
Setidaknya, ada enam mobil pengantar koran dari distributor yang mereka tunggu. Biasanya mobil tersebut datang secara bergantian, mulai dari pukul 02.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB. Rutinitas tersebut mereka lakukan setiap hari, tanpa ada libur sehari pun dalam seminggu.
Hari ini, sama seperti hari-hari sebelumnya, hari setelah internet bisa diakses dengan mudah dan bebas, tak banyak agen dan loper yang tersisa. Terlihat pada hari ini, hanya terdapat 8 agen yang saling berbincang sembari menunggu koran datang. Nahasnya, memang hanya itu yang tersisa untuk daerah Bandung Raya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ada yang membedakan hari ini dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya bagi para agen dan loper koran di Bandung Raya. Selain bahwa edisi koran yang mereka tunggu berganti, juga ternyata hari ini dituliskan dalam kalender sebagai Hari Loper Koran Nasional.
Ade (60), seorang agen koran yang bertempat tinggal di daerah Moh. Toha, mengungkapkan pengalamannya selama berprofesi sebagai loper keliling dan agen koran dari tahun 1982. Penurunan secara drastis jumlah penghasilan dan eksemplar koran yang didapati hingga menyusutnya jumlah loper yang mengambil koran darinya kian terjadi secara terus-menerus.
"Sekarang mah, semenjak ada HP, turun drastis hampir setengahnya lebih. Sekarang sekitar 600 eksemplar sehari, dulu bisa mencapai 1000 sampai 1500 eksemplar. Agen juga sekarang mah cuma ada berapa, dulu mah sampai 100 lebih. Loper juga sama turun, dulu (yang ambil ke saya) ada 30, sekarang sisa 12 orang," tutur Ade sembari menyusun koran yang akan diambil loper.
![]() |
Lebih lanjut, Ade juga menceritakan pengalaman-pengalaman yang dialaminya selama menjalani bidang profesinya ini. Dulu, terlebih ketika momen-momen penting pengumuman perguruan tinggi, loper terasa sangat dinanti-nanti bahkan hingga dikejar-kejar dan dicari keberadaannya. Para siswa berbondong-bondong hendak membeli koran guna melihat pengumuman hasil seleksi dirinya di perguruan tinggi.
Hal senada terkait penurunan minat terhadap koran dan profesi loper, juga disampaikan oleh Ukon (55) yang telah menggeluti profesi ini sejak tahun 1991. Ia pun menyampaikan bahwa penurunan drastis tersebut mulai terasa semenjak adanya HP.
"Menurun drastis waktu ada HP. Dulu-dulu mah bagus, sekarang mah setengah juga enggak. Dulu mah kalau ada (berita) Persib rame, sekarang mah susah, paling cuma berapa biji (terjual)," ujar Ukon.
Ukon pun menyebutkan bahwa dengan menurunnya minat publik terhadap koran tersebut, berdampak juga cukup signifikan pada penghasilannya sebagai loper koran.
"Wah turun, dulu mah sampai kalo sehari bisa seratus (ribu rupiah), sekarang mah lima puluh (ribu rupiah) juga aduh susah. Habis buat makan, buat ongkos juga habis," katanya.
Merasakan kondisi yang ia dan Ukon rasakan secara langsung dari masa ke masanya, Ade belum menyerah untuk terus menjalani profesi ini. meski dengan kondisi yang terus menurun, Ade tetap mengharapkan agar profesi yang ia jalani ini tak akan pernah hilang.
"Mudah-mudahan jangan sampai gak ada gitu, soalnya apalagi sekarang HP sekarang semakin canggih. Iklan-iklan sekarang juga pindah ke HP. Mudah-mudahan jangan sampai tergerus," harap Ade.
(yum/yum)