Kasus dugaan penganiayaan yang menimpa siswa salah satu MTs di Tasikmalaya viral. Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) sudah melakukan penelusuran dan menemukan fakta terbaru.
Sebagaimana diketahui, video aksi dugaan perundungan fisik tersebut viral di media sosial dan pesan berantai. Sejumlah anak bertelanjang dada berjejer. Mereka kemudian dipukuli bagian perutnya oleh seorang pelajar lain.
Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan pihaknya sudah melakukan penelusuran. Menurut Ato, ada 19 pelajar yang terlibat di mana 14 orang di antaranya merupakan korban. Lalu pelaku pemukulan berjumlah 2 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil pendalaman kami ke sekolah langsung. Ada 19 orang yang terlibat, 14 orang jadi korban dan dua orang terduga pelakunya," kata Ato, Sabtu (5/10/2024).
Menurut Ato, korban merupakan siswa kelas 7. Sedangkan pelakunya yakni kakak kelas 8. Mereka saling mengenal satu sama lainnya.
"Korbanya itu kelas tujuh, terduga pelakunya kelas delapan. Jadi sama sama anak," kata Ato.
Menurut Ato, pihak sekolah sudah berupaya menyelesaikan kasus tersebut sebelum viral. Bahkan semua pihak termasuk orang tua korban dan pelaku dihadiran. Saat itu, kasus ini sudah diselesaikakn secara islah di sekolah.
"Di sekolah sudah diselesaikan kasus ini, tapi kembali viral. Dan ananda terduga pelaku yang sebetulnya alami tekanan psikis saat ini. Kami melakukan trauma healing agar psikologisnya pulih cepat. Pada dasarnya ini kenakalan biasa, baik korban maupun pelaku dasarnya korban. Korban dan terduga pelaku ditangani pemulihan psikis sama kami," ucap Ato.
Ato menambahkan hasil pendalaman juga menguak fakta aksi perundungan dipicu rekrutmen geng pelajar.
"Jadi latar belakangnya itu karena lihat di medsos soal geng, nah untuk proteksi mau dibuat geng itu. Dibuatlah proses rekrutmen oleh pelaku bersama satu temanya. Itu pun spontan. Gak ada perencanaan. Dan di sekolah itu, belum ada geng," kata Ato Rinanto.
Polres Tasikmalaya belum menerima laporan polisi terkait kasus ini. Namun, polisi langsung jemput bola melakukan pendalaman untuk menyelamatkan anak.
"Kita belum nerima laporan polisinya, tetapi kami lakukan komunikasi dengan berbagai pihak. Ini kan disinyalir anak anak jadi penanganan hukumnya harus tepat tidak menimbulkan fsikis," kata Kanit PPA Satreskrim Polres Tasikmalaya Aiptu Josner.
(dir/dir)