Bukti Terbaru soal Lokasi Kota Tertua di Dunia

Kabar Internasional

Bukti Terbaru soal Lokasi Kota Tertua di Dunia

Tim detikInet - detikJabar
Sabtu, 21 Sep 2024 04:30 WIB
Rekonstruksi fase pendudukan utama Megasite Cucuteni-Trypillia di Maidanetske sekitar tahun 3800 SM.
Rekonstruksi fase pendudukan utama Megasite Cucuteni-Trypillia di Maidanets'ke sekitar tahun 3800 SM. (Foto: Wikimedia/Susanne Beyer)
Jakarta -

Para peneliti berhasil menujukan bukti baru jika kota pertama di dunia bukan berada di Mesopotamia atau Asia Tengah melainkan di Ukraina.

Dilansir detikInet, berdasarkan terbitan terbaru surat kabar Swiss Neue Zürcher Zeitung (NZZ), bukti tentang kota tertua di dunia tersebut berdasarkan temuan sisa-sisa pecahan tembikar yang berserakan. Situs besar Trypillia ini berasal dari tahun 4000 SM di Ukraina, yang menjadikannya pemukiman perkotaan tertua di dunia.

Arkeolog dari Kiel University Joseph Muller, mulai meneliti pemukiman raksasa di Ukraina ini pada tahun 2011, berdasarkan penelitian dasar yang dilakukan pada tahun 1960-an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih dari 250 situs pertama kali diidentifikasi oleh seorang topografi militer yang menampilkan pola vegetasi yang menarik seperti formasi konsentris yang mengisyaratkan konstruksi manusia.

Para peneliti menggunakan teknik geomagnetik dan mengungkap struktur tersembunyi di bawah permukaan Bumi, termasuk penemuan megasitus Trypillia yang mencakup lebih dari 100 hektar.

ADVERTISEMENT

Situs-situs besar Trypillia, yang merupakan salah satu kota terencana paling awal yang diketahui, tidak seperti pusat perkotaan modern.

Seperti dilansir U-krane, lokasi tersebut berbentuk lingkaran atau oval dan rumah-rumahnya tersusun dalam lingkaran konsentris, dengan jalan raya atau koridor lebar di antaranya.

"Ini adalah kota-kota pertama yang direncanakan oleh umat manusia," demikian pernyataan NZZ Swiss yang menyebutkan bahwa lokasi terbaik adalah yang ukurannya lebih besar dari Monaco dan dapat dibandingkan dengan Central Park di New York, Amerika Serikat.

Dari hasil penelitian, diprediksi rumah-rumah yang terbuat dari kayu dan tahan liat tersebut kemungkinan terbakar gegara konflik di zamannya.

"Makam-makam individu adalah sesuatu yang digunakan sekelompok orang yang menguburkan untuk menunjukkan peran mereka kepada orang lain. Refleksi struktur sosial ini tidak ada di sini," kata Müller seperti dikutip dari WIONews.

"Jika tidak ada makam yang ditandai dengan cara yang ramah bagi para arkeolog, itu tidak berarti bahwa pemujaan terhadap orang mati tidak ada," tambahnya.

Artikel ini telah tayang di detikInet. Baca selengkapnya di sini.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads