Kisah Nenek Laela Penuai Berkah Mangrove di Pasir Putih Karawang

Kisah Nenek Laela Penuai Berkah Mangrove di Pasir Putih Karawang

Irvan Maulana - detikJabar
Senin, 16 Sep 2024 06:00 WIB
Nenek laela saat menunjukkan dodol mangrove hasil olahannya
Nenek laela saat menunjukkan dodol mangrove hasil olahannya. (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Jumat siang, (13/9/2024), suasana Pantai Pasir Putih, Kabupaten Karawang, nampak tenang. Hembusan angin dan deburan ombak Laut Jawa membuat membuat suasana sedikit sejuk meski cuaca sedang terik.

Pantai Pasir Putih merupakan salah satu spot wisata yang belum terkelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, namun memiliki daya tarik tersendiri. Selain hutan mangrove, pemandangan di Pasir Putih juga cukup menyejukkan pandangan mata.

Di sela-sela pepohonan mangrove, di tengah cuaca terik, Umi Laela (60) terlihat sedang sibuk memetik beberapa buah dari pohon bakau tersebut sembari membawa bakul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua kelompok UMKM Pasir Putih binaan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) Iin Inani (42) yang saat itu menemani perbincangan reporter detikJabar di lokasi menerangkan, Laela sedang mengambil bahan baku untuk mengolah makanan.

"Buah mangrove itu untuk diolah, biasanya dipakai membuat ju dan dodol untuk produk camilan khas masyarakat pesisir Karawang," kata Iin, kepada detikJabar.

ADVERTISEMENT

Lebih jauh diterangkan Iin, hingga saat ini setidaknya sudah ada 16 produk UMKM yang telah dikembangkan Pertamina bersama ibu-ibu Pasir Putih, sejak tahun 2018 lalu.

"Pertamina masuk (membina ibu-ibu) di tahun 2018, awalnya hanya ada 3-4 produk berupa kerupuk berbahan dasar. Kemudian kita coba perlahan membimbing ibu-ibu di sini, sampai sekarang bisa muncul sekitar 16 produk," kata dia.

Ke-16 produk tersebut yakni, kerupuk ikan teri, sate bandeng, ikan bakar, kerupuk rajungan, terasi bawang, sambal cumi, amplang ikan, empek-empek rajungan, bakso ikan remang, dendeng ikan japuh, dodol mangrove, basreng rajungan, kerupuk ikan remang, jus mangrove, udang bakar, dan bola-bola susu.

Dari 16 produk yang telah dikembangkan, sumber dana tanggungjawab sosial perusahaan PHE ONWJ, kini beberapa diantaranya sudah familiar di mata dan telinga masyarakat Karawang dan luar Karawang.

"Sekarang 16 produk itu sudah mulai dikenal masyarakat, apa lagi yang dodol mangrove, jus mangrove, bahkan produk ini sudah pernah kita kirim ke Thailand, Kalimantan, dan beberapa daerah lain di luar Jawa," katanya.

Sementara itu, Nenek Laela mengaku kali ini dia sedang dapat pesanan 50 bungkus dodol mangrove berukuran 50 gram, untuk dia kirim ke Kediri, Jawa Timur.

"Ini ngambil buah mangrove, malam ini kita mau bikin lagi, ada pesanan 50 bungkus untuk dikirim ke Kediri," kata Laela sembari menggendong bakul berisi buah mangrove sembari menuntun detikJabar ke rumahnya, di Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang.

Nenek laela saat menunjukkan dodol mangrove hasil olahannyaDodol mangrove Foto: Irvan Maulana/detikJabar

Setibanya di rumah, Laela menunjukkan beberapa bungkus dodol sudah siap dikemas hasil produksinya tadi pagi. Dodol-dodol itu terlihat menggungah selera karena wanginya cukup pekat.

"Ini tinggal bungkusin aja, bikinan tadi pagi, ada yang pesan 20 bungkus buat pameran katanya. Alhamdulillah kalau dodol ini banyak pesan mungkin karena lebih terkenal yah," imbuhnya.

Untuk satu biji dodol berukuran 50 gram, Laela menjualnya Rp5 ribu, namun harganya bisa naik jadi Rp8 ribu jika dijual oleh tangan kedua.

"Kita dari sini jualnya Rp5 ribu, tapi rata-rata orang yang pesen ke sini jualnya Rp8 ribu, mungkin bukan untuk dia. Tapi dengan harga itu masih laku, karena rasanya enak dan ini terbuat dari mangrove," ucap Laela.

Dodol mangrove cukup berbeda dari dodol lainnya, selain manis, dodol mangrove memberikan cita rasa asam dan gurih saat dimakan, kerikil pecahan biji mangrove jadi pembeda yang unik saat mengunyah dodol mangrove tersebut.

Buah mangrove jadi berkah tersendiri bagi Laela, karena sebelumnya, ia dan ibu-ibu Pasir Putih lainnya hanya bergantung hidup dengan jadi buruh pembersih rajungan hasil tangkapan nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir Putih.

"Dulu mah cuma bersih-bersih rajungan, sehari rata-rata kalau rajin paling dapat Rp20 ribu. Sekarang pada usaha sendiri-sendiri ya, ibu-ibu punya penghasilan lebih meningkat," ujar dia.

Dengan memproduksi dodol mangrove dan jus mangrove, Laela dan ditemani anak bungsu perempuannya bisa memperoleh rata-rata Rp1,5 juta dalam seminggu.

"Sekarang mah ini aja ada yang pesan 50 bungkus udah ketahuan jadi duit Rp250 ribu, seminggu rata-rata dapat Rp1,5 juta. Karena anak saya jualannya di online juga kan," pungkasnya.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads