Dedi Mulyadi Bicara Karembong Hejo dan Pelestarian Hutan Sukabumi

Dedi Mulyadi Bicara Karembong Hejo dan Pelestarian Hutan Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 11 Sep 2024 13:30 WIB
Dedi Mulyadi saat kunjungi Sukabumi.
Dedi Mulyadi saat kunjungi Sukabumi. Foto: Istimewa
Sukabumi -

Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengingatkan masyarakat Sukabumi tentang pentingnya menjaga hutan. Ia menyebut istilah 'karembong hejo'. KDM juga mengajak masyarakat untuk menghijaukan kembali Sukabumi.

"Kumaha Sukabumi 100 tahun katukang, kabayang endahna, karembong hejo teh naon, lain karembong Nyi Ratu anu disakralkeun. Karembong hejo ieu leweung tutupan, leweung titipan, leweung garapan. Naon artina? Tingkatan leweung karembong hejo, sabudereun laut kudu di karembongan ku leweung (Bagaimana Sukabumi 100 tahun yang lalu, terbayang keindahannya, karembong hijau itu bukanlah kain selendang Nyi Ratu yang disakralkan. Karembong hijau itu adalah hutan tutupan, hutan titipan, hutan garapan. Apa artinya? Tingkatan hutan karembong hijau, di sekeliling laut harus dihijaukan dengan hutan)," kata Dedi Mulyadi, Selasa (10/9/2024) malam.

Dedi menjelaskan pentingnya menjaga hutan, yang terdiri dari berbagai jenis, hutan yang dilindungi, hutan yang dijaga oleh masyarakat, dan hutan yang digarap untuk kebutuhan hidup. Intinya, menurut Dedi, setiap tingkat hutan ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan alam, dan seluruh wilayah di sekitar laut harus dipenuhi dengan hutan hijau untuk menjaga kelestarian lingkungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lamun leweung leungit lautna ruksak, rakyatna balangsak (Jika hutan hilang, lautnya rusak, rakyatnya menderita)," teriak Dedi di hadapan ribuan masyarakat yang datang. Pantauan detikJabar, mereka bertahan meskipun hujan deras.

"Mari kita jadikan rakyat ini dicintai, dikasihani, dan disayangi. Ke depan, tidak boleh ada rumah yang roboh, tidak boleh ada anak yang tidak bersekolah, tidak boleh ada irigasi yang rusak, tidak boleh ada jalan berlubang yang menganga, tidak boleh ada longsor yang dibiarkan tanpa diperbaiki rumahnya. Tidak boleh Perhutani menebang pohon lagi tanpa menyisakan satu pun," ungkapnya menambahkan.

ADVERTISEMENT

Dedi memaparkan, kekayaan alam Sukabumi bukan untuk memperkaya segelintir orang, namun bila dikelola dengan baik dan berkeadilan, maka akan memberikan kemakmuran kepada masyarakatnya.

"Tanah Sukabumi bukan untuk memperkaya beberapa orang, tapi untuk memberikan kemakmuran kepada seluruh penduduknya, kepada semua warga desa," ujarnya.

Dedi juga menyentil soal sejumlah pelajar sekolah dasar yang terpaksa menyeberangi sungai dengan cara berenang akibat tidak adanya jembatan penghubung.

"Di Sukabumi teumeunang aya budak sakola ka sakola ngojay heula di walungan, ngerakeun. Maenya geus merdeka lila budak SD ka sakola ngojay heula (Di Sukabumi tidak boleh ada anak sekolah yang harus berenang di sungai dulu untuk pergi ke sekolah, itu memalukan. Masa sudah merdeka begitu lama, tapi anak SD masih harus berenang dulu untuk ke sekolah)," sentil Dedi.

Dedi juga berjanji, jika takdir membawanya sebagai gubernur maka tidak harus menunggu APBD untuk membangun jembatan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

"Daerah di mana anak-anaknya harus berenang dulu untuk pergi ke sekolah, begitu Dedi Mulyadi terpilih jadi Gubernur, tidak perlu menunggu APBD. Dengan partisipasi masyarakat, akan saya bangun. Tidak perlu menunggu APBD, kita bangun dulu. Ini janji saya kepada warga Sukabumi," pungkasnya.

(sya/sud)


Hide Ads