Kisah Bendungan Matras Pangandaran dan Mitos Buaya Putih-Buntung

Kisah Bendungan Matras Pangandaran dan Mitos Buaya Putih-Buntung

Aldi Nurfadillah - detikJabar
Minggu, 08 Sep 2024 09:00 WIB
Bendungan Matras Pangandaran
Bendungan Matras Pangandaran. Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar
Pangandaran -

Bendungan Matras di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangandaran menjadi salah satu penampungan air untuk memenuhi kebutuhan tiga desa. Saat ini tidak berfungsi dengan baik.

Bangunan ini telah ada sebelum masa kemerdekaan. Bahkan, menjadi salah satu peninggalan bersejarah yang memiliki manfaat bagi kehidupan lingkungan sekitar.

Meski bangunan bendungan itu telah direvitalisasi pada tahun 2010. Desainnya menjadi lebih modern. Seiring berjalannya waktu, kondisi bangunan bendungan mengalami kerusakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh Masyarakat Pangandaran Sarotun mengatakan sebelum menjadi bendungan, kawasan tersebut dulunya hanya sungai. Pada era sebelum penjajahan menjadi salah satu bendungan yang mengairi tiga desa di Kecamatan Pangandaran.

"Dibangunnya waktu masih zaman penjajahan, saya SD sekitar 1980-an sudah ada," kata Sarotun kepada detikJabar, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Sarotun menceritakan Bendungan Matras pada zaman dulu memenuhi kebutuhan pengairan untuk persawahan di Desa Purbahayu, Babakan, dan Panjunjang. Selain membantu pertanian warga, Sarotun juga bercerita soal Bendungan Matras dan memori masa kecilnya.

Ia mengatakan Bendung Matras menjadi tempat bermain bagi anak-anak desa pada zaman dulu. "Sebelum pengairan dulunya tempat berenang sekitar tahun 1982, main di sini Waktu SD, airnya bersih. Menjadi destinasi wisata desa bagi Akamsi atau anak kampung sini," ucapnya.

Momen main di bendungan itu, kata Sarotun, menyimpan banyak cerita masa kecil. "Ya mulai dari belajar berenang sampai bisa di sini dan ngaliwet (botram nasi)," katanya.

Sarotun mengaku tak tahu tentang asal mula nama Matras pada bendungan yang menyimpan banyak kenangan baginya itu. Namun, ia tak menampik nama Matras menjadi julukan yang melekat sejak dulu.

"Kenapa namanya Matras, tidak tahu persis untuk namanya. Cuman sejak dulu disebut Bendungan Matras. Termasuk aliran-aliran irigasi di sini bekas peninggalan Belanda," ucapnya.

Bendungan Matras PangandaranBendungan Matras Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Mitos Buaya Putih-Buntung

Tak hanya kebahagian tentang masa lalu saat Sarotun belum dewas, Bendungan Matras juga menyimpan mitos yang kental pada zaman dulu. Namun, mitos itu perlahan memudar setelah revitalisasi dilakukan.

Sarotun mengatakan mitos yang ada di Bendungan Matras adalah tentang kemunculan buaya. Ya, bukan sembaranga buaya katanya. Melain buaya gaib, dari buaya putih hingga buaya buntung.

"Kalo buaya ada, dulu ada yang sering muncul. Sekarang mah nggak ada," ucapnya.

Ia mengatakan waktu itu sempat dengar ada buaya putih dan buaya buntung, bersembunyi di sungai Kedungori. "Kabarnya kadang ada yang melihat. Entah buaya alami atau apa saya juga kurang tahu. tapi untuk ceritanya memang ada," kata dia.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads