Kemunculan 'Kota Mati' di Waduk Jatigede

Jabar X-Files

Kemunculan 'Kota Mati' di Waduk Jatigede

Wisma Putra - detikJabar
Minggu, 08 Sep 2024 08:00 WIB
Waduk Jatigede  Mengering
Waduk Jatigede Mengering, Foto: (Wisma Putra/detikTravel)
Bandung -

Pada 31 Agustus 2015 lalu, Waduk Jatigede Sumedang resmi diisi air. Pengisian air waduk dipimpin langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Gubernur Jabar yang kala itu dijabat Ahmad Heryawan.

Ada 28 desa di lima kecamatan, yakni Kecamatan Darmaraja, Wado, Jatigede, Jatinunggal dan Cisitu yang tenggelam setelah waduk itu diisi air. Desa Jemah, Kecamatan Jatigede, merupakan desa yang pertama kali digenangi air Sungai Cimanuk. Butuh waktu selama 18 hari untuk menenggelamkan Desa Jemah. Sedangkan untuk menenggelamkan 28 desa, butuh waktu sekitar enam bulan.

Dalam peraturan Presiden (Perpres) Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakat Pembangunan Waduk Jatigede, 28 desa itu disebutkan berada di lima kecamatan di Kabupaten Sumedang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di kecamatan Jatigede ada lima desa yang terendam, yaitu Desa Jemah, Ciranggem, Mekarasih, Sukakersa dan Cijeungjing. Kecamatan Jatinunggal hanya ada dua desa, yaitu Desa Sirnasari dan Pawenang. Kemudian Kecamatan Wado, Desa Wado, Padajaya, Cisurat, dan Sukapura.

Sementara desa yang paling banyak terendam berada di Kecamatan Darmaraja. Ada 13 desa yaitu Desa Cipaku, Pakualam, Karangpakuan, Jatibungur, Sukamenak, Leuwihideung, Cibogo, Desa Sukaratu, Tarunajaya, Ranggon, Neglasari, Darmajaya. Di Kecamatan Cisitu, Desa Pajagan, Ciguntung, Cisitu, dan Sarimekar tergenang Bendungan Jatigede.

ADVERTISEMENT

Waduk Jatigede terbentang di lahan seluas 4.983 hektare. Waduk ini dapat menampung tampung 980 juta meter kubik air dan jadi yang terbesar kedua di Indonesia setelah Waduk Jatiluhur di Purwakarta.

Keberadaan Jatigede sangat penting karena dapat memenuhi kebutuhan air daerah irigasi seluas 90.000 hektare, penyediaan air baku kapasitas 3,5 m3/detik dengan target layanan adalah Kota Cirebon, Majalengka, Sumedang, dan Indramayu. Waduk ini juga mendukung pembangkitan listrik untuk PLTA dengan kapasitas hingga 110 MW dan pengendalian banjir seluas 14.000 hektare.

"Ini adalah waduk ke-231 di Indonesia. Tapi di Sungai Cimanuk bendungan ini hanya satu ini di Cimanuk. Kalau ada waduk di Sungai Cimanuk, pasti ada dampak bagi Sumedang. Waduk Jatigede akan mengairi bukan hanya Sumedang tapi sampai ke Indramayu," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono kala itu.

Kemunculan Kota Mati

Tiga tahun dipenuhi air, 8 September 2018 di musim kemarau, genangan air Waduk Jatigede menyusut. Bangunan rumah yang sebelumnya tenggelam muncul lagi ke permukaan air, pemandangan ini bak kota mati.

Pemandangan ini terlihat di Bendungan Jatigede yang berada di Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang. Puing-puing rumah, seperti ubin, benteng, dapur, kamar mandi, sumur dan lainnya terlihat kembali.

Latar belakang puing-puing bangunan itu menjadi pemandangan unik bagi para pencita fotografi, tak jarang latarbelakang puing-puing rumah tersebut dijadikan sebagai sarana untuk berswafoto.

Seperti yang dilakukan oleh Seli (25) dan Lutfi (26) warga Bandung yang jauh-jauh ke Jatigede hanya untuk berswafoto. Keduanya datang menggunakan sepeda motor. "Latarnya bagus buat berfoto selfie," kata Seli.

Keduanya asik berswafoto dengan berganti-ganti gaya dan latar berbeda. Untuk mencari spot foto yang bagus mereka harus berjalan sejauh 300 meter dari pesisir ke lokasi untuk berswafoto.

Seli menuturkan, pemandangan itu seperti kota mati yang ditinggalkan oleh penghuninya. "Pemandangannya real, bukan buatan atau editan seperti kota mati yang ditinggalkan warganya," ujar Seli.

Selain itu, Lutfi menuturkan bila pemandangan sisa puing-puing rumah itu porak poradak seperti tersapu ombak besar pas tsunami Aceh. "Pemandangan itu, mengingatkan bencana tsunami yang terjadi di Aceh beberapa tahun silam dan merusak ribuan bangunan warga, hingga menyisakan puing-puing," paparnya.

Menurutnya, kerusakan rumah yang terjadi di Aceh karena bencana alam. Bila pemukiman warga yang ada di Bendungan Jatigede hancur karena ditenggelamkan untuk dijadikan bendungan.

"Bangunan disini rusak karena ditenggelamkan untum dijadikan bendungan," ucapnya.

Tak hanya itu, kompleks pemakaman yang sebelumnya tergenangi air muncul kembali ke permukaan. Nampak batu-batu nisan yang sudah hancur karena sebelumnya dibongkar oleh warga terlihat berserakan. Lubang bekas kuburan warga pun juga terlihat, selain itu tercium aroma tidak sedap dari lubang-lubang bekas kuburan tersebut.

Genangan Waduk Jatigede surut, akibat musim kemarau panjang. "Air surut, sudah hampir dua bulan," kata salah satu warga Miska (82).

Miska mengungkapkan, kuburan-kuburan itu sudah tidak berisi, pasalnya sudah dipindahkan oleh para pihak keluarga ke kuburan barunya sebelum Waduk Jatigede digenangi air. "Jasadnya sudah dipindahkan ke kuburan baru oleh pihak keluarga. Sekarang tinggal batu nisannya saja," pungkas Miska.

Jabar X-Files merupakan rubrik khas detikJabar yang menyajikan beragam kejadian kriminal atau kejadian luar biasa yang pernah menyita perhatian.

(wip/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads