Dedi Mulyadi Berencana Benahi Pola Pendidikan Dasar di Jabar

Dedi Mulyadi Berencana Benahi Pola Pendidikan Dasar di Jabar

Faizal Amiruddin - detikJabar
Kamis, 05 Sep 2024 14:01 WIB
Bakal calon Gubernur Dedi Mulyadi saat menyampaikan orasi ilmiah di Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Tasikmalaya.
Bakal calon Gubernur Dedi Mulyadi saat menyampaikan orasi ilmiah di Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Tasikmalaya. Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar
Tasikmalaya -

Bakal calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi merencanakan perubahan atau pembenahan pola pendidikan dasar di Jawa Barat. Politisi Gerindra ini akan menitikberatkan pendidikan dasar pada pembelajaran kesabaran, ketekunan dan keuletan. Menurut dia hal ini penting dalam peningkatan kualitas SDM Jawa Barat ke depan.

Hal itu diungkapkan Dedi saat melakukan orasi ilmiah pada sidang senat terbuka, dalam rangka tasyakur milad ke 38 Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Tasikmalaya, Kamis (5/9/2024). Ribuan mahasiswa tampak antusias menyimak orasi ilmiah Dedi Mulyadi.

"Ini kan ingin mengembangkan pendidikan yang diarahkan kepada kemampuan berkompetisi di era industri. Saya menyarankan sederhana saja. Misalnya pendidikan dasar, orang Tasik itu kan keterampilannya menganyam, menenun, menyulam dan kerajinan. Nah itu harus menjadi pendidikan dasar, karena kan membentuk karakter orang untuk dia sabar, tekun dan ulet, ya itu," papar Dedi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendidikan keterampilan dan agama selain menjadi bekal hidup, menurut Dedi itu penting untuk melatih kesabaran dan ketekunan. Pendidikan dasar menurut dia jangan langsung serba digital. Anak-anak harus diajarkan makna proses.

"Ini harus dibangun sistematika pendidikan ini. Kalau langsung digital bagaimana dia belajar kesabaran, keuletan dan ketekunan. Saya sudah minta nanti kalau memimpin Jawa Barat, kurikulum di Tasik dibikin berbeda. Di tiap daerah berbeda-beda," kata Dedi.

ADVERTISEMENT

Secara garis besar Dedi memberikan tahapan pendidikan sesuai dengan jenjangnya. "Kalau istilah saya, SD non-digital, SMP seperempat digital, SMA setengah digital dan perguruan tinggi full digital," kata Dedi.

Dia menambahkan kisah sukses orang-orang hebat harus menjadi cermin jika pemerintah ingin melahirkan entrepreneur yang sukses. Sekolah menurut dia jangan hanya sekadar mencetak calon pegawai.

"Kita harus belajar dari orang-orang sukses di Jawa Barat, lewat proses belajar yang bersifat alamiah. Enterpreneur itu lahir dari kebiasaan bukan dari kegiatan formalitas," kata Dedi.

Dia menyebut kultur dagang masyarakat Tasikmalaya yang dulu masyhur kini mulai redup. Kota Tasik sebagai 'kota tukang kiridit' kini sudah kehilangan pamornya. Situasi ini menurut dia harus dibenahi.

"Kultur dagang masyarakat Tasik, hari ini agak drop. Karena kompetisinya berat. Warung kalah sama minimarket. Kerajinan kalah juga. Ini yang harus dibenahi," kata Dedi.

Dia juga mengaku optimistis perubahan pola pendidikan dasar ini bisa diterapkan kelak jika dirinya memimpin Jawa Barat. Dia mengaku sudah pernah mencoba saat jadi Bupati Purwakarta.

"Bisa, saya dulu di Purwakarta menerapkan itu. Walaupun memang katanya Dedi Mulyadi melanggar aturan, nggak masalah asal demi kemajuan," kata Dedi.

Di sisi lain kedatangan Dedi Mulyadi disambut antusias oleh seluruh civitas akademika IAILM Suryalaya Tasikmalaya.

Rektor IAILM Suryalaya Asep Salahudin menyatakan apresiasinya. Asep mengaku terkesan dengan pemikiran Dedi Mulyadi terkait konsep Kasundaan yang bermuara pada nilai-nilai religius Islami.

"Kami merasa bangga dengan kehadiran Dedi Mulyadi, yang telah berbagi pemikiran-pemikirannya tentang pendidikan, Kasundaan dan nilai-nilai religiusitasnya," kata Asep.

Ajengan Tajug

Bakal calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menggelar pertemuan dengan puluhan perwakilan ajengan tajug di Kabupaten Tasikmalaya. Ajengan tajug sendiri adalah istilah untuk ustadz atau pengajar ilmu agama di masjid kecil atau langgar di perkampungan.

Pertemuan dihelat di komplek kampus Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (5/9/2024).

Dalam pertemuan itu Dedi Mulyadi mengutarakan, konsep dan rencananya untuk memaksimalkan peran dari para ajengan tajug ini. Dia berharap para ajengan ini melakukan pembinaan terhadap anak-anak muda atau masyarakat yang mengalami permasalahan sosial.

Pembinaan dilakukan secara langsung dan intensif sampai penyandang masalah sosial itu tersadarkan. Sementara pemerintah akan mengambil peran membiayai beban operasional pembinaan tersebut.

"Nanti ajengan ceramahnya atau memperbaiki akhlaknya jangan hanya di ibu-ibu majelis taklim, tapi langsung mencari ke targetnya," kata Dedi.

Dia mencontohkan sasarannya adalah anak berandal yang mabuk-mabukan, geng motor atau perempuan PSK.

"Ambil berandal yang suka mabuk-mabukan, anak geng motor, wanita prostitutif. Ambil, didik, tugas negara memfasilitasi, berapa biaya indeks perorangannya sampai sadar, kita bayar," kata Dedi.

Dia mengatakan target dari ajengan itu harus jelas, yakni sampai penyandang masalah sosial itu sadar dan memperbaiki perilakunya.

"Ini ajengan mampu memperbaiki akhlak anak geng motor, dari bangor babalapan nepi ka bageur mantuan indungna (sampai baik membantu ibunya). Indeks satu orangnya berapa harganya, kita bayar. Ini jelas pak produksinya," kata Dedi.

Saat ditanya kemampuan anggaran pemerintah untuk membiayai rencana itu, Dedi optimistis Pemprov Jawa Barat akan mampu. "Anggarannya ada, Pemprov Jabar banyak duit, tahu saya," kata Dedi.

Namun demikian Dedi menegaskan pertemuannya dengan para ajengan dan lembaga pendidikan, tidak dalam upaya meraih dukungan elektoral.

"Bahwa saya datang ke sini tidak untuk mendapatkan dukungan. Karena secara spiritualitas kampus dan pesantren Suryalaya memancarkan nilai-nilai spiritual yang barang kali diri saya sudah bisa merasakan," kata Dedi.

Sementara itu Ketua Forum Ajengan Tajug Kabupaten Tasikmalaya, Munawir Soleh atau akrab disapa Ajengan Awi mengaku, sependapat dengan yang diutarakan Dedi Mulyadi.

Dia berharap keberadaan ajengan tajug di kampung-kampung tidak luput dari perhatian pemerintah.

"Ajengan tajug harus diperhatikan, karena kalau yang sudah punya pesantren besar, ya kan sudah besar, artinya jangan "nyaeur gunung ku keusik" (peribahasa jangan mengurug gunung dengan pasir). Artinya ajengan kampung itu harus diperhatikan juga oleh pemerintah," kata Munawir.

Terkait rencana Dedi Mulyadi dalam memberdayakan ajengan di kampung, Munawir mengaku terkesan.

"Kami baru kali ini bertemu langsung, merasa tercerahkan dengan konsep-konsepnya, merasa nyaman. Dia merakyat dan paham masalah rakyat Jawa Barat. Seperti sudah ada ikatan emosional dengan ajengan-ajengan yang di tajug, di desa-desa," kata Munawir.

Dia menambahkan bahwa keberadaan ajengan tajug ini tersebar hampir di semua kampung di 36 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Mereka secara konsisten mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak. "Banyak, yang tergabung di forum saja ratusan orang. Mereka selama ini mendedikasikan hidupnya bagi pendidikan agama di lingkungan masing-masing," kata Munawir.

(sud/sud)


Hide Ads