Megathrust Nankai yang disebut jadi zona sumber gempa Jepang, dinilai mirip dengan dua megathrust yang ada di Indonesia. Fakta itu seolah jadi peringatan bagi Indonesia yang punya Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9).
Sekedar diketahui, megathrust adalah istilah dalam merujuk sumber/zona gempa. Saat gempa, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua akan menciptakan sebuah medan tegangan. Bagian lempeng benua yang ada di atas lempeng samudra akan terdorong naik, zona tersebutlah yang disebut megathrust.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menerangkan, bahwa gempa besar di Indonesia tinggal menunggu waktu saja, dikarenakan dua zona tersebut sudah lama tak mengalami gempa. Ia berharap, agar instansi terkait dan pemerintah setempat lebih awas dengan mitigasi bencananya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengaku, sudah koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan BMKG. Ia meminta agar edukasi dan mitigasi tak putus untuk dijalankan.
"BPBD dan BMKG terus mengedukasi masyarakat, bahwa namanya bencana bisa kapan saja, tapi kan jangan sampai ada kepanikan. Bagaimana mitigasinya, kita tahu juga ada sesar Lembang. Saya juga minta ke biro umum terkait mitigasi, simulasi bencana seperti apa," ucap Bey di Gedung Sate, Selasa (27/8/2024).
Ia menyebut, selama koordinasi dengan BMKG dan Badan Geologi berjalan untuk memantau titik rawan bencana di Jabar. Bey mengatakan sejauh ini, laporan gempa sampai saat ini aman.
Sekedar diketahui pada Senin (26/8) malam, gempa berkekuatan magnitudo (M) 5,8 terjadi di Yogyakarta hingga dirasakan di Pangandaran pada pukul 19.57 WIB malam.
Gempa 5,8 magnitudo dengan lokasi 8,78 LS, 110.27 BT jarak 95 Km Barat Daya, terjadi Gunung Kidul-DIY, dengan kedalaman 30 Km. Kepala BPBD Pangandaran, Untung Saeful Rokhman mengatakan gempa tersebut dirasakan di Pangandaran dalam skala rendah seperti mobil lewat.
"Insyaallah masyarakat juga sudah sangat siap, jadi kita lihat di beberapa wilayah mereka sudah siap meninggalkan harta bendanya dan mengutamakan menyelamatkan nyawanya," tutur Bey.
"Kami juga minta BPBD masuk ke SD-SD, sudah dilakukan juga. Jadi kalau ada gempa ya berlindung di bawah meja, seperti apa, jangan sampai hanya secara lisan. Terus ditunjukkan mejanya yang mana, selain itu kami juga Dinas Perkim terutama gedung bertingkat untuk dicek lagi," sambungnya.
Sekedar informasi, BMKG melihat sejarah bahwa gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 dengan usia seismic gap 78 tahun. Sedangkan gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 dengan usia seismic gap 267 tahun, dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 dengan usia seismic gap 227 tahun.
Seismic gap di Indonesia memiliki periodisitas jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai. Segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi.
Kordinator Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG, Supartoyo juga menyinggung potensi pengaruh gempa di zona megathrust Indonesia terhadap aktivitas Sesar Lembang. Meski sumber gempa keduanya berbeda, namun aktivitas di zona megathrust dapat memicu pergerakan di Sesar Lembang.
(aau/mso)