Kebakaran menjadi salah satu bencana yang paling mengancam di Kota Bandung. Hal itu terlihat dari tingginya angka peristiwa kebakaran yang terjadi di Bandung dari tahun ke tahun.
Menurut catatan Open Data Jabar, pada 2023 lalu kasus kebakaran di Kota Bandung mencapai 352 kejadian, meningkat hampir dua kali lipat dari 2022 sebanyak 195. Sementara di 2024 hingga Agustus, sudah ada 191 kejadian kebakaran di Kota Bandung.
Tingginya angka kejadian kebakaran membuat Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung harus bekerja ekstra keras untuk berjibaku memadamkan api manakala kebakaran terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, kesigapan personel damkar itu tidak dibarengi dengan anggaran yang memadai, khususnya untuk perawatan kendaraan pemadam. Padahal, armada yang prima berperan penting untuk menunjang kecepatan dan keselamatan dalam penanganan bencana.
Kasi Sarana dan Prasarana Diskar PB Kota Bandung Riky Permadi mengungkapkan, ada 50 armada mobil pemadam di Kota Bandung saat ini. Namun saja, anggaran yang tersedia untuk merawat seluruh armada itu hanya Rp900 juta per tahun atau Rp18 juta per armada.
"Sebetulnya masih kurang kalau dilihat intensitas perbaikan, karena satu armada saja ganti oli tiga bulan sekali, ditambah perawatan lain seperti rem dan sebagainya kalau ada kerusakan," ucap Riky, Jumat (16/8/2024).
Riky mengungkapkan, untuk menyiasati minimnya anggaran perawatan armada, pihaknya mengedepankan skala prioritas perawatan. Menurutnya, armada akan diperbaiki lebih dulu jika kondisinya terbilang sudah parah.
"Jadi untuk mengatasi kekurangan itu mengutamakan yang kerusakannya urgent atau lebih parah terutama untuk armada yang sering digunakan," katanya.
"Anggaran Rp900 juta itu kami gunakan hanya untuk maintenance rutin yang dilakukan 3 bulan satu kali dan pengecekan sistem pengereman yang dilakukan setiap saat," sambungnya.
Terkait usia 50 armada sendiri, dia menyebut sebagian besar mobil pemadam di Diskar PB Kota Bandung adalah kendaraan tahun muda yakni di atas tahun 2000. Hal tersebut menurutnya mempermudah proses perawatan di tengah minimnya anggaran.
"Armada kita 40 persen di bawah tahun 2000, lalu 30 persen antara tahun 2000-2017, sisanya keluaran tahun 2019 sampai tahun 2024. Itu masih layak karena kita melakukan perawatan rutin dan langsung diperbaiki jika ada kerusakan," tutup Riky.
(bba/mso)