Melihat Tugu Usang Jejak Keberadaan Batalion Peta di Tasikmalaya

Melihat Tugu Usang Jejak Keberadaan Batalion Peta di Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Selasa, 13 Agu 2024 10:30 WIB
Tugu tentara Pembela Tanah Air (Peta) di pinggiran Jalan Veteran Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.
Tugu tentara Pembela Tanah Air (Peta) di pinggiran Jalan Veteran Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar
Tasikmalaya -

Meski tergolong kota kecil di Jawa Barat, Kota Tasikmalaya memiliki banyak peninggalan atau jejak sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa Tasikmalaya di masa silam menjadi kota satelit atau kota penyokong untuk Bandung sebagai ibu kota Priangan.

Salah satunya adalah keberadaan Batalyon Tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Tasikmalaya pada masa pendudukan Jepang atau sebelum Proklamasi Kemerdekaan. Jejak keberadaan Batalyon Peta di Tasikmalaya ditunjukkan dengan adanya tugu tentara Pembela Tanah Air (Peta) di pinggiran Jalan Veteran Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

Tugu kecil dan kusam itu berada di pojok halaman sebuah pusat perbelanjaan. Keberadaannya nyaris tak terlihat dan terlupakan. Meski demikian bentuk monumen atau tugu kecil ini cukup unik. Di bagian atasnya terdapat helm khas tentara, yang bertengger di atas ornamen batu yang dicat motif loreng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantauan detikJabar, Senin (12/8/2024) di bagian batu loreng itu terdapat sebuah bagian yang hilang. "Itu yang atasnya sudah rusak, pecah. Sebelumnya ada tulisan yang menerangkan di lokasi ini berdiri Batalyon Peta Tasikmalaya," kata Beben (57) salah seorang tukang becak yang mangkal di dekat tugu itu.

Beruntung di bagian bawah tugu, tulisannya masih bisa terbaca dengan baik. Di bagian tengah terdapat titimangsa peresmian tugu tersebut. "Diresmikan pada tanggal 13 Juni 2000 oleh Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI S Supriadi," demikian tulisan di prasasti bagian tengah. Sementara di bagian bawah terdapat kutipan dari Presiden Soekarno tentang apresiasinya terhadap tentara Peta.

ADVERTISEMENT

"Bung Karno: Peta adalah alat yang vital bagi revolusi kita dan mereka adalah patriot dan pahlawan revolusi dalam mencapai Indonesia merdeka," demikian bunyi tulisan di bagian bawah tugu.

Keberadaan tugu ini menjadi penanda bahwa di lokasi tersebut pernah berdiri Batalyon Peta Tasikmalaya. "Kalau soal batalyon Peta saya tidak mengalami bahkan orang tua saya pun yang usianya 80 tahun tidak mengalami. Tapi yang saya tahu lokasi ini dulunya terminal bus, terminal Gunungpereng. Terus setelah terminal bus pindah ke Cilembang, ini dijadikan mall," kata Beben.

Dikutip dari berbagai literasi sejarah, pembentukan Batalyon Peta di Indonesia dilakukan pada tahun 1943. Pembentukan ini menjadi kepentingan Pemerintah Jepang untuk mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Peta menjadi satuan pertahanan warga lokal yang diproyeksikan Jepang untuk melawan sekutu.

Di wilayah Priangan Timur terdapat 2 Batalyon Peta, satu di Tasikmalaya pimpinan Daidancho (perwira setingkat mayor) Soetalaksana dan satu lagi di Pangandaran pimpinan Daidancho Pardjaman. Yang menarik dua pimpinan Peta di Priangan Timur itu berlatar belakang ulama. Di masa itu para pemuda lokal direkrut dan diberi keterampilan perang atau pelatihan militer.

Namun demikian pada kenyataannya, Jepang kalah perang. Sehingga beberapa hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agutus 1945, Peta dibubarkan.

Meski usianya tak sampai 3 tahun, tapi Batalyon Peta ini memiliki peran atau dampak positif bagi kemerdekaan Indonesia. Pasalnya para perwira dan tentara Peta yang sudah dibekali keterampilan perang ini mendedikasikan semangat perjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia. Bahkan usai proklamasi kemerdekaan pasukan Batalyon Peta Tasikmalaya berhasil melucuti senjata pasukan Jepang tanpa pertumpahan darah.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads