Sebuah tugu berdiri tegak di tengah persawahan Desa Gunungsari, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu. Tugu berwarna putih itu dikenal dengan nama tugu 45.
Penamaan tugu itu tak lepas dari sebuah cerita yang beredar di masyarakat. Konon, sang proklamator sempat mengatur siasat mengusir penjajah di lokasi tersebut.
"Itu tugu 45. Waktu zaman Jepang dan Belanda, pak Soekarno itu diamnya di situ, tirakatnya. Di situ Soekarno menenangkan pikiran sambil baja buku sendiri setiap hari untuk mencari cara mengusir penjajah untuk menguasai Indonesia kan perjuangannya di situ," kata Juru Kunci Buyut Raga Sampurna, Sukardi (75) ditemui detikJabar, Senin (12/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beliau (Soekarno) lanjut Sukardi (75) tinggal di Buyut Raga Sampurna dengan minimnya alat perang. Berbeda dengan musuh (penjajah) yang memiliki banyak senjata dan amunisi. Sehingga, untuk mensiasati melawan penjajah hanya mengandalkan bambu runcing.
"Iya atur strategi. Berunding dengan teman-teman agar bisa mengusir golongan penjajah. Soekarno diam di situ sambil sambat sama orang tua cari tempat kesepen (sunyi) untuk menenangkan pikiran. Makanya tiap pagi buka buku, lama-lama ketemu caranya," ujar dia.
Setelah menemukan cara, perang melawan penjajah pun pecah. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1942-1943. Maju mundur dalam perang pun terjadi.
Uniknya, konon ketika terdesak, musuh kabarnya tidak bisa melihat pasukan. Sebab, banyak warga yang diam di sekitar Buyut Raga Sampurna blok Grogol.
"Grogol itu pagar, kira-kira biar tidak bisa masuk (musuh). Ada anak kecil nangis juga tidak terdengar. Jadi musuh ya hanya lewat saja. Sekitar tahun 42-43, masih tulisannya juga (terpendam di bawah tugu)," ungkapnya.
Setelah berhasil mengusir Belanda. Kemudian Jepang datang lagi. Meski begitu pasukan yang konon dikomandoi Soekarno mampu mengusir penjajah.
"Iya itu tempat gerilya. Persembunyian yang aman ya di situ. Sampai akhirnya bisa membubarkan penjajah," katanya.
Nah setelah Indonesia merdeka. Pasukan kembali mengunjungi tempat yang pernah menjadi persembunyian gerilya. Kemudian didirikan lah tugu yang kini bernama tugu 45 tersebut.
"Lupa tahunnya tapi sudah merdeka. Pasukan itu datang lagi bangun tugu itu, buat tanda untuk anak cucu. Pengawalnya itu namanya Ki Limar," ucapnya.
Untuk memperingati perjuangan pahlawan. Masyarakat di Desa Gunungsari selalu menggelar Ngunjung Buyut sebagai simbol kemenangan.
(tya/tey)