Perjalanan Spritual Sang Bung Besar di Pesisir Pantai Selatan

Lorong Waktu

Perjalanan Spritual Sang Bung Besar di Pesisir Pantai Selatan

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 21 Jul 2024 18:00 WIB
Gunung Wianrum yang dipercaya menjadi tempat Soekarno menyelami  spiritual
Gunung Wianrum yang dipercaya menjadi tempat Soekarno menjalani lelaku spiritual (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Kisah tentang presiden pertama Republik Indonesia Soekarno, selalu menarik untuk diulas. Nama besar Soekarno tak hanya soal perjuangannya soal bangsa, dia juga dikenal sisi spiritualnya yang kerap dianggap nyeleneh terutama di tanah jawa.

Sebagian masyarakat Indonesia percaya akan hubungan khusus antara Soekarno dengan sosok mistis Ratu Laut Selatan, Nyi Roro Kidul terutama bagi mereka yang tinggal di pesisir Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

"Kepercayaan ini meluas di berbagai lapisan masyarakat, baik kalangan bawah maupun atas yang menyukai hal-hal berbau metafisika. Bahkan, ada yang meyakini bahwa Bung Karno menikah dengan Ratu Laut Selatan tersebut," kata Irman Sufi Firmansyah, sejawaran sekaligus penulis buku Sokeaboemi The Untold Stories kepada detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Irman menyebut, kepercayaan tentang ini bukanlah hal baru dalam sejarah Nusantara. Di Cianjur, Aria Wiratanudatar dipercaya menikah dengan seorang putri jin. Kepercayaan semacam ini berkembang pada masa Mataram Islam, di mana perempuan dianggap sebagai pilar kekuasaan.

"Sutawijaya atau Panembahan Senapati, yang tidak memiliki darah biru yang kuat, memproklamasikan diri menikahi Nyi Roro Kidul untuk memperkuat legitimasinya. Kepercayaan ini terus mengakar di masyarakat Jawa dan mempengaruhi pandangan spiritual Bung Karno terhadap Nyi Roro Kidul," ujar Irman.

ADVERTISEMENT

Dalam beberapa narasi sejarah menurut Irman, Bung Karno dikenal kerap mengunjungi Palabuhanratu, salah satu tempat legenda Nyi Roro Kidul berkembang. Kunjungan ini bukan hanya terjadi saat beliau menjabat sebagai Presiden, tetapi juga jauh sebelumnya, saat keluar dari penjara kolonial.

"Pada 1 Maret 1951, Bung Karno dalam pidatonya di depan Pesanggrahan Palabuhanratu (sekarang Gedung Sekretariat Daerah Kabupaten Sukabumi) menyebutkan bahwa 18 tahun sebelumnya (1933) ia sempat tinggal di pesanggrahan tersebut untuk menyembuhkan penyakit," tutur Irman.

Irman menceritakan, tentang seorang paranormal bernama Ratubrata, yang sering dikunjungi oleh Bung Karno dan pejabat-pejabat orde lama, memperkuat cerita ini. Penelusuran detikJabar, cerita Ratubrata dan kemampuannya dalam hal mistis juga pernah diberitakan media NRC Handelsblad terbitan 27 Juli 1989, media ini menggambarkan kedekatan Ratubrata dan Sukarno, namun tengelam di masa orde baru. Sosok Ratubrata digambarkan sebagai seorang dukun dan seorang peramal hebat.

"Memang benar, dalam sebuah media Belanda, Ratubrata disebut sebagai dukun yang mampu menggambar horoskop, menafsirkan kitab suci kuno, dan berkomunikasi dengan arwah karuhun. Pada masa Orde Lama, ia sering dijadikan penasihat politik, namun pamornya menurun pada masa Orde Baru," kisah Irman.

Dikisahkan Irman, Ratubrata menyebut bahwa pada tahun 1930, Bung Karno sempat bertapa di Palabuhanratu selama tiga bulan di bawah pohon yang kini berada di tepi kolam renang Hotel Samudera Beach (Sekarang Grand Inna Samudera Bech). Ia berjanji kepada Ratu Kidul akan melakukan sesuatu untuknya. Lokasi pertapaan ini kini dijadikan kamar Nyi Roro Kidul di Hotel Grand Inna Samudera Beach.

"Selain di hotel tersebut, ada juga lokasi pertapaan Bung Karno di Pantai Karang Hawu, sebelah barat Hotel Samudera Beach. Di sana terdapat Gunung Winarum dengan makam keramat Embah Rembang. Gua di salah satu lereng gunung ini konon pernah digunakan Bung Karno untuk menyepi dan melancarkan perjuangannya terhadap Belanda," kisah Irman.

"Pasca Dekrit Presiden tahun 1959, Bung Karno kembali menyepi di Palabuhanratu. Beberapa cerita mengatakan bahwa Bung Karno menikahi Nyi Roro Kidul untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan dan spiritual. Ketika Bung Karno lengser, dikatakan prosesnya dengan cara memisahkan dirinya dari Nyi Roro Kidul," sambung Irman.

Bung Karno awalnya ingin dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, tempat yang diyakini sebagai gerbang penghubung ke Prabu Siliwangi, ayah Nyi Roro Kidul. Namun, wasiat ini tidak diwujudkan oleh Soeharto karena dianggap bisa menggoyahkan kekuasaannya.

Bung Karno sering menjadi objek praktek mistik di Indonesia. Banyak yang percaya bahwa meskipun jasadnya telah tiada, jejak peninggalannya di Palabuhanratu seperti Pesanggrahan Tenjoresmi dan Hotel Samudera Beach menunjukkan hubungan dengan Nyi Roro Kidul. Kamar nomor 308 di hotel tersebut dipercaya sebagai tempat singgah Nyi Roro Kidul dan banyak dikunjungi para peziarah.

"Dalam pidatonya pada 17 Juli 1959 di Istana Merdeka, Bung Karno menyebut Nyi Roro Kidul sebagai Ratu dari Lautan Selatan dan menegaskan pentingnya hubungan ini untuk kekuatan negara. Namun, pendapat lain menganggap bahwa ungkapan Bung Karno bersifat simbolis, menunjukkan pentingnya menguasai lautan bagi pemimpin Nusantara yang terdiri dari banyak pulau," pungkas Irman.




(sya/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads