Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan tren pernikahan dini menurun, tetapi kabar buruknya tren hubungan seksual remaja meningkat.
Dikutip dari detikHealth, Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo mengatakan, tren pernikahan atau menikah dini di Indonesia turun dalam 10 tahun terakhir. Dari semua 40 orang dari seribu penduduk, kini berada di angka 26 per seribu.
Kendati demikian, Hasto menilai angka 26 masih relatif tinggi, terlebih bila diakumulasi dalam jumlah satu juta penduduk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa dibayangkan kalau setiap 1.000 perempuan itu yang hamil di usia 15-19 tahun itu ada 26. Kalau 100.000 ribu sudah ada 2.600. Kalau 1 juta sudah 26.000 ribu. Apa nggak diatasi seperti itu? Kan harus diatasi," beber Hasto kepada detikcom Rabu (7/8/2024).
Dari usia, pergeseran rata-rata pernikahan perempuan dilaporkan mundur setiap tahun. Hasto menyebut dari semula berada di bawah 20 tahun, kini rata-rata perempuan menikah saat berusia 22 tahun.
Tren ini sebetulnya menjadi kabar baik, mengingat pernikahan dini membuat kehamilan ibu menjadi berisiko, seperti rentan perdarahan, kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), serta dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi.
"Makanya bagus."
"Hanya yang perlu dikritik itu hubungan seksnya itu maju," sorotnya.
Namun sayangnya, ujar Hasto, rata-rata usia seks remaja di 15 hingga 19 tahun meningkat. Pada perempuan, tercatat lebih dari 50% yang melakukan hubungan seksual di usia 15 hingga 19 tahun, sementara pada laki-laki angkanya lebih tinggi yakni di atas 70%.
"Menikahnya rata-rata 22 tahun, tetapi hubungan seksnya 15-19 tahun, jadi perzinahan kita meningkat. Ini pekerjaan rumah untuk kita semua," beber Hasto.
Artikel ini telah tayang di detikHealth dengan judul BKKBN Sebut Tren Pernikahan Dini Menurun, Angka Seks Remaja Meningkat
(naf/yum)