Pernikahan merupakan momen yang sakral bagi kehidupan seseorang. Sepanjang hayatnya, pasangan akan hidup bersama hingga ajal menjemput dan memisahkan mereka berdua.
Karena kesakralan itu, proses pernikahan bukan sebuah ajang yang bisa dilalui secara sembarang. Selain komitmen untuk hidup bersama, harus ada saling pengertian antarpasangan supaya status pernikahan tersebut langgeng hingga tua.
Bicara masalah pernikahan, di Jawa Barat (Jabar) rupanya ada tren yang saat ini sedang dialami para muda-mudinya. Mengutip data Badan Pusat Statistik bertajuk Profil Pemuda Provinsi Jawa Barat 2023, ternyata ada kecenderuang warga Tanah Pasundan untuk menunda pernikahan di usia mudanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam data yang dilihat detikJabar, Rabu (31/7/2024), tren ini dicatat BPS mulai terjadi sejak 2015. Sekedar informasi, jumlah penduduk di Jabar pada 2023 tercatat mencapai sekitar 49,86 juta jiwa dan meningkat pada 2024 menjadi sekitar 50,34 juta jiwa.
BPS pun mencatat jumlah pemuda yang berusia 16-30 tahun di Jabar pada 2023 mencapai 23,85 persen. Jika dikalkulasikan dengan keseluruhan jumlah penduduk di Jabar, maka jumlah pemuda itu mencapai sekitar 11,89 juta jiwa pada 2023.
Masalahnya kemudian, BPS mencatat terjadi tren menunda pernikahan pada usia muda di Jabar. Di tahun 2023 saja, BPS menyatakan 70,55 persen pemuda di Jabar berstatus belum menikah, 28,41 persen pemuda sudah menikah dan 1,03 persen berstatus cerai.
Jika menengok data tahun sebelumnya, angka pemuda yang belum menikah di 2023 tercatat paling tinggi. Pada 2015, pemuda yang belum menikah mencapai 55,39 persen hingga 2022 pemuda yang belum menikah di Jabar mencapai 64,09 persen.
Data ini selaras dengan jumlah pemuda yang sudah berstatus menikah di Jabar. Pada 2015, pemuda yang berstatus menikah mencapai 42,61 persen, lalu seiring waktu terus mengalami penurunan hingga 2023 hanya mencapai 28,41 persen.
Dalam uraiannya, BPS menyatakan tren untuk menunda pernikahan di usia muda cenderung terjadi lantaran para pemuda lebih mementingkan stabilitas finansialnya. Hal ini kemudian yang membuat mereka memilih untuk menunda pernikahan di usia mudanya.
"Fenomena tersebut menjelaskan bahwa pemahaman pernikahan dilaksanakan pada saat suatu penduduk berada di rentang usia pemuda sudah mulai ditinggalkan oleh pemuda saat ini khususnya di Provinsi Jawa Barat. Pemuda saat ini cenderung untuk menunda pernikahan...," tulis BPS dalam keterangannya.
(ral/iqk)