Fakta-fakta Cairan Hitam Misterius di Perairan Sukabumi

Fakta-fakta Cairan Hitam Misterius di Perairan Sukabumi

Tim detikJabar - detikJabar
Jumat, 26 Jul 2024 08:30 WIB
Cairan hitam di Pesisir Batu Penganten Sukabumi.
Cairan hitam di Pesisir Batu Penganten Sukabumi. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar
Bandung -

Wilayah perairan yang ada di lokasi wisata pesisir Batu Panganten di Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi dicemari cairan hitam pekat dan kecokelatan. Cairan misterius itu, muncul sejak, Senin (22/7) lalu.

Berikut 7 fakta kemunculan cairan hitam di perairan Sukabumi:

Muncul di Tengah

Warga sekitar Uwey (52) mengatakan, cairan berwarna hitam pekat dan kecoklatan awalnya dilihat berada di tengah-tengah perairan, namun makin lama terus terbawa ke pesisir pantai kawasan wisata tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sedang memperbaiki pagar pembatas sekitar jam 08.00 WIB, hari Senin itu. Saya melihat air laut berubah cokelat kehitaman, lama-lama air pekat itu sudah ada di pesisir, sekitar 200 meter persegi luasnya kurang lebih," kata Uwey kepada detikJabar, Rabu (24/7).

Bau Menyengat

Uwey yang penasaran kemudian mencoba mendekati cairan coklat yang terombang-ambing ombak tersebut. Saat ia mencoba mengendus bau, ia mencium bau bahan bakar menyengat hidung.

ADVERTISEMENT

"Airnya berbau seperti bahan bakar seperti solar, dugaan kita begitu, saya cium ada bau solarnya. Kalau hari ini sudah mulai normal meskipun masih ada tersisa sedikit, karena sudah kena ombak, gumpalan tersebut berpencar mengarah ke sebelah barat ke arah Ujung Genteng, masih terlihat," tuturnya.

"Diduga tercemar limbah namun masih sebatas dugaan, instansi terkait kemarin memeriksa, mungkin itu bahan bakar yang mencemari air laut di sini," sambungnya.

Sempat Ada 2 Kapal Melintas

Uwey bercerita, sebelum kemunculan cairan misterius itu, ia sempat melihat dua kapal berdampingan sekitar 2 kilometer dari bibir pantai. Kapal itu terliht berhenti agak lama di sekitar lokasi.

"Hari minggunya kebetulan cerah, memang terlihat ada dua kapal yang berjalan tapi berlawanan arah namun berdampingan. Yang saya jadi perhatian kok lama berhentinya kurang lebih 1 jam, saya tidak terlalu memperhatikan sampai akhirnya kapal itu pergi," ungkap dia.

Tanggapan DLH Sukabumi

Prasetyo, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi mengatakan pihaknya sudah memonitor ke lapangan terkait informasi tersebut. Ia menegaskan, hal itu adalah kewenangan Kementrian Kelautan dan Perikanan dan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH).

"Kita sudah ke lapangan, namun kewenangannya bukan di kita di laut itu kewenangan Kementrian Kelautan dan Perikanan dan KLHK, namun karena ada aduan kita tetap ke lokasi mengecek keadaan," kata Prasetyo.

DLH Ambil Sampel

Menurut Prasetyo, DLH sudah mengambil sampel dari cairan tersebut untuk dilakukan cek laboratorium di Lab Kesda Kabupaten Sukabumi.

"Kita ambil sampel, saat ini sedang di cek laboratorium.Kami sudah bersurat ke KKP dan KLHK, untuk segera turun ke lokasi. Investigasi siapa yang buang dan sebagainya bukan keweangan DLH," jelasnya.

Ia juga tidak menampik soal informasi adanya dua kapal misterius yang terlihat tidak jauh dari lokasi tersebut sehari sebelum cairan itu muncul.

"Baunya Seperti solar, (soal luas tercemar) belum cek sampai mana luasannya, informasi yang kami peroleh dibuang dari kapal 2 km dari pantai," tuturnya.

Bukan Limbah

Warga lainnya menampik jika cairan itu adalah limbah, namun gumpalan-gumpalan itu adalah kotoran laut yang biasanya diiringi dengan kedatangan ubur-ubur yang terbawa hingga ke pesisir pantai.

"Itu bukan limbah, kotoran ini tiap tahun juga ada. Biasanya menjelang mau hujan, perubahan cuaca, dua bulan lagi biasanya hujan," kata Iki Hombing (50), warga pesisir kepada detikJabar, Kamis (25/7).

Bisa Bertahan Satu Minggu

Biasanya kemunculan kotoran itu bertahan hingga satu minggu bahkan terkadang dua bulan.

"Tiap tahun bisa sampai dua bulan paling sebentar seminggu laut kotoran begini, memang berbau amis, airnya yang kotor ini tiap tahun ada saja seperti ini. Ini sudah seminggu kayak begini airnya keruh, ini kotoran laut dari dulu tiap tahun ada. Ini penanda kalau mau hujan pasti keruh, biasanya dengan ubur-ubur," bebernya.

Iki membenarkan gumpalan yang dia sebut kotoran laut ini memang kondisinya terpisah-pisah. "Terpisah-pisah arus yang ada budah (berbusa) di ujung saja, nggak ke tengah-tengah, nggak. Ini dari muara juga begini nggak sampai ke tengah," pungkasnya.

(wip/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads