Pilkada di berbagai daerah tahun ini, banyak dihiasi nama para artis hingga komedian. Salah satu yang menarik perhatian publik ialah pencalonan Marshel Widianto sebagai Wakil Wali Kota Tangerang Selatan. Ia bahkan diusung oleh partai yang cukup besar, Partai Gerindra.
Entah apa alasan mengusung Marshel, yang mungkin modalnya cuma humor. Lain halnya di wilayah Jawa Barat, tak sedikit yang dicalonkan dengan modal tampang rupawan. Mentok-mentok, pengalaman politiknya adalah kampanye Pileg, tapi gagal.
Meskipun kebebasan berpolitik adalah hak setiap orang, tapi kalau calonnya tak punya rekam jejak politik apakah tak jadi masalah baru? Dosen Fakultas Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung (Unisba), Muhammad E Fuady menganggapi hal ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai Pengamat Komunikasi Politik, Fuad menilai, salah satu faktor pencalonan komedian ialah masa kampanye yang bisa dibilang cukup singkat. Hal ini membuat partai-partai jadi mengandalkan popularitas calonnya. Tak masalah kalau waktu perkenalannya singkat, sebab toh warga sudah kenal.
"Saya sih setuju juga mungkin penyebabnya kampanye yang singkat ini. Mau nggak mau jadi menjual atau memasarkan kandidat yang memang sudah punya basis segmentasi publiknya. Jadi lebih mudah untuk dipasarkan," ucap Fuad pada detikJabar, Selasa (23/7/2024).
Fuad memberikan contoh jika saja yang dicalonkan adalah tokoh baru, padahal pendaftaran pasangan calon berlaku pada akhir Agustus. Menurutnya, warga pada akhirnya tak akan punya banyak waktu untuk melihat rekam jejak baik itu yang terkenal atau pun tidak.
"Kan pertarungan politiknya besar. Parpol itu tidak serta merta barang harus menang, istilahnya. Kadang, mereka ambil keuntungan publisitasnya seperti siapa yang banyak dibicarakan. Walau bukan kemenangan yang mereka raih, tapi faktor ingatan publik kuat, pernah nengusung calonnya siapa di waktu yang sempit ini," lanjutnya.
Sekalipun publik figur yang diusung dalam Pilkada ini punya rekam jejak buruk, nyatanya tak membuat partai malu atau gentar mengusungnya. Seperti kita tahu, Marshel pernah terjerat kasus beli konten pornografi.
Fuad melihat ada pola lain mengapa partai kerap mengusung calon, seolah tanpa pertimbangan rekam jejaknya. Bisa jadi, kata dia, ini masalah logistik atau uang. Sudah rahasia umum kalau berpolitik itu mahal di Indonesia. Kampanyenya, pasang balihonya, bagi-bagi kaosnya, semua butuh uang!
"Sebenarnya mungkin artis atau selebgram, pesohor gitu ya, muncul karena ada popularitas jadi ada keuntungan elektoral dari popularitas dikenal luas oleh publik. Biasanya artis atau pesohor itu kan punya logistik, memang tidak semuanya juga. Kalau ada artis yang redup lalu jadikan politik itu pelarian, banyak yang siap logistiknya, untuk kampanye. Tapi perlu diingat kalau dunia politik itu bukan cuma punya logistik, tapi harus berkualitas," tutur Fuad.
Dari popularitas, banyak diperbincangkan, logistik yang aman untuk kampanye, mereka juga dipercaya bisa jadi vote getter atau memenangkan suara. Bagaimana tidak, punya lingkungan pertemanan artis juga bisa membuatnya punya suara dari basis artis-artis ternama itu.
"Lalu dia punya lingkaran pertemanan artis, jadi ya mungkin itu kenapa diusung. Barangkali vote getter karena keterkenalan, popularitas dia. Tapi apakah itu sudah final belum? Sudah benar-benar diusung belum? Sebab khawatir juga poltiik berubah jadi popularitas," ucapnya.
Lalu apa yang bisa dilakukan masyarakat untuk menentukan masa depan daerahnya? Fuad menekankan bahwa tahun ini masyarakat harus melek dengan pilihannya. Jangan asal pilih karena ganteng, terkenal, atau lucu, apalagi terbuai janji-janji yang tidak rasional seperti menjanjikan uang, misalnya.
Publik kini harus bisa mencari tahu rekam jejak calon pemimpinnya. Jika tak punya rekam jejak politik, punya masalah pribadi atau memberi contoh yang tak terpuji ke masyarakat, masih kah yakin untuk memilihnya jadi pemimpin daerah?
"Jari harusnya publik menilai dari rekam jejaknya. Dulu pernah terjerat kasus apa? Layak untuk diusung nggak? Setiap orang kan punya masa lalu, tapi publik itu bisa kejam dalam politik. Jadi pastikan tahu rekam jejaknya sebelum memutuskan untuk memilih," pesan Fuad.
(aau/mso)