Pilkada 2024 di Jawa Barat diisi banyak calon kepala atau wakil kepala daerah yang bisa dibilang, punya modal tampang. Namanya terkenal, apalagi wajahnya yang sering mondar-mandir di TV.
Parasnya yang resik, postur tubuh yang apik, seolah memudahkan untuk diingat masyarakat: panggil dia 'Si Kasep'. Lalu, bagaimana para pakar politik melihat fenomena ini?
Dosen Fakultas Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung (Unisba) Muhammad E Fuady mengungkap, ada teori tersendiri dari fenomena mengusung calon nan rupawan. Sebagai pengamat, ia menilai itu memang hak setiap orang, meski rasanya di dunia politik paras saja tak cukup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengenai aspek fisik atau paras, ketampanan, bukan faktor penentu dalam politik ya. Sebenarnya tetap bahwa yang dilihat apakah kandidat itu punya kapabilitas dan intelektualitas atau tidak. Kita tidak sedang mencari model, sosok yang tampil sebagai pesohor, tapi kan cari pemimpin level daerah, Bupati, Wali Kota, atau Gubernur. Tapi ya itu hak setiap orang untuk tampil," kata Fuad pada detikJabar, Senin (22/7/2024).
"Dalam Teori Psikologi Komunikasi, mereka yang cantik atau ganteng, dianggap hasil karyanya punya kualitas. Jalaluddin Rakhmat bilang karangan atau produk mereka yang fisiknya menarik, dianggap benar atau berkualitas. Padahal paras kan bukan faktor utama," lanjutnya.
Contoh fenomena ini tergambar pada pengumuman bakal calon Wali Kota Bandung 2024 yang diusung Partai Gerindra baru-baru ini, R Dhani Wirianata. Mungkin, hanya beberapa yang paham bahwa sebelumnya ia adalah mantan Sekretaris Pribadi Prabowo Subianto.
Lautan emak-emak partisipan Gerindra kala itu lebih banyak meneriakinya 'Si Kasep', seolah fokus hanya pada penampilannya. Mereka juga berjubel antre untuk bisa berfoto dengan Dhani.
Dhani bukan satu-satunya sosok calon pejabat daerah yang punya representasi penampilan apik. Ada Jeje Ritchie Ismail, adik ipar Raffi Ahmad yang tengah gencar dipromosikan di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Kadang, dalam kampanyenya pun turut serta membawa sang artis ibu kota, Raffi Ahmad.
Fuad menilai, masyarakat harus menilai sejauh mana kesiapan mereka jadi pemimpin daerah. Nantinya, publik akan melihat apakah mereka menarik secara fisik, saat orasi dapat menunjukkan kemampuannya?
"Jika mereka dapat pertanyaan publik dan nggak bisa memberi argumentasi, itu kan berarti gimik doang. Kalau misalkan dia disebut sebagai sosok yang memiliki daya tarik secara fisik, katakan itu sebuah keuntungan personal agar dia bisa marketable," ucap Fuad.
"Tapi kenyataannya di dunia politik, tidak harus calon yang punya paras ganteng atau cantik. Banyak pemimpin yang tidak mengandalkan itu, tapi mampu menunjukkan bahwa punya kapabilitas," imbuh dia.
Selain Dhani dan Jeje, belum lama ini Kabupaten Bandung punya pilihan untuk Pilkada 2024. Ialah Dadang Supriatna, sang petahana yang kembali nyalon Bupati, lagi-lagi didampingi oleh artis Ali Syakieb.
Periode sebelumnya, Dadang menang dari dua kandidat lainnya. Kala itu ia juga maju bersama artis rupawan, Sahrul Gunawan. Kini, Sahrul pun kembali nyalon jadi Wakil Bupati Bandung.
Sebelum Jeje, di Kabupaten Bandung Barat juga ada artis Hengky Kurniawan yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Bupati kemudian jadi Plt Bupati KBB. Lalu di Indramayu, ada artis Lucky Hakim sebagai mantan Wakil Bupati Indramayu. Tahun ini, ia nyalon sebagai orang nomor 1 di Indramayu.
Fuad mengatakan, sebetulnya tak ada salahnya para aktor ganteng ini mengisi kursi-kursi penting di Jawa Barat. Hanya saja, ada catatan penting yang harus dicermati, mengingat memimpin daerah punya tanggung jawab besar!
"Ali Syakieb ini kan new comers, belum punya rekam jejak sosial politik. Tapi seharusnya kalau mau jadi kandidat Wakil Bupati misalnya, harus meningkatkan kapabilitas dan intelektualitas. Itu jelas, kemudian kansnya harus dilihat, kalau bupatinya tepat ya bisa berhasil tapi PR nya banyak," ujar Fuad.
"Tapi posisi Wakil Bupati menurut saya paling pas, untuk mengawalinya nggak berani gitu aja tampil sebagai Bupati. Sahrul kan dulu juga merintis. Sisanya tinggal melihat kekuatan mesin politiknya, isu yang diusungnya dll," sambung dia.
Sementara soal Dhani yang statusnya mantan Sekpri Prabowo, Fuad menilai bisa saja dia berkompeten di Pilkada 2024. Di samping saat ini Dhani lebih banyak dibicarakan karena parasnya.
"Sebenarnya kalo di Jepang, yang mendorong tokoh saat berkecimpung di dunia politik itu Sekretarisnya ya. Jadi banyak sumbangsih pemikirannya. Tapi kalau di kita, jangan sampai Sekpri hanya sekedar pencatatan jadwal, dan mengurus rutinitas. Tapi kalau Gerindra kayaknya nggak sembarangan (dalam mengusung)," tutur dia.
(aau/mso)