Pilu Risky, Bayi Asal Sukabumi Diduga Alami Gizi Buruk

Pilu Risky, Bayi Asal Sukabumi Diduga Alami Gizi Buruk

Siti Fatimah - detikJabar
Minggu, 14 Jul 2024 16:30 WIB
Bayi diduga alami gizi buruk saat didatangi pihak posyandu dan Bidan Desa
Bayi diduga alami gizi buruk saat didatangi pihak posyandu dan Bidan Desa. (Foto: Istimewa)
Sukabumi -

Muhammad Risky Al Fajri, seorang bayi berusia 1 tahun 7 bulan asal Kabupaten Sukabumi diduga mengalami gizi buruk. Berat badannya kurang dan pertumbuhannya pun terhambat.

Yana (30) selaku orang tua Risky mengatakan, ia sebagai orang tua dan kepala keluarga mengaku sedih melihat kondisi anak keduanya mengalami gizi buruk.

Profesinya sebagai buruh kuli panggul buah aren tak dapat mencukupi kebutuhan gizi sang anak. Dia juga mengaku kesulitan untuk memeriksa kesehatan anaknya ke rumah sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kondisi kesehatan anak saya, semakin hari kian memprihatinkan. Jika biaya pribadi saja tidak sanggup, jangankan untuk ke rumah sakit, makan sehari-hari saja sudah susah," kata Yana kepada awak media, Minggu (14/7/2024).

Dia mengatakan, selama ini keluarganya tidak terdaftar sebagai penerima bantuan sosial. Kondisi rumahnya pun masih berbilik bambu. Meski demikian, bantuan bagi sang anak bungsu masih mengalir dari beberapa dermawan. Saat ini, sang anak sudah dirawat di RSUD Syamsudin SH, Kota Sukabumi.

ADVERTISEMENT

Setiba di rumah sakit, anak tersebut langsung mendapatkan perawatan medis di ruangan ICU RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. Berdasarkan keterangan dokter kepada orang tua, bayi tersebut memang diduga mengalami gizi buruk.

Kepala Desa Parakanlima, Mirwanda Yamami membenarkan jika balita yang merupakan anak dari pasangan suami istri Yana (30) dan Santi Susanti (32) telah terdeteksi sebagai anak dengan gizi buruk pada November 2023 lalu oleh Bidan Desa Parakanlima, Kecamatan Cikembar.

Berdasarkan data yang tercatat di pemerintah Desa Parakanlima, sebelumnya anak tersebut rutin datang ke Posyandu sampai Januari 2024. Namun, pada Februari 2024 anak tersebut tidak datang ke posyandu sehingga, tim kader dan Bidan Desa Parakanlima melakukan jemput bola ke rumah orang tuanya.

"Saat kader dan bidan desa kami ke rumah anak itu, telah didapatkan hasil berat badan 6,5 kilogram dan tinggi badan 67 centimeter dan anak tersebut masuk kategori gizi kurang," kata Mirwanda.

Pihaknya melalui kader posyandu dan bidan desa menganjurkan agar ibu membawa bayinya ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Mereka juga mengedukasi kepada keluarga mengenai pentingnya asupan gizi di usia nol sampai anak berusia 2 tahun.

"Apabila tidak di tindaklanjuti, akan berdampak fatal untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Saat itu, ibu dari anak gizi buruk itu telah mengerti apa yang dijelaskan bidan desa. Tetapi ibunya tidak membawa anaknya ke Puskesmas," jelasnya.

Setelah itu, pada Juni 2024 para kader dan bidan desa kembali melakukan pemeriksaan dan didapati bahwa berat badan Risky hanya 6,6 kilogram dan tinggi 67 centimeter. "Anak itu, terjaring gizi kurang dan anak dianjurkan untuk melakukan skrining ke Puskesmas yang akan mendapatkan PMT," sambungnya.

Orang tua Risky sempat datang ke Puskesmas pada 7 Juni 2024. Namun berat badan sang bayi justru semakin turun di angka 6.45 kilogram. Terlebih, pada bagian kulit bayi berwarna kuning pucat.

Saat itu, dokter Puskesmas menjelaskan bahwa Risky harus segera dirujuk karena sudah mendekati gizi buruk. Bahkan dikhawatirkan ia mengalami penyakit penyerta lainnya.

"Bahkan, pada 22 Juni 2024 bidan desa sudah memasukan nama anak ke pengajuan program KIS ke Puskesmas. Tapi waktu jadwal mantuk, tepat 24 Juni 2024 orang tua tidak membawa anak ke Posyandu atau Puskesmas," bebernya.

Terakhir, pada 10 Juli 2024 sekira pukul 14.00 WIB, bidan dan kader melakukan kunjungan ke rumahnya, untuk melihat kondisi anak. Dia berharap, orang tua berperan untuk memikirkan kondisi sang bayi.

"Jadi, dari mulai ibu itu hamil sampai lahiran kita intens melakukan upaya sampai jemput bola ke rumahnya. Karena, memang susah untuk datang ke Posyandu maupun ke Puskesmas, khususnya dari pihak ayahnya," kata Mirwanda.

"Kita sudah mengupayakan jauh-jauh hari, sebelum anak itu lahir. Bahkan, ibunya dulu pas waktu lahiran sampai pendarahan, kita yang urus gratis pakai KIS juga. Kalau anaknya memang belum punya KIS dan itu masih diproses karena keluarganya susah dikunjungi," sambungnya.

Sementara itu, ketika disinggung mengenai keluarga anak tersebut tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, utamanya Bantuan Langsung Tunai dari Dana Desa (BLT-DD), dia menjawab, bahwa kepala keluarga dinilai masih muda dan bisa beraktivitas atau berusaha seperti warga pada umumnya.

"Kami rasa suaminya ini masih muda dan kreatifitasnya masih tinggi karena, masih banyak juga warga kami tingkat ekonominya di bawah itu," kata dia.

Ke depan, pihaknya akan berupaya untuk melihat perkembangan kondisi kesehatan anak dan mendatangi rumah sakit. Pemerintah Desa Parakanlima dan Kecamatan Cikembar disebut sudah memberikan rujukan berupa SKTM dan bantuan lainnya bagi keluarga.

"Saat ini, anak itu sedang ditangani di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, untuk mendapatkan tindakan medis secara intensif. Tadi pagi, istri saya dan istri Pak Camat sudah berkunjung ke rumah sakit. Bahkan, Kepala Puskesmas juga sudah di sana untuk melihat perkembangan kondisi kesehatan anak," tutupnya.




(dir/dir)


Hide Ads