Menjaga Harapan bagi ODGJ di Palabuhanratu Sukabumi

Menjaga Harapan bagi ODGJ di Palabuhanratu Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 10 Jul 2024 19:00 WIB
Panti Aura Welas Asih Palabuanratu Sukabumi.
Panti Aura Welas Asih Palabuanratu Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Maraknya Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kota Wisata Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi dibenarkan oleh Panti Aura Welas Asih (PT AWA). Beberapa pekan terakhir, mereka mengamankan sedikitnya 10 orang ODGJ di jalanan.

Hal itu diungkapkan oleh Leni Numayunita, istri dari pendiri Panti AWA, Deni Solang. Ia mengatakan penyisiran dilakukan di sekitar pasar dan alun-alun, tempat di mana ODGJ sering terlihat oleh pihak mereka.

"Jadi kami tidak menunggu laporan. Biasanya memang sudah rutin sejak Panti AWA ini berdiri, semacam rutinitas untuk membawa para ODGJ ini ke panti untuk mendapatkan penanganan. Beberapa pekan kemarin, kita amankan 10 orang dari pasar dan alun-alun, ini yang kedapatan dan terlihat ada di jalanan," kata Leni kepada detikJabar, Rabu (10/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Leni menduga kondisi maraknya ODGJ sama seperti tahun-tahun sebelumnya. ODGJ ini merupakan antaran atau buangan dari wilayah lain. "Biasanya buangan dari luar, karena kalau kita ambil pun bahasanya ada yang bahasa Jawa, bahasa luar daerah, kebanyakan dari luar sepertinya buangan ke sini. Biasanya kalau kita lihat kita ambil, kalau memang sudah ramai lagi mungkin kita turun lagi," ujar Leni.

"Kalau memang sudah ada keluhan lagi, kita segerakan ya kita ambil lagi di jalan. Jadi memang rutin, ya hari Minggu juga evakuasi cuma memang tidak menyisir, ada yang kondisi (ODGJ) telanjang. Sekali angkut bisa 10, bisa 12 orang," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Sulit Akses Layanan Kesehatan Jiwa

Relawan kemanusiaan Panti AWA, Irgi, mengatakan penanganan terhadap ODGJ terlantar sejauh ini kurang mendapat dukungan dari pemerintah setempat. Mereka kesulitan mengakses layanan kesehatan jiwa bagi mereka yang terpaksa menginap di panti.

"Kita sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa bagi ODGJ terlantar, itu poin pertama. Dan untuk poin kedua, kita terkendala biaya makan untuk orang terlantar. Sehingga kita sampai harus merogoh kantong pribadi. Sebetulnya ini bukan persoalan, tapi harusnya ada peran serta pemerintah juga di sini," beber Irgi.

Irgi mengaku tahu benar dengan kondisi panti tempatnya memberikan pelayanan. Saat ini, kondisi keuangan sudah mulai kembang-kempis, ditambah dengan biaya pengobatan yang tidak bisa langsung diakses untuk mereka yang berstatus terlantar.

"Sekarang saja kami menangani ODGJ yang terlantar, yang kita rawat di Yayasan AWA. Sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa, akhirnya tidak bisa mendapatkan obat jiwa," pungkas Irgi.

Respons Pemkab Sukabumi

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi, Wawan Godawan mengatakan hingga saat ini ia belum menerima permintaan penanganan dari kecamatan setempat, dalam hal ini Kecamatan Palabuhanratu terkait kemunculan ODGJ tersebut.

"ODGJ harus dipastikan dulu itu liar atau ada keluarganya itu yang harus dipastikan, kalau dia ada di situ kalau keluarganya di sana, kita berbicara ODGJ terlantar misalkan, yang disampaikan itu kan kategori ODGJ terlantar yang di luar yang tidak dipelihara keluarganya tidak diketahui keluarganya dan sebagainya," kata Wawan.

"Kita tidak bisa serta merta untuk Melakukan intervensi seperti itu harus juga lakukan assessment misalkan, yang terjadi di Palabuhanratu kan sampai saat ini belum ada laporan tertulis misalkan oleh pemerintah setempat oleh kecamatan ke kita minta penanganan ODGJ telantar nih nanti melakukan assessment ke wilayah," sambung Wawan.

Wawan menyebut masih banyak tantangan yang dihadapi dalam menangani masalah ini, terutama dalam hal rehabilitasi dan reintegrasi sosial para ODGJ. "Kalaupun harus dimasukkan ke panti, kita Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi tidak punya panti ya. Kita berkoordinasi misalkan dengan (Panti) Welas Asih namun itu juga tergantung kapasitas di situ apakah masih menerima enggak atau ke ke Phalamarta atau panti lain," jelas Wawan.

Pihaknya ditegaskan Wawan tidak serta merta melakukan penanganan sendirian, penanganan harus dilakukan secara terintegrasi dengan Dinas Kesehatan. "Dengan Dinas Kesehatan juga, kalau memang harus ke panti, baru dengan kita. Kesehatan dulu, di cek kemudian rekomendasinya ada in, biasanya digiring ke RS Marzoeki Mahdi di Bogor," pungkas Wawan.

(sya/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads