Bahayanya Tinja Manusia dan Hewan untuk Ekosistem Bumi

Kabar Internasional

Bahayanya Tinja Manusia dan Hewan untuk Ekosistem Bumi

Rachmatunnisa - detikJabar
Minggu, 07 Jul 2024 04:30 WIB
Badan Antariksa AS (NASA) mengungkap penampakan terbaru planet bumi dibanding 20 tahun lalu. Penasaran?
Planet Bumi (Foto: Dok. NASA).
Jakarta -

Salah satu kegiatan 'wajib' yang dilakukan oleh manusia dan hewan adalah buang air besar dan kecil. Ironisnya, kegiatan alami itu justru menjadi salah satu penyebab yang merusak ekosistem Bumi.

Melansir detikInet yang mengutip TheBulletin.org, 7,6 miliar manusia dan hewan peliharaannya diperkirakan menghasilkan sedikitnya 4 triliun kilogram kotoran setiap tahun.

Angka ini cukup untuk mengisi sekitar 1,6 juta kolam renang ukuran Olimpiade. Jumlah besar kotoran manusia dan hewan yang dihasilkan mengubah ekosistem planet dengan cara yang berbahaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua kotoran ini harus dibuang ke suatu tempat, dan sebagian besar tersebar di lahan pertanian sebagai pupuk. Tanah membutuhkan mikroba dan nutrisi dalam pupuk kandang agar tetap sehat, namun kita tidak mengelola pupuk kandang dengan benar, dan kesalahan pengelolaan menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan yang serius.

Untuk diketahui, hewan peliharaan menyumbang sekitar 85% kotoran yang dihasilkan dalam setahun. Metode pengelolaan dan penggunaan kotoran pertanian yang ada saat ini, menyebarkan gen resistensi antimikroba, mencemari tanaman dan saluran air dengan mikroba, dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang kuat seperti metana dan dinitrogen oksida.

ADVERTISEMENT

Kotoran Sebarkan Resistensi Antimikroba

Penggunaan antibiotik yang berlebihan pada manusia dan hewan telah mengakibatkan peningkatan jumlah bakteri resisten di lingkungan. Bakteri tersebut dapat ditemukan dalam jumlah besar dari kotoran manusia dan hewan yang dihasilkan oleh peradaban modern dan pertanian.

Aliran limbah yang jika bercampur dengan tanah misalnya, membantu menyebarkan resistensi antibiotik ke mikroba lain dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Penelitian tentang DNA di dalam tanah menjelaskan cakupan masalahnya.

Selama beberapa dekade, tidak ada yang mengetahui mikroba apa yang ada di dalam tanah, karena sebagian besar mikroba tanah tidak dapat dibiakkan di laboratorium. Hal ini berubah ketika para ilmuwan mulai menggunakan teknologi baru yang disebut metagenomics untuk mengekstraksi DNA langsung dari tanah.

Artikel ini sudah tayang di detikInet, baca selengkapnya di sini.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads