CTO Akamai Patrick Sullivan menjelaskan persoalan bot yang menjadi masalah yang signifikan, karena bisa membuat sejumlah titik incaran di aplikasi web, layanan, dan pemilik application programming interface (API).
Misalnya, bot pemulung data bisa dengan mudah mencuri gambar produk, deskripsi, informasi harga, dan data lainnya. Kemudian data-data tersebut bisa dipakai oleh penjahat siber untuk membuat situs palsu untuk meniru situs ecommerce dari merk terkenal.
Laporan Akamai menyebutkan bahwa 42% trafik internet dihasilkan oleh bot, dan ngerinya, 65% dari bot itu dipakai untuk kejahatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan tersebut Akamai memang sengaja meneliti bot pemulung data yang beredar di dunia maya. Bot ini didesain untuk mengumpulkan data dan konten untuk dipakai kejahatan siber, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Jumat (5/7/2024).
Sektor ecommerce dinilai sebagai yang paling terdampak dari aksi bot pemulung data dan bot trafik berisiko tinggi ini. Harus diakui, memang ada bot yang bisa menguntungkan, namun bot pemulung ini seringnya malah berdampak negatif, terutama pada konsumen. Ini karena bot pemulung data itu dipakai untuk memata-matai toko saingan, menimbun stok barang, membuat situs penipuan, dan berbagai aktivitas kriminal lainnya.
Bahkan, kini dengan kehadiran AI, data-data yang diambil oleh bot tersebut bisa sedikit dimodifikasi untuk membuat situs yang menghasilkan trafik -- dan kemudian dipakai mencari uang lewat pemasukan dari iklan.
Baca selengkapnya di detikInet.