Petaka Nasi Kotak Picu Keracunan Massal di Bandung Barat

Round-Up Sepekan

Petaka Nasi Kotak Picu Keracunan Massal di Bandung Barat

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 30 Jun 2024 20:00 WIB
ilustrasi keracunan
Ilustrasi keracunan massal (Foto: Dok.Detikcom)
Bandung Barat -

Keracunan massal menyerang ratusan warga di dua daerah Kabupaten Bandung Barat (KBB). Bermula dari gejala keracunan yang dialami beberapa siswa SD Negeri Gandasari, Kampung Bojongmareme, Sindangkerta, KBB, keracunan juga dialami ratusan orang lainnya di desa itu.

Mulanya, keracunan tersebut terlaporkan pada Selasa (25/6/2024) pagi. Gejala keracunan pertama kali dirasakan beberapa siswa SD Negeri Gandasari. Kemudian korban keracunan bertambah, tak hanya dari kalangan siswa.

Lambat laun jumlah korban keracunan bertambah menjadi 118 orang. Mereka kemudian dirawat di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan. Sekretaris Dinas Pendidikan Bandung Barat, Rustiyana mengatakan korban keracunan itu sebelumnya mengonsumsi nasi kotak dengan menu nasi ayam tepung yang diberikan pihak sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kebetulan hari Senin itu upacara kenaikan kelas atau samen. Nah mereka dikasih nasi kotak, tapi kan ada yang dibawa pulang jadi dimakan anggota keluarga yang lain," kata Rustiyana saat dikonfirmasi, Rabu (26/6/2024).

Berdasarkan pendataan pihak sekolah, kata Rustiyana, total siswa SDN Gandasari yang mengalami keracunan sebanyak 66 orang, terdiri dari siswa kelas 1 sampai kelas 6.

ADVERTISEMENT

"Kalau yang siswa itu hanya 66 orang, sisanya itu keluarga siswa. Kita sudah instruksikan kepala sekolah untuk terus memantau di puskesmas supaya kalau ada yang datang lagi langsung difasilitasi," kata Rustiyana.

Tak lama kemudian, kasus keracunan kembali terjadi di KBB, tepatnya di Kampung Tipar Silih Asih, RW 17, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang. Sebanyak 83 warga mengalami gejala seperti mual, pusing, muntah-muntah, diare, serta demam.

Gejala itu dirasakan warga sejak Senin (24/6/2024) dan puncaknya terjadi pada Rabu (26/6/2024). Camat Padalarang Agus Achmad Setiawan mengatakan warga yang keracunan itu sebelumnya mengonsumsi nasi kotak yang dibagikan salah seorang warga yang menggelar hajat khitanan pada Minggu (23/6/2024).

"Jadi kalau hajatnya (khitanan) itu Minggu sore, pengajian gitu. Terus dikasih nasi kotak dan dikonsumsi di rumah. Gejalanya itu baru dirasakan warga mulai Senin, sampai hari ini masih bertambah. Total ada 83," kata Agus saat ditemui di lokasi kejadian, Rabu (26/6/2024).

Agus mengatakan saat itu warga tak langsung melapor. Sebab mereka mengira gejala yang dirasakan hanya sekadar masuk angin tanpa ada dugaan keracunan dari makanan nasi kotak.

"Makanya pak RT dan pak RW enggak lapor, karena memang yang bergejala enggak sekaligus, kemudian dianggapnya hanya sakit perut dan masuk angin. Tapi kemudian hari Selasa dan Rabu makin banyak, baru dicek dan dapat laporan tadi pagi ke Pak Kades (Laksanamekar)," ujar Agus.

Warga yang bergejala itu, rata-rata melakukan pengobatan secara mandiri. Namun setelah laporan semakin banyak, barulah pengurus RT, RW, serta desa setempat memberikan obat untuk gejala keracunan.

"Jadi warga itu rata-rata langsung mengonsumsi obat, dan sebagian ada yang membaik. Setelah diketahui itu gejala keracunan, baru diberikan obat khusus untuk keracunan," ujar Agus.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat (KBB) kemudian membawa sampel nasi kotak itu. Agus mengatakan sampel makanan itu, diambil dari salah seorang warga yang sama sekali tidak memakan nasi kotak dari tetangga yang menggelar hajatan khitanan.

"Sampel nasi kotaknya sudah dibawa sama Puskesmas, menunya ada capcay, ayam goreng, telur balado, dan lain-lain. Jadi kebetulan ada warga yang masih simpan nasi kotaknya di kulkas," kata Agus saat ditemui, Kamis (27/6/2024).

Sampel itu, baru akan dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah Jawa Barat hari Kamis ini. Hasilnya baru akan diketahui paling cepat sepekan ke depan. "Kita koordinasi dengan Dinkes, itu baru mau dibawa hari ini ke Labkesda. Ya mudah-mudahan seminggu lagi bisa diketahui hasilnya," kata Agus.

Egi, jadi salah satu warga yang diduga keracunan makanan hajatan dari tetangganya. Warga yang keracunan rata-rata mengalami gejala seperti mual, pusing, muntah-muntah, diare, serta demam.

"Jadi hari Minggu itu, menjelang maghrib saya makan nasi kotaknya. Tengah malam, saya langsung ngerasa sakit perut parah. Buang air besar jadi sering dan cair," kata Egi.

Pria 54 tahun itu kemudian mengonsumsi obat biasa dan beristirahat di rumah. Lantaran ia menganggap gejala yang dirasakan dan dialaminya hanya masuk angin biasa.

"Ternyata Senin sore itu semakin parah, posisi saya sedang kerja itu ngerasa badan demam terus menggigil. Akhirnya saya pulang, minum obat lagi dan istirahat," kata Egi.

Kondisinya sempat membaik, namun kembali memburuk pada Selasa sore. Ia merasakan sakit di ulu hati dengan kondisi badan demam. Ternyata Egi mengetahui warga lain mengalami gejala yang sama.

Di hari Rabu, ia sempat mengantarkan beberapa tetangganya yang tak kunjung membaik ke rumah sakit. Ia baru mengetahui bahwa gejala yang beberapa hari ini dialaminya merupakan gejala khas keracunan.

Serupa dengan Egi, warga lainnya Elis, juga merasakan gejala yang sama. Gejala itu ia rasakan setelah mengonsumsi telur balado yang jadi salah satu menu di dalam nasi kotak tersebut.

"Saya makan telor baladonya, langsung mual dan muntah. Langsung minum obat, alhamdulillah mendingan. Kalau anak saya makan capcay, terus ayam tapi enggak makan telurnya itu aman-aman saja. Mungkin dari bumbunya ya," jelas Elis.




(aau/dir)


Hide Ads