Berkah Sampah di Kampung Cibunut Bandung Berkat 'Oh Darling'

Berkah Sampah di Kampung Cibunut Bandung Berkat 'Oh Darling'

Demas Reyhan Adritama - detikJabar
Minggu, 30 Jun 2024 06:30 WIB
Seorang warga membawa tumpukan sampah untuk ditukar di Bank Sampah Kampung Cibunut, Kota Bandung.
Seorang warga membawa tumpukan sampah untuk ditukar di Bank Sampah Kampung Cibunut. (Foto: David Kristian Irawan/detikJabar)
Bandung -

Permasalahan sampah di Kota Bandung adalah isu yang cukup memprihatinkan. Kepadatan penduduk dan sikap acuh tak acuh masyarakat menjadi faktor pemicu utama sehingga menjadi masalah berkepanjangan. Namun, ada satu kampung di tengah kota yang mampu mengelola sampah dengan baik, yaitu Kampung Cibunut, RW 07, Kelurahan Kebon Pisang, Kecamatan Sumur Bandung.

Di tengah masalah sampah yang melanda Bandung, masyarakat Kampung Cibunut telah dibina untuk menciptakan Kawasan Bebas Sampah (KBS). Mereka tidak khawatir dengan kejadian terbakarnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, berkat program Orang Hebat Sadar Lingkungan (Oh Darling).

Proses Menuju Kawasan Bebas Sampah

Predikat sebagai Kawasan Bebas Sampah (KBS) yang disandang Kampung Cibunut tidak diraih dengan mudah. Ketua RW 7, Herman Sukmana, menceritakan, dulu kampung ini padat dan tidak terkelola dengan baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelumnya Cibunut ini, ya kesannya kan kampung padat, ya tidak terkata, bahkan jauh ke yang namanya pengelolaan sampah, penghijauan, atau apapun gitu," kata Ketua RW 7 Kampung Cibunut, Herman Sukmana, belum lama ini.

Pada tahun 2015, Kampung Cibunut kedatangan fasilitator dari Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas yang membawa program Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung. Selama enam bulan, mereka membuat Kawasan Bebas Sampah di satu daerah sebagai percontohan dari 30 kecamatan di Kota Bandung yang dipilih nantinya.

ADVERTISEMENT

"Dia datang pertama kali itu seminggu sekali selama tiga bulan. Datang ke sini itu maksudnya bikin dulu pemetaan, peta wilayah peta potensi siapa yang bisa diajak ngobrol. Tiga bulan itu dia mempelajari Cibunut dulu situasinya, setelah tiga bulan dia baru kenalan dulu sama ibu-ibu PKK juga sama anak-anak kecil bikin daur ulang sampah dulu kerajinan lah itu daur upcycle," ungkap Ketua Oh Darling, Agus Sunarya.

Peran KSM Oh Darling

Herman Sukmana memaparkan KBS tidak hanya berimplikasi pada kebersihan dan penghijauan, tapi juga menciptakan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang memiliki peran penting. "Tapi yang terpenting di sana (Cibunut) dibuatkan juga KSM, ini kita ada di KSM Oh Darling. Karena selanjutnya bukan sekedar kebersihan dan penghijauan saja, tapi nanti ada edukasi bagaimana mengelola sampah, edukasi bagaimana memberdayakan warga, warga teredukasi supaya mau memilah sampah,"papar Herman Sukmana.

"Saya membuat KSM rangkul semuanya dan semua harus turun untuk perubahan di wilayah itu. Tidak bisa masyarakat itu cuman disuruh saja, dihimbau-himbau saja, tapi mereka juga perlu pendampingan, didampingi terus oleh pengurusnya. Jadi setelah menerima penjelasan programnya, manfaat programnya, mereka akhirnya mau untuk melakukan hal-hal kecil tapi dampaknya sangat luar biasa, seperti memilah sampah," imbuh Herman.

Sementara Agus Sunarya turut menyampaikan pendapat yang sama tentang penciptaan KSM. "KSM itu salah satu syarat dari mendirikan KBS, Kawasan bebas sampah. Di KBS itu harus ada KSM. Nah dia nanti yang menggerakkan warga ke soal lingkungan, kepemilahan sampah itu KSM tugasnya," jelasnya.

Meski awalnya terdapat tantangan, tapi lambat laun program tersebut mulai berjalan dengan lancar. "Kendala-kendalanya di dua tahun pertama, kendala bagaimana mengubah paradigma dan perilaku paling susah itu, betapa tidak mudah. Tapi kita bisa lakukan, saya punya teman-teman yang luar biasa," terang Herman Sukmana.

Untuk mulai menjalankan program tersebut, diawali dengan pelatihan kader lingkungan yang diambil dari beberapa kalangan, yakni pengurus RW, Ibu PKK, Karang Taruna, hingga beberapa komunitas.

"Kita melakukan dulu nih pelatihan-pelatihan yang jadi kader lingkungannya. Salah satu kader lingkungan di KSM mulailah menyentuh PKK, karang taruna, edukasi membuat flyer untuk memilah sampah, menjaga kebersihan," tutur Herman Sukmana.

Pelatihan tersebut diadakan sebanyak 3 kali dengan tujuan agar kader lingkungan yang diberikan pelatihan tersebut memahami persoalan terkait sampah di Kota Bandung. Kemudian, setelah dibekali dengan pelatihan tersebut, mulailah mengadakan door to door education. Kader lingkungan mensosialisasikan dari rumah ke rumah untuk memberikan pembinaan terkait upaya pemilahan sampah di RW 07 Kampung Cibinut.

"Kita harus bisa menjelaskan programnya itu, manfaat programnya. Dari kebersihan saja kita adakan gerakan memilah sampah. Nah, akhirnya mulai ke masalah edukasi tentang bagaimana mengelola sampah. Begitulah, warga itu edukasi yang harus dipilih itu adalah organik dan anorganik, sederhana saja dulu itu," ujar Kang Ibo, sapaan Herman Sukmana.

Cara 'Oh Darling' Kelola Sampah

Aktivitas pemilahan sampah warga Kampung Cibunut di bank sampah.Aktivitas pemilahan sampah warga Kampung Cibunut di bank sampah. Foto: Cindy Marsella/detikJabar

Kedatangan fasilitator yang membawa program dari DLHK ini cukup membawa angin segar bagi masyarakat Kampung Cibunut RW 07. Adanya kerjasama dengan KSM 'Oh Darling' mampu menciptakan inovasi luar biasa terhadap solusi mengatasi permasalahan sampah di Kota Bandung.

Adapun program yang diusung dari Oh Darling ini, seperti program Bank Sampah, Door to Door, dan program Clean Up Bocil. Diketahui, terdapat beberapa kategori sampah yang dikelola oleh KSM Oh Darling, diantaranya Anorganik, Organik, Residu, hingga B3 sekalipun. Untuk sampah yang sulit terurai, seperti sampah residu dan B3 nantinya akan diambil oleh DLHK.

"Iya, kan di sini pilah sampah itu dari sumber ya, juga sampah di sini itu tiga macam sampah organik, sampah anorganik yang bisa dijual, sampah residu, termasuk B3 bahan beracun berbahaya;" ucap Agus.

"Dari sampah juga bisa menghasilkan uang, nanti uangnya itu buat biaya operasional disini," imbuh Agus.

Setiap hari Minggu, warga menyetorkan sampah anorganik yang bisa didaur ulang ke Bank Sampah. Program ini juga jadi suatu strategi gerakan 'Kang Pisman' untuk pengelolaan sampah di Kota Bandung.

"Dibuatkan bank sampah salah satunya itu solusi pengelolaan sampah anorganik. Warga dihimbau, diajak menabung di bank sampah. Karena program kawasan bebas sampah juga kan ada paket lainnya istilahnya gerakan Kang Pisman, kurangi pisahkan manfaatkan sampah semenjak di sumber," tutur Herman.

Agus juga menyampaikan bahwa beberapa warga di RW 7 Cibunut kerap melakukan sedekah sampah, baik itu diserahkan langsung ke Bank Sampah maupun diberikan ke seseorang yang kurang mampu.

"Enggak nabung aja si warga itu, ada yang sedekah ke bank sampah, warga itu yang sedekah nggak mau dicatat disini. Ada juga yang sedekah yang ke kurang mampu, itu (sampah) dikasihkan ke orang (kurang mampu) nanti itu jadi nasabah di sini (bank sampah)," kata Agus.

"Bahkan ada satu RT namanya satu disini, itu nama RT nya aja, padahal itu nasabahnya satu RT, nah itu untuk kas RT nantinya," imbuh Agus.

Sedangkan, setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat, Oh Darling secara door to door mengambil sampah-sampah organik lalu dikumpulkannya untuk dijadikan sebagai pupuk kompos. "Sistemnya sampah organik itu diambil setiap hari Senin Rabu Jumat, itu untuk organik nanti diambil sama pengurus KSM," ucap Agus.

Namun karena terbatasnya lahan, beberapa sisa sampah organik akan diangkut oleh Pusat Olah Organik (POO) Kota Bandung. "Di sini lahannya terbatas, tempat pengelolaan sampah. Sehari cuma bisa dua ember kurang lebih 30 kilogram yang bisa diolah di sini. Sisanya diambil sama POO Kota Bandung, nanti diolah di Gedebage," ungkap Agus.

Untuk proses pengangkutan sampahnya ini awalnya difasilitasi oleh RW setempat menggunakan ember untuk menampung sampah-sampah yang ada di rumah. "Iya, jadi kan sampah itu kalau disini warga difasilitasi sama pak RW, pengurus RW itu beli ember dari bekas es krim, 100 buah dibagikan ke warga," kata Agus.

Tapi seiring berjalannya waktu, fasilitas mulai berdatangan dari CSR, DLHK, hingga Walikota untuk memproses sampah-sampah yang telah terkumpul. "Seiring waktu ada CSR dari Biofarma ngasih 100 ember. Terus dari DLHK ngasih 50 tempat sampah organik, dan dari Pak Wali Kota ngasih 100 ember. Jadi kurang lebih di warga itu sudah ada 350-an ember buat sampah organik di sini," ujar Agus.

Lanjut, pada program terakhir yang dimiliki oleh KSM 'Oh Darling' adalah Clean Up 'BOCIL' alias Bocah Cinta Lingkungan. Program 'Bocil' ini adalah cara yang terbilang kreatif untuk regenerasi masyarakat yang sadar akan lingkungan. Didalamnya dikumpulkan anak-anak untuk melakukan bersih-bersih lingkungan sembari bersosialisasi dan bermain dengan sesama temannya di wilayah RW 7, Kampung Cibunut.

"Disini bocil itu campuran dari macam-macam RT, nanti dia bersosialisasi ngobrol sambil main-main. Clean up kurang lebih 2 jam, jadi si anak itu bisa dilupain dua jam ke gadget lah, sambil main -main clean up," terang Agus.

Dampak Positif KBS Kampung Cibinut

Upaya pengelolaan sampah di Kampung Cibunut memang berbuah manis. Atas konsisten masyarakat yang turut menjaga lingkungan selama bertahun-tahun akhirnya memberikan dampak positif yang signifikan.

Beberapa prestasi membanggakan didapatkan oleh Kampung Cibunut, diantaranya predikat kampung ProKlim Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup, juara satu pengolahan sampah tingkat Jawa Barat dari PUPR, dua kali penghargaan dari walikota, penghargaan dari DLHK, dan penghargaan dari AIESEC.

Banyaknya prestasi serta hal-hal positif yang bisa diambil dari pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Cibunut, menjadikan inspirasi bagi banyak desa untuk mengatasi masalah sampah di Kota Bandung.

Bukan hanya kampungnya saja, tapi warga di Cibunut juga merasakan keuntungan tersendiri. Mereka yang menabung ke Bank Sampah akan dicatat di buku nasabah, untuk kemudian mendapatkan uang. Seperti sampah plastik yang dihargai Rp2000 per kilogram-nya. "Jadi si warga itu nabung sampah nanti uangnya itu seminggu sebelum Lebaran dibagikan. Jadi itu ngitung dapet THR, ada yang dapat sampai 600, 700 ribu. Iya itu dari sampah nabung sampah yang paling kecil itu adalah 100-an," tutur Agus.

Keseriusan warga Cibunut menjadikan kampungnya sebagai KBS tidak terlepas dari kebijakan Ketua RW yang tegas. Jika didapati warganya tidak mau mengikuti program memilah sampah, maka akan ada hukuman yang menimpanya. "Yang paling penting di sini itu ada punishment kebijakan ketua RW. Yang gak mau milah (sampah) urusan administrasi RW, ada keperluan ke RW-an dihambat sama Pak RW. Jadi warga tuh takut. Jadi nanti sama Pak RW di edukasi dulu," tegas Agus.

Warga Kampung Cibunut tidak dapat beralasan lagi ketika membuang sampah sembarangan. Musababnya program pemilahan dan penjemputan sampah sudah dikelola dengan baik. "Di Cibunut ini sudah tidak ada alasan warga membuang sampah ke sungai, buat saya itu sudah dosa jariah," tegas Herman.

Agus Sunarya yang juga menjabat sebagai seksi lingkungan hidup di RW 7 Kampung Cibunut memberikan saran untuk memperlambat dan memperpanjang usia TPA. "Supaya TPA itu umurnya panjang ya pilahlah sampah dari sumbernya. Disini udah terbukti sampah organik itu 55%, sampah anorganik 15%, dijumlahkan kan 70%, jadi sampah residu itu yang dibuang ke TPA cuma 30%," sebut Agus.

Ketua RW 7 Kampung Cibunut, Herman Sukmana berharap supaya lingkungan dapat dijaga bersama-sama untuk terhindar dari persoalan sampah. "Mengurus sampah ini mengurus semua manusia jadi universal. Bergerak sama-sama saja untuk menjaga lingkungan, untuk lebih aware dengan lingkungan, terutama dengan sampah. Paling crucial buat saya memang sampah," jelas Herman.

Kampung Cibunut menjadi bukti nyata bahwa pemerintah yang amanah dan jujur akan menjadikan warganya patuh serta membuat wilayahnya unggul lebih baik. "Kalau ingin cepat merubah suatu daerah, pilihlah ketua RW yang aware ke lingkungan. Di sini (Kampung Cibunut) juga udah terbukti kalau RW, pengurus RW-nya aware ke lingkungan cepet berubahnya. Kalau RW-nya acuh tak acuh lama. Maka kalau ada pemilihan RW, pilihlah RW yang aware ke lingkungan supaya merubah lingkungan itu cepet," pungkas Agus.

Halaman 2 dari 2
(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads