Degradasi hutan atau keadaan dimana hutan yang menurun tingkat keanekaragaman hayati di dalamnya terus terjadi di Jawa Barat. Hal ini yang menjadi salah satu faktor tingginya potensi bencana alam di Jawa Barat selama ini.
Berdasarkan data BPS tahun 2019, luas hutan di Jawa Barat mencapai 776.830,83 hektare dengan rincian hutan konservasi 170.140,38 hektare, hutan lindung 225.936,93 hektare, hutan produksi tetap 198.287,96 hektare dan hutan produksi terbatas 182.465,57 hektare.
"Kondisi hutan di Jawa Barat itu relatif degradasinya paling tinggi di Pulau Jawa. Apa yang mendasari itu, ada dua aspek yaitu kondisi existing dan aspek legalitas," ucap Pepep DW, aktivis lingkungan dan penulis buku Manusia Dan Gunung dalam diskusi di Bandung Zoo, Rabu (26/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pepep menyebut, aspek legalitas mengenai hutan di Jawa Barat membuat kerusakan lebih masif dari sebelumnya. Salah satu legalitas yang dimaksud adalah Kawasan Hutan Dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK).
Menurutnya, KHDPK merusak apa yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dimana perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya.
"Aspek legalitas di Jabar itu jadi bancakan pintu masuk aturan formal untuk merusak lebih masif dari sebelumnya. Dulu di UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, sekarang turunannya diambil alih KLHK," katanya.
"Kemudian ada salah satu kebijakan KHDPK, setiap jengkal hutan lindung boleh dimanfaatkan dan fakta hutan di Jabar ini kerusakannya semakin masif setelah KHDPK itu diterapkan," tegasnya menambahkan.
Dengan terus meluasnya degradasi hutan di Jawa Barat, Pepen menuturkan ada persoalan yang dihadapi yakni siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi. Sebab tupoksi penanganan hutan saat ini masih belum jelas.
"Cuma masalahnya memang di dalam konteks ini, kehutanan bukan kewenangan Pemprov (Jabar). Kalau melihat Jawa Barat agak sulit untuk mencari siapa penanggungjawabnya. Jadi kondisi hutan di Jabar kondisi degradasinya semakin hari semakin tinggi," pungkasnya.
(bba/orb)