Merawat Semangat Sembuh dari Rumah Pejuang Kanker Ambu

Merawat Semangat Sembuh dari Rumah Pejuang Kanker Ambu

Bima Bagaskara - detikJabar
Kamis, 20 Jun 2024 08:00 WIB
Rumah Pejuang Kanker Ambu
Rumah Pejuang Kanker Ambu. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Selama 2,5 tahun, waktu mungkin terasa singkat dalam hidup banyak orang. Namun, bagi Dewi Nurjanah, setiap detiknya terasa begitu panjang dan berat. Waktu itu dihabiskannya untuk mendampingi sang anak yang berjuang melawan kanker mata.

Sayangnya, Tuhan berkehendak lain. Setelah perjuangan yang begitu melelahkan, anak Dewi akhirnya menyerah dan pergi untuk selamanya. Kehilangan yang mendalam ini justru memicu Dewi untuk mendirikan Rumah Pejuang Kanker Ambu, sebuah tempat perlindungan bagi para penyintas kanker.

Rumah Pejuang Kanker Ambu didirikan Dewi pada tahun 2012, tiga tahun setelah anaknya didiagnosis kanker mata. Berlokasi di Jalan Bijaksana Dalam, Kelurahan Pasteur, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, rumah ini menjadi harapan bagi banyak keluarga yang mengalami nasib serupa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dewi, yang kini akrab disapa Ambu, menuturkan bahwa pengalamannya mendampingi sang anak yang berjuang melawan kanker selama dua tahun penuh dengan rasa pahit dan pedih.

"Rumah Pejuang Kanker Ambu didirikan tahun 2012 dimana tahun 2009, anak Ambu terkena kanker mata. Dua tahun berjuang akhirnya Allah memberikan yang terbaik, anak Ambu meninggal. Dari situ selang beberapa bulan, Rumah Pejuang Kanker Ambu berdiri hingga sekarang," kata Dewi yang juga akrab disapa Ambu saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Selama mendampingi sang buah hati berjuang melawan kanker, Dewi tahu betul betapa sulitnya mendapat akses informasi, menemukan rumah singgah, dan hingga mencari biaya. Dari situlah, niat Dewi untuk membantu para penyintas kanker tumbuh.

"Kenapa Ambu mendirikan rumah ini, Ambu merasakan perjuangan selama dua tahun itu pahit, pedih harus berobat anak, harus cari tempat tinggal dan menjalani kemoterapi sebanyak 105 siklus yaitu 3 tahun," ungkapnya.

Dewi tidak sendiri mendirikan Rumah Pejuang Kanker Ambu. Saat itu dia dibantu beberapa orang yang menjadi donatur untuk menyediakan rumah singgah bagi penyintas kanker. Bukan hanya tempat tinggal, segala fasilitas juga disiapkan.

"Dari situ didirikan, meski awalnya kesulitan untuk biaya, dibantu sama donatur itu alhamdulillah sampai sekarang bisa memfasilitasi pasien. Gratis mulai tempat tinggal, makan, obat-obatan, alat mandi, pampers, susu, antar jemput rumah sakit, mereka kita fasilitasi kami dampingi pula," ujar Dewi.

Dewi mengungkapkan, Rumah Pejuang Kanker Ambu ini adalah ungkapan rasa syukurnya atas semua yang pernah dia alami selama ini. Meski kehilangan anak kesayangannya, Dewi kini punya banyak 'anak' baru.

"Ini bentuk rasa syukur kepada Allah, ketika anak Ambu meninggal waktu itu sakit banget, hancur. Tiba-tiba mendirikan rumah ini, semua datang Ambu dampingi. Ternyata Allah ambil anak Ambu, Allah gantikan beratus-ratus (anak)," tuturnya.

Rumah Pejuang Kanker AmbuRumah Pejuang Kanker Ambu Foto: Bima Bagaskara/detikJabar

Di Rumah Pejuang Kanker Ambu ini, pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit tinggal untuk sementara. Bukan hanya pasien, orang tua dan pendamping juga ditampung Dewi di rumah singgahnya.

Total ada lima rumah singgah yang telah didirikan Dewi, empat berlokasi di satu kawasan di Kota Bandung, satu lainnya didirikan di Kabupaten Garut. Sebagian besar penghuni Rumah Pejuang Kanker Ambu adalah anak-anak hingga remaja.

"Ambu itu memfasilitasi bukan hanya pasiennya tapi juga orang tua yang mendampingi untuk meringankan beban mereka. Dulu Ambu merasakan gak ada yang bantu ketika Ambu merasakan itu, Ambu mendirikan untuk menyayangi mereka," ucap Dewi.

Sebagai pendiri Rumah Pejuang Kanker Ambu, Dewi tidak berdiam diri. Dia setiap hari selalu memberi perhatian, merawat dan mengedukasi pasien yang tinggal di tempatnya. Dewi sudah seperti ibu bagi mereka yang sedang berjuang untuk sembuh.

"Ambu disini menjadi ibu, bapak, kakak, saudara, supaya mereka bahagia. Jadi motivator supaya mereka bangkit dan mau berjuang dan mengikhlaskan apapun yang terjadi meski kita gak tahu ke depannya. Makanya kenapa disini 24 jam, Ambu memantau anak-anak di sini," katanya.

Saat ini, ada 33 penyintas kanker yang tinggal di Rumah Pejuang Kanker Ambu dan ratusan lainnya yang silih berganti datang dan pergi. Bagi Dewi, Rumah Pejuang Kanker Ambu adalah rumah kedua untuk pasien kanker.

"Jadi ini rumah kedua untuk mereka, kalau rumah singgah hanya sesaat ya tapi disini mereka lama, bisa tahunan Alhamdulillah mereka ini jadikan rumah kedua karena mereka perlu tempat untuk istirahat ketika kontrol," ucap Dewi.

Meski telah memiliki lima rumah singgah dan menyediakan segala fasilitas yang diperlukan, namun Dewi masih punya mimpi lainnya. Dia ingin Rumah Pejuang Kanker Ambu terus berkembang. Bahkan Dewi punya keinginan untuk memberi modal usaha bagi keluarga penyintas.

"Ingin lebih banyak lagi donatur supaya Ambu bisa lebih memberikan fasilitas kepada pasien agar maksimal. Meski disini sudah gratis, tapi Ambu ingin lebih maksimal lagi dan ingin memberi orang tua pasien modal usaha untuk pengobatan ke depannya," ujarnya.

"Di luar sana yang sama-sama sedang berjuang, Ambu berpesan agar terus semangat, teruskan perjuanganmu," tutup Ambu.

(bba/iqk)


Hide Ads