Bayi Laki-laki di Sukabumi Meninggal Diduga Usai Suntik Imunisasi

Bayi Laki-laki di Sukabumi Meninggal Diduga Usai Suntik Imunisasi

Siti Fatimah - detikJabar
Jumat, 14 Jun 2024 15:50 WIB
Ilustrasi Bayi Achondroplasia
Ilustrasi (Foto: iStock).
Sukabumi -

Seorang bayi laki-laki di Kampung Bantarpanjang, Warudoyong, Kota Sukabumi meninggal dunia diduga usai disuntik imunisasi BCG dan DPT di Puskesmas. Orang tua korban merasa curiga karena korban meninggal dengan cara tak wajar.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa itu terjadi pada Selasa (11/6/2024) lalu di Puskesmas wilayah Kelurahan Sukakarya, Kota Sukabumi. Bayi laki-laki yang diberi nama Muhammad Kenzie Arifin itu merupakan anak kedua dari pasangan suami istri Isan Nur Arifin (27) dan Deara Wulandari (27).

Deara selaku ibu korban mengatakan, Kenzie lahir secara normal dan sehat pada 14 Maret 2024 lalu. Pada 11 Juni 2024, anak keduanya itu meninggal dunia di Rumah Sakit Islam Asy-Syifa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, peristiwa itu bermula saat dia datang bersama anaknya ke Puskesmas sesuai jadwal yang ditentukan. Saat itu, kondisi anaknya sehat karena akan diimunisasi. Ditambah, bidan pun memeriksa suhu tubuh korban dan dinyatakan normal.

"Anak saya kan ketinggalan imunisasinya dari satu bulan habis lahir belum pernah imunisasi, jadi kata bidan ini suntiknya dua BCG sama DPT, terus yang ditetes ke mulut dua macam," kata Deara kepada detikJabar di Mapolres Sukabumi Kota, Jumat (14/6/2024).

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, bidan yang menangani korban diduga tidak meminta persetujuan orang tua. Empat jenis obat berupa suntik dan cairan itu diberikan sekaligus kepada korban.

"Pihak bidannya tidak ada melakukan tawaran dulu ke saya, setuju atau tidaknya obat ini diberikan, disekaliguskan. Terus sesudah cek suhu tubuh dikatakan normal sama bidan, lanjut penyuntikan tapi yang menyuntiknya bukan bidan, ada lagi beda orang. Bidan mah hanya ngasih tahu ke orang itu buat nyuntik BCG, DTT, sama obat yang ditetes ke mulut," ujarnya.

Kemudian, sekitar jam 09:00 WIB, mereka pulang ke rumah dengan kondisi anak masih dalam keadaan normal dan tidak menunjukkan gejala. Sekitar pukul 11:00 WIB, sang ibu memberikan obat sirup Paracetamol berdasarkan arahan bidan. Pada pukul 14:00 WIB, korban Kenzie tiba-tiba menangis histeris dan menolak minum ASI.

"Nah waktu sekitar jam 14:00 WIB si Dede-nya nangis tapi lama-lama suaranya teh makin kecil terus nggak mau nenen. Waktu itu langsung saya chat bidannya, terus datang bidannya sama seorang dokter ke rumah," ucap dia.

Di rumah, dokter dan seorang bida memeriksa suhu tubuh bayi dan dinyatakan normal. Namun, bayi itu disuntik di bagian anusnya.

"Kata bidan ini (disuntik di bagian anus) tindakan pertama. Habis disuntik diajak lah ke rumah sakit, di perjalanan si anak bibirnya sudah ungu terus kakinya dingin," sambungnya lirih.

Sesampainya di Rumah Sakit Asy-Syifa, korban diperiksa bagian dada dan oksigennya namun tidak merespons. Di hari yang sama sekitar pukul 15:00 WIB, bayi malang itu dinyatakan meninggal dunia.

"Dari situ kita pulang ke rumah sama bidan sama Dinas Kesehatan, terus anak saya dimakamkan jam 17:00 WIB, buku KIA (Kartu Ibu dan Anak) dibawa sama Dinas Kesehatan, alasannya buat penyelidikan namun sampai hari ini tidak ada perkembangan," ungkapnya.

Usai peristiwa tersebut, pihak keluarga berharap agar kasus ini ditangani sampai tuntas. Sejauh ini, dia baru membuat pengaduan ke aparat kepolisian.

"Kalau keinginan dari keluarga, kasus ini pengen sampai tuntas gitu ya, tidak ada yang ditutupi, apa penyebabnya anak saya sampai meninggal, apa dari karena obat yang terlalu banyak masuk? Atau karena kelalaian bidan atau karena obatnya kedaluwarsa atau apa gitu kan," kata dia.

"Kita nggak tahu, kita nggak paham soal itu (medis) yang lebih paham kan pasti dari pihak nakes atau bidan tersebut karena dari lahir anak saya nggak ada penuakit bawaan," tambahnya.

Sejak kematian bayi Kenzie, beberapa perwakilan Puskesmas disebut sempat datang ke rumah. Mereka mengucapkan belasungkawa dan menyatakan jika kasus itu ditangani oleh Provinsi Jawa Barat.

"Waktu hari Rabu (12/6) perwakilan dari Puskesmas ada datang ke rumah mengatakan belasungkawa terus menyatakan kasus ini lagi ditangani sama pihak ahli provinsi hanya ya sampai sekarang tidak ada kejelasan," ucapnya.

Dikonfirmasi terpisah, NA selaku Bidan yang menangani korban bayi menyebut, kasus itu masih ditelusuri. Dia enggan menceritakan lebih lanjut terkait peristiwa itu.

"Sudah ditangani Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi Jawa Barat," ucapnya singkat.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads