Kisah Nyata Pangeran Tidur dari Arab, Ini Fakta Ilmiahnya

Kabar Internasional

Kisah Nyata Pangeran Tidur dari Arab, Ini Fakta Ilmiahnya

Khadijah Nur Azizah - detikJabar
Kamis, 13 Jun 2024 23:30 WIB
Pangeran Arab Al Waleed bin Khaled bin Talal terbaring koma lebih dari 17 tahun usai mengalami kecelakaan pada tahun 2005.
Pangeran Arab Al Waleed bin Khaled bin Talal terbaring koma usai mengalami kecelakaan pada tahun 2005. (Foto: Tangkapan layar Twitter @Rima_Talal)
Bandung -

Pangeran Al-Waleed dijuluki sebagai 'Sleeping Prince' atau pangeran tertidur. Pangeran di Arab Saudi itu tertidur selama 19 tahun karena mengalami koma.

Mengutip detikHealth dari News Delivers, pria yang memiliki nama lengkap Al-Waleed bin Khaled Al-Saud itu mengalami koma sejak tahun 2005. Ia mengalami perdarahan otak dalam kecelakaan mobil di sebuah perguruan tinggi militer.

Dikutip dari Mayo Clinic, cedera otak traumatis sedang hingga berat dapat mengakibatkan perubahan yang berkepanjangan atau permanen pada kondisi kesadaran, kesadaran, atau daya tanggap seseorang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seseorang yang koma tidak sadarkan diri, tidak menyadari apapun dan tidak mampu merespon rangsangan apapun. Hal ini diakibatkan oleh kerusakan yang luas pada seluruh bagian otak. Setelah beberapa hari hingga beberapa minggu, seseorang mungkin memasuki kondisi vegetatif.

Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke (NINDS) mengemukakan bahwa orang yang koma tidak bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya karena tertekannya kemampuan berpikirnya.

ADVERTISEMENT

Namun fungsi otomatis seperti pernapasan dan sirkulasi biasanya tetap berfungsi. NINDS menunjukkan bahwa gerakan spontan, seperti meringis, tertawa, atau menangis, juga dapat terjadi sebagai refleks.

Mereka mungkin bisa bernapas sendiri, meski beberapa orang memerlukan mesin untuk membantunya bernapas.

Menurut penelitian tahun 2019, seseorang yang koma mungkin bisa mendengar suara di lingkungannya. Contohnya seperti langkah kaki seseorang yang mendekat atau suara orang yang berbicara.

Sebuah studi tahun 2015 menemukan bukti bahwa suara anggota keluarga dan orang-orang terkasih dapat membantu meningkatkan daya tanggap orang selama koma. Sementara beberapa peserta menjalani pelatihan familiar auditory sensory (FAST), peserta dalam kelompok plasebo hanya menerima keheningan. Pemindaian MRI menunjukkan perbaikan neurologis pada mereka yang mengalami FAST.

Jika dokter berhasil mengobati penyebab koma, orang tersebut pada akhirnya akan terbangun tanpa kerusakan permanen. Mereka mungkin mengalami kebingungan pada awalnya, namun biasanya mereka akan mengingat apa yang terjadi sebelum koma dan dapat melanjutkan hidup mereka. Biasanya, beberapa rehabilitasi atau terapi fisik diperlukan.

Jika kerusakan otak telah terjadi, kerusakan jangka panjang dapat terjadi. Jika orang tersebut terbangun, mereka mungkin perlu mempelajari kembali keterampilan dasar, dan mereka mungkin tidak ingat apa yang terjadi. Namun, dengan dukungan, seperti terapi fisik dan okupasi, banyak orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini

(kna/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads