Upaya Hadapi Serangan Hama Wereng di Lahan Pertanian Tasik

Upaya Hadapi Serangan Hama Wereng di Lahan Pertanian Tasik

Faizal Amiruddin - detikJabar
Kamis, 13 Jun 2024 02:00 WIB
Bila berwisata ke Tasikmalaya, belum lengkap rasanya jika tidak mampir kawasan Kampung Naga seperti terlihat akhir pekan lalu (26/3/2011). Keelokan alam, sawah berundak dan lembah menghijau yang dibelah sungai menjadi pemandangan yang sulit dihindari. Ari saputra/file/detikfoto
Ilustrasi sawah (Foto: Ari Saputra)
Tasikmalaya -

Merebaknya serangan hama wereng terhadap tanaman padi di Tasikmalaya mulai disikapi banyak pihak. Selain menyebabkan tangis ratusan petani, serangan hama penyebab gagal panen ini berdampak langsung terhadap produksi beras dan lebih jauhnya terhadap ketahanan pangan.

"Kami terus-terusan turun ke lapangan, mengumpulkan petani untuk memberikan penyuluhan sekaligus penanggulangan," kata Asep Ridwan koordinator penyuluh pertanian BPP Kecamatan Cibeureum sekaligus Ketua Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) Kota Tasikmalaya, Rabu (12/6/2024).

Dia menjelaskan jenis hama yang tengah merebak di Tasikmalaya ini merupakan wereng batang coklat (WBC). Dia juga mengakui bahwa serangan hama wereng ini mengejutkan petani karena selama ini dianggap sudah hilang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya memang kehadirannya mengejutkan petani, WBC ini oleh petani dianggap sudah tak ada, terakhir merebak di tahun 80-an. Makanya sekarang kita gencarkan lagi penyuluhan terkait si WBC ini," kata Asep.

Menurut dia ada beberapa faktor yang diduga menjadi pemicu kebangkitan kembali hama yang bisa menandaskan tanaman padi dalam waktu yang relatif singkat itu. Salah satunya adalah perubahan iklim atau kondisi cuaca yang tidak menentu. Selain itu menurut Asep saat ini banyak petani yang tidak menggunakan benih berkualitas atau benih yang bukan dikeluarkan oleh pemerintah.

ADVERTISEMENT

"Faktor perubahan iklim sudah jelas, kemudian sekarang banyak petani yang pakai benih yang kurang berkualitas, bukan benih yang dikeluarkan oleh Balai Besar Tanaman Padi. Kalau pakai benih unggulan, relatif lebih tahan hama, karena merupakan hasil penelitian," kata Asep.

Hal lain yang diduga memicu kebangkitan hama wereng, menurut Asep adalah terjadinya gangguan ekosistem atau rantai makanan. Populasi predator wereng seperti capung, laba-laba dan lainnya berkurang.

"Gangguan ekosistem juga bisa jadi memicu masalah ini. Predator wereng berkurang karena penggunaan pestisida yang tidak terukur, seharusnya penggunaan pestisida itu jurus terakhir," kata Asep.

Untuk penanganan jangka pendek, saat ini pihaknya melakukan penyemprotan insektisida. Sebagian ada bantuan dari pemerintah, dan sebagian besar lainnya petani merogoh kocek sendiri untuk membeli cairan pembasmi wereng tersebut.

"Kami para penyuluh yang tergabung di Perhiptani juga urunan untuk memberi bantuan insektisida kepada petani, ya membantu meringankan kesulitan petani, khususnya wilayah binaan kami di Kecamatan Cibeureum, Purbaratu dan Tamansari dengan luas sekitar 2.000 hektar," kata Asep.

Terpisah Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tasikmalaya, Adang Mulyana membenarkan bahwa pihaknya sudah turun tangan untuk menangani kesulitan yang dihadapi oleh petani padi di Kota Tasikmalaya ini.

Berdasarkan laporan yang masuk, menurut Adang luas sawah yang ludes terserang hama wereng mencapai 80 hektar. Namun demikian dia mengaku tak bisa memastikan apakah laporan luas lahan terdampak itu sesuai dengan kenyataan di lapangan atau tidak.

"Ya kalau laporan yang masuk sekitar 80 hektar, belum ada update. Tapi kan tidak semua terdampak, karena tidak semua panen serentak," kata Adang.

Dia menambahkan upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan dan pengendalian hama.

"Kita sudah tangani, sudah lakukan pengendalian, penyemprotan dan kita sudah berikan imbauan kepada petani. Mudah-mudahan serangan ini tak terulang di musim panen yang akan datang," kata Adang.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads