Reaksi SMK di KBB soal Siswinya Di-bully Teman hingga Meninggal

Reaksi SMK di KBB soal Siswinya Di-bully Teman hingga Meninggal

Whisnu Pradana - detikJabar
Selasa, 11 Jun 2024 15:54 WIB
Pihak SMK Kesehatan Rajawali KBB Buka Suara Soal Siswinya Dirundung Teman
Pihak SMK Kesehatan Rajawali KBB Buka Suara Soal Siswinya Dirundung Teman (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Bandung Barat -

Aksi perundungan di lingkungan sekolah belum sepenuhnya hilang. Kali ini terjadi di SMK Kesehatan Rajawali, Cihanjuang Rahayu, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Korbannya ialah NFN (18), siswi yang diduga menjadi korban perundungan oleh teman sekolahnya sendiri berinisial A. Aksi perundungan yang dialami NFN ternyata berlangsung selama tiga tahun lamanya atau selama ia bersekolah di SMK tersebut.

NFN dikabarkan mengalami depresi akibat perundungan tersebut, yang berpengaruh pada kondisi kesehatan fisik dan mentalnya. Puncaknya, korban akhirnya meninggal dunia pada 30 Mei 2024 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menanggapi dugaan perundungan itu, pihak SMK Kesehatan Rajawali akhirnya buka suara. Mereka berdalih selama tiga tahun, tak pernah menerima laporan adanya dugaan perundungan yang dimaksud.

"Laporan dari wali kelas dua siswi kami NFN dan A, mereka itu terlihat baik-baik saja. Selama masa belajar kurang lebih tiga tahun ini, kami tidak menerima laporan dari siswa maupun orangtua siswa terkait bullying," kata Kepala Sekolah SMK Kesehatan Rajawali Rizki Zaskia Hilmi saat ditemui, Selasa (11/6/2024).

ADVERTISEMENT

Pihaknya, kata Rizki, baru mengetahui adanya dugaan perundungan itu saat menjenguk korban NFN yang sedang sakit. NFN mulai jatuh sakit pada 8 Mei lalu. Saat itu ia tiba-tiba tumbang setelah kegiatan pergelaran kesenian.

"Nah tanggal 12 Mei, baru diketahui adanya dugaan perundungan itu dari orangtua NFN. Dari situ, kami lakukan penelusuran ke guru dan teman A dan NFN diketahui saat kegiatan ternyata tidak ada interaksi antara keduanya," kata Rizki.

Kemudian soal pernyataan orangtua NFN yang menyebut bahwa A kerap minta digendong oleh anaknya, juga dibantah sebagai bentuk perundungan. Rizki mengatakan hal itu merupakan candaan antar teman.

"Penelusuran kami, tidak ada yang mengarah ke bullying fisik. Soal gendong-menggendong itu terjadi di kelas 10. Menurut teman-temannya, dilakukan bergantian antara siswa A dan siswa NFN," kata Rizki.

Kemudian soal dugaan perundungan dari sisi verbal, pihaknya masih memverifikasi hal tersebut apakah itu termasuk kategori candaan ataukan menjurus ke arah perundungan.

"Dari sisi verbal kami masih verifikasi apakah candaan yang dulu oleh siswa A apakah menjurus ke bully, kami masih komunikasi dengan Dinas Perlindungan Anak," kata Rizki.

Pihaknya mengaku, sudah sempat berkomunikasi dengan kedua keluarga. Bahkan sudah memfasilitasi pertemuan antara keluarga NFN dengan keluarga A yang diketahui tinggal tak terlalu berjauhan.

"Jadi saat pertemuan mediasi itu, siswa NFN ini minta supaya tidak diperpanjang masalahnya. Kemudian orangtua A dan NFN ini juga terlihat baik-baik saja, mereka sepakat berdamai. Tapi ternyata tanggal 30 Mei kami terima kabar NFN meninggal dunia," kata Rizki.

Di situ, keluarga NFN sempat mendatangi sekolah untuk melaporkan kasus perundungan itu lagi. Kemudian pihaknya menggelar mediasi kedua antara dua keluarga pada 10 Juni kemarin.

"Cuma di situ posisinya sama-sama agak panas, jadi belum sampai ke kesepakatan berdamai. Cuma secara lisan memang sudah ada, hanya saja masih mengganjal. Jadi kami putuskan akan dimediasi lagi," ujar Rizki.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads