Hewan kurban domba maupun sapi yang berada di Pasar Hewan, Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, dipasangi kalung sehat. Hal tersebut agar memastikan bahwa hewan kurban jelang Idul Adha 2024 di Sumedang dalam keadaan sehat.
Sebelum dipasangkan kalung sehat, hewan kurban ini terlebihdahulu dicek kesehatan oleh dokter hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumedang serta UPTD Pasar Hewan Tanjungsari, Selasa (11/6/2024).
Menurut petugas kesehatan hewan Diskannak Sumedang Rizki Andre, penyematan kalung sehat pada hewan kurban kali ini sebagai tanda bahwa kesehatan hewan kurban aman untuk penjual maupun pembeli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalung sehat itu bisa bilang disematkan untuk hewan kurban sehat setelah diperiksa oleh dokter hewan sebagai tanda saja kalau hewan itu sehat dan aman bagi penjual maupun pembeli nantinya," ujar Rizki di Pasar Hewan, Tanjungsari, Sumedang.
Rizki mengatakan, pemeriksaan kesehatan hewan ini meliputi bagian fisik seperti pada kondisi tubuh hewan, mulut, kuku, mata, hingga kulit. Pada kesempatan kali ini pihaknya juga mengecek dan mengantisipasi hewan kurban terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Setelah kami cek di sini kondisinya sehat semua tidak ada indikasi yang terjangkit penyakit terutama PMK. Hewan yang sehat bisa dilihat dari fisik, bisa dilihat dari matanya yang cerah berarti sehat, terus posturnya berdiri tegak atau nggak, yang paling utama memang pemeriksaan fisiknya," katanya.
"Kalau misalkan ada indikasi seperti PMK kita cek mulutnya biasanya mulutnya itu ada seperti sariawan. Tapi sejauh ini dari hasil pemeriksaannya tidak ada," sambungnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sejumlah hewan di Pasar Hewan Tanjungsari, Rizki memastikan semuanya dalam kondisi sehat. Meski demikian pihaknya meminta masyarakat tetap waspada, lantaran saat ini banyak hewan dari luar provinsi masuk ke Sumedang.
"Yang masuk ke sini juga kan banyak yang dari luar provinsi, bisa saja hewan tersebut membawa penyakit. Jadi kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap penyakit-penyakit yang dibawa," pungkasnya.
Imbauan MUI Jabar Jelang Idul Adha
Kurang dari sepekan, umat muslim di Indonesia bakal melakukan ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, mengingatkan kepada masyrakat yang hendak berkurban untuk memperhatikan kelayakan hewan yang hendak dikurbankan. Hal tersebut dikatakan Sekretaris MUI Jabar Rafani Akhyar.
Rafani mengatakan, hewan kurban yang hendak disembelih harus dalam kondisi sehat dan umurnya mempuni. Selain itu, hewan kurban sudah diperiksa dinas terkait.
"Pertama, bagi yang akan kurban harus beli hewan selektif, pilih yang sehat, segar dan tidak ada penyakit. Semua itu didasarkan pada keterangan yang diberikan dinas tetkait, sebab kita dianjurkan berkurban dengan hewan yang sehat," kata Rafani kepada detikJabar, Selasa (11/6/2024).
"Kedua, dalam pelaksanaan penyembelihan harus mengaku ketentuan syariat," tambahnya.
Penyembelihan sesuai syariat, menurut Rafani yakni hewan kurban disembelih oleh Tim Juleha atau juru sembelih halal. "Juleha itu sudah dilatih berdasarkan ketentuan syariat, sebaiknya bagi panitia penyelenggara hewan kurban, bagi yang belum tersedia penyembelihan untuk hubungi Tim Juleha itu," ujarnya.
Selain itu, untuk poin ketiga dalam proses distribusi harus dilakukan sebaik mungkin tanpa menimbulkan permasalahan.
"Distribusi harus dijaga, jangan sampai timbulkan kerawanan, harus berkoordinasi dengan RT dan RW masing-masing, kita mengacu data RT dan RW, tidak dikumpulkan dan berkerumun karena dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan," paparnya.
Menurut Rafani, pendistribusian hewan kurban itu harus ke fakir miskin dan itu harus diprioritaskan. "Memang bagi pekurban boleh mengambil sebagian, tapi harus betul-betul karena ibadah kurban punya dimensi sosialnya, dimensi sosial kepada fakir miskin dan orang tidak mampu," terangnya.
Tak hanya itu, Rafani juga ingatkan panitia kurban jangan jadikan momen ini sebagai momen aji mumpung.
"Panitia hindari aji mumpung, panitia suka ada yang bandel, hilang bagian hewan kurban, panitia harus benar-benar ikhlas berdasarkan panggilan agama," tuturnya.
Sementara itu, untuk pelaksanaan salat Idul Adha yang waktunya lebih cepat wilayah Timur Tengah, Rafani juga sebut jika perbedaan sudah menjadi hal biasa.
"Ada fenomena baru, untuk di Asia Tenggara sama semua, tapi Timur Tengah lebih cepat, secara teknis saya tak mengetahui, tapi setiap tahun juga ada perbedaan dan itu jangan dijadikan masalah," terangnya.
"Tapi untuk puasa arafah, untuk pelaksanaan Idul Adha di Hari Senin, puasanya tetap hari Minggu, bukan berdasarkan wukuf, ketika sudah ditentukan Idul Adha Tanggal 10 maka puasanya Tanggal 9," pungkasnya.
(mso/mso)