Bara dan Aya, dua nama itu dipilih Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung sebagai penamaan maskot Pilkada 2024. Uniknya, kedua maskot itu mengenakan wujud manuk cangkurileung atau burung kutilang.
Bara punya ciri khas memegang paku dan mengenakan ikat kepala batik senada dengan jarik atau sapit urangnya. Sementara Aya mengenakan jepit bunga di dahi dan jarik yang senada, terlihat membawa surat suara berlogo KPU.
Pemilihan karakter hewan dan penamaannya bukan tanpa alasan. Ketua KPU Kota Bandung, Wenti Frihadianti mengungkapkan bahwa Bara dan Aya jika disatukan merujuk pada nama Baraya, yang dalam bahasa Sunda artinya saudara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Manuk Cangkurileung ini khas Kota Bandung yang secara filosofinya, artinya kebebasan karena masyarakat ataupun pemilih memiliki kebebasan untuk memilih sesuai hati nuraninya. Harapan kami juga bisa memilih dengan perasaan gembira suka cita gitu, seperti halnya dengan karakter dari manuk cangkurileung itu sendiri," kata Wenti dalam acara Peluncuran Maskot dan Jingle Pilkada 2024, Minggu (9/6/2024) malam.
"Kemudian Kang Bara dan Teh Aya itu ada filosofinya juga, Bara artinya Bandung Kasih Suara, Aya ini Akur Sauyunan (akur sepaham). Jadi karena memang kita kan berharapnya implementasi dari Pilkada ini lebih kepada persatuan, persaudaraan. Jadi walaupun kita beda pilihan, tapi pada intinya kita pun harapannya jaga persatuan, ingin melahirkan pemimpin yang lebih baik, temanya Bandungan Indung, yang tentunya cinta dengan daerahnya sendiri," lanjutnya.
Burung kutilang yang memiliki nama latin Pycnonotus aurigaster itu memang dikenal bebas, dapat hidup dan bertahan tempat di berbagai tempat. Manuk cangkurileung mudah ditemukan di pepohonan terbuka, tepi hutan, semak belukar, vegetasi sekunder, tepi jalan, pekarangan, kebun, hingga taman-taman di perkotaan.
Sementara itu jingle Pilkada Kota Bandung 2024 pun tak kalah spesial, sebab diciptakan oleh pencipta lagu Sunda yang kondang, Doel Sumbang. Jingle tersebut diberi judul 'Pilih Pemimpin Bandung'.
"Karena bagaimanapun kan kota Bandung jadi barometer ya untuk daerah di provinsi Jawa Barat ini, kami juga berharap maskot dan jingle ini bisa meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memilih pada 27 November nanti," ujarnya.
Bicara soal proses menuju Pilwalkot, Wenti menyebut saat ini pihaknya tengah menyelaraskan PKPU dan Perda. Kemudian pendataan pemilih dan pemutakhiran data pemilih pemula, yang diperkirakan bakal memilih di 3.576 TPS Kota Bandung.
"Nanti Pantarlih akan langsung secara door-to-door mengecek keakuratan dari data pemilih tersebut. Jangan sampai nantinya data yang memang kita kumpulkan ini tidak sesuai dengan hasil yang di lapangan. Tentunya kami pun akan terus monitor sampai bagaimana mereka kinerjanya di lapangan," tutur Wenti.
Wenti mengatakan pada tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu di Februari lalu, mencapai angka 83 persen. KPU kemudian menargetkan partisipan naik sampai tujuh persen pada Pilkada nanti, atau mencapai 90 persen partisipasi masyarakat. Maka, menurutnya cara yang perlu ditempuh yakni menggencarkan sosialiasi Pilkada 2024 kepada seluruh lapisan masyarakat melalui berbagai program yang akan dilakukan.
"Targetnya mudah-mudahan bisa sampai 90 persen. Kita upayakan bersama karena kita melihat dari program sosialiasi ubtuk Pilkada ini banyak sekali," katanya.
"Beberapa program sosialisasi dan salah satunya itu seperti debat kandidat yang nantinya akan dilaksanakan oleh KPU Kota Bandung dan diumumkan di KPU Provinsi Jabar," sambungnya.
(aau/dir)