Kebun Melon Leuwihieum, Cara Pemuda di Tasik Manfaatkan Lahan Tidur

Kebun Melon Leuwihieum, Cara Pemuda di Tasik Manfaatkan Lahan Tidur

Faizal Amiruddin - detikJabar
Minggu, 09 Jun 2024 11:30 WIB
Warga tengah menyiangi kebun melon di Kampung Leuwihieum, Kelurahan Sukarindik Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
Warga tengah menyiangi kebun melon di Kampung Leuwihieum, Kelurahan Sukarindik Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Kecintaan pada kampung halaman dan semangat gotong royong, telah mendorong sejumlah pemuda di Kampung Leuwihieum, Kelurahan Sukarindik Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya, memanfaatkan berbagai potensi yang ada di wilayahnya.

Salah satunya adalah upaya pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan pertanian produktif. Sekelompok pemuda di kampung ini memilih melon sebagai komoditas rintisan usaha agrobisnis. Meski kapasitas produksinya belum terlalu besar, namun langkah ini setidaknya bisa menyalurkan energi anak-anak muda di kampung itu untuk lebih produktif.

"Kami berniat memperluas green house melon ini, kebetulan ini masih ada lahan di sampingnya," kata Luthfi (34), Ketua RT 02 RW 04, sekaligus sosok yang menginisiasi gerakan anak muda di Kampung Leuwihieum, Sabtu (8/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini mereka tengah mengelola sebuah kebun melon seluas 8 x 30 meter. Setidaknya ada 4 orang pemuda setempat yang diberdayakan untuk mengurus kebun melon itu. Mereka mencoba membangun mimpinya dengan menerapkan teknologi pertanian modern.

"Besok Insya Allah panen, ini adalah panen kedua. Tiga bulan lalu kami sudah panen perdana," kata Luthfi.

ADVERTISEMENT

Kali ini melon yang akan dipanen adalah jenis Amanda Tavi, varietas melon yang tergolong kelas menengah. Luthfi sengaja memilih jenis ini dengan harapan harga jualnya hasil panennya tidak terlalu mahal, targetnya bisa terjual dengan harga Rp 15 ribu per kilogram. Meski tergolong melon kelas menengah, namun rasanya tak kalah dengan melon premium. Luthfi juga menaruh harapan bisa meraup untung lebih banyak akan hasil panen keduanya ini.

"Kalau panen pertama kita menanam melon jenis Itanon, melon premium. Harga jualnya Rp 25 ribu per kilogram. Tapi waktu itu sempat terkena hama jamur, tapi minimal balik modal. Nah sekarang panen Amanda Tavi, mudah-mudahan bisa lebih cuan," kata Luthfi.

Dia menjelaskan bisnis pertanian memiliki lika-liku yang cukup menantang. Setidaknya sejak mengurus kebun melon, hampir setiap pagi dia harus berdiskusi dengan kawan-kawannya untuk mengulik detail cara mendapat panen yang maksimal.

"Kalau soal pemasaran aman, banyak yang siap menampung. Bahkan panen yang kemarin habis terjual ke masyarakat sekitar," kata Luthfi.

Anif (20) salah seorang pemuda yang ikut terlibat mengurus green house melon Leuwihieum itu, mengaku menikmati aktivitasnya sebagai petani. Mahasiswa Universitas Siliwangi itu mengaku jadi punya kegiatan lain selepas kuliah.

"Senang jadi petani melon. Dari pada diam atau main ponsel, mendingan ikut ngurus green house, bisa nambah uang jajan," kata Anif. Dia mengaku bangga dengan kekompakan warga di kampungnya, sehingga hampir semua potensi di lingkungannya diupayakan untuk bisa dimanfaatkan.

Tokoh pemuda setempat Adhitya Hiracahya menjelaskan green house melon menjadi salah satu bagian dari upaya warga di kampungnya untuk merawat dan memanfaatkan potensi alam yang dimiliki.

"Kita ini warga Kota Tasikmalaya, tapi kultur dan potensi alam kita seperti di kampung. Saya pikir ini justru sebuah kelebihan yang harus dimanfaatkan oleh masyarakat," kata Adit.

Kehadiran kebun melon menurut dia semakin melengkapi daya tarik atau pengembangan potensi yang dimiliki Kampung Leuwihieum. Sebelumnya kampung ini sudah dikenal dengan keberhasilannya menata selokan atau sungai dan bantarannya menjadi spot menarik. Selokan di kampung ini bersih dan ditanami ikan, sehingga memiliki daya tarik bagi orang luar untuk bertandang ke kampung ini.

"Kita lakukan bertahap, nggak usah grasa-grusu. Kita ingin penataan kawasan dan pemanfaatan potensi ini berkelanjutan, bukan hanya sekedar seremonial," kata Adit.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads