Pilu menerpa warga di Jalan Cibangkong Lor, RT 01 RW 5, Batununggal, Maleer, Kota Bandung. Pipa yang melintang di bawah bangunan tempat tinggal mereka, pecah dan meluluhlantakkan pemukiman padat penduduk itu pada Rabu (5/6/2024) sore.
Akibatnya, dua rumah rusak berat, kirmir sungai roboh, sementara 95 rumah terendam 'banjir' dadakan dari air pipa tersebut. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Namun, Dirut Perumda Tirtawening, Sonny Salimi mengatakan musibah itu juga memengaruhi aliran air ke Kota Bandung. Sonny menjelaskan jika mulanya aliran air sebanyak 1.400 liter/detik, kini kuantitas aliran air untuk sebagian rumah di Kota Bandung akan berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dugaan Penyebab Pipa PDAM Pecah di Bandung |
Diperkirakan, bakal ada 90.000 warga Kota Bandung yang terdampak soal hambatan aliran air PDAM. Sehingga dipastikan aliran air akan dalam kondisi menyala kecil, tak seperti biasanya.
"Yang terdampak ya sekitar 90 ribu, tapi tidak berhenti total karena kami masih berproduksi. Cuma nanti kuantitas yang disampaikan menjadi sedikit berkurang lah kira-kira begitu. Karena kami masih bisa mengoptimalkan sistem dari Dago Bengkok. Mudah-mudahan tidak terlalu signifikan lah ya," ucap Sonny, Kamis (6/6/2024).
"Gambarannya yang terdampak itu yang dari Pajajaran ke bawah, Dago ke atas itu aman," lanjutnya.
Setelah proses evakuasi dan pembersihan area terdampak terus berlangsung, pada Jumat (7/6/2024) pagi akhirnya perbaikan sudah mulai bisa dilakukan. Sonny mengatakan, pihaknya menemukan ada retakan memanjang pada pipa yang sudah berumur tersebut.
"Jadi pecahnya kemarin itu tidak pecah dalam bentuk bulat, tetapi dalam retakan memanjang. Satu batang pipa hari ini harus diganti," ucapnya saat ditemui di lokasi, Jumat (7/6/2024) pagi.
Soal penyebab pipa pecah, Sonny belum bisa menjelaskan penyebab akuratnya. Ada banyak masalah kompleks yang diduga jadi penyebab. Sejauh ini menurut Sonny, dugaan sementara yakni akibat adanya retakan pipa karena pergeseran tanah.
"Kenapa sih pipa ini bisa pecah? Ini juga kita sulit ya, tetapi ini mah hipotesa saya aja, yang perlu dibuktikan ya, kalau dari beberapa kejadian pipa pecah yang kita miliki itu biasanya diawali dengan ada kondisi gempa," ucapnya.
"Kemarin kan Bandung beberapa kali ada gempa. Ketika ada kondisi gempa-gempa itu biasanya saya sudah berhitung, ini pasti (ada bocor) mudah-mudahan tidak, tapi ternyata ada. Ketika ada gempa, pipa yang sudah tertanam lama atau sudah terjadi perubahan di tanah, posisinya agak bergerak," lanjut Sonny.
Selain itu, beberapa faktor penyebab lain menambah beban dari pipa semakin berat. Salah satunya adalah akses penggunaan air tanah yang semakin masif, ditambah dengan adanya bangunan di atas timbunan pipa.
"Kan penggunaan juga menurunkan muka tanah, artinya juga posisi pipa mungkin juga sudah menjadi tidak lagi seperti semula. Kemudian ada tekanan air, ini juga menjadi rentan untuk bisa pecah," ujar Sonny.
"Yang menjadi fokus juga kita semua sekarang hari ini, seperti yang kita lihat bahwa ternyata pipa kita hari ini tertanam di atas bangunan-bangunan. Nah ini juga kan yang membuat kita juga perlu ada solusi ke depan. Karena kalau kami saja ingin mensolusikan, pasti tidak mungkin. Karena urusan kami hanya tentang pipa air," imbuhnya.
Sekadar diketahui, pemukiman padat penduduk tersebut berdiri di atas lahan PT KAI yang disewa oleh PDAM Tirtawening. Area rel yang sudah jadi lahan kosong atau rel mati, kemudian jadi pemukiman yang turut dibangun juga TPU Muslim Maleer.
"Biasa sepanjang jalan kereta api, ini memang ada pipa kita. Jadi kita itu memang bayar, kita memang sewa sama PT KAI untuk memasang pipa di bantaran atau 6 meter dari jalur kereta," tutur Sonny.
"(Sudah komunikasi dengan PT KAI?) Belum sih, ya. Mungkin juga urusan itu nanti kita akan koordinasi ya, mungkin PT KAI juga misinya sudah paham dan tahu ya terkait dengan aset-aset yang mereka miliki dan mereka itu posisi hari ini itu seperti apa. Itu kewenangan beliau-beliau di sana," imbuhnya.
Sonny pun juga mengklarifikasi bahwa pihaknya selalu melakukan maintenance atau pemeliharaan pipa sesuai SOP. Menurutnya, musibah kebocoran pipa merupakan hal-hal yang tidak bisa dihindari akibat beragam faktor.
"Nah kalau bicara PDAM ini tidak melakukan operasi maintenance dengan baik. Enggak lah, kita melakukan operasi dan maintain dengan baik. Apa buktinya Kita selalu rutin setiap minggu membuka washed out, membuka air untuk menghilangkan udara-udara yang terjebak dan kotoran-kotoran. Ini adalah standar untuk mengoperasikan dan mengharap pipa," tuturnya.
"Nah, hal-hal di luar itu kan nggak bisa. Memelihara tiba-tiba bukan dibersihkan ya, kan tertanam di bawah tanah, ya. Kayak di Jepang rentan gembpa, yang terdampak air minum, pipa gas, listrik karena menempel kepada struktur tanah. Nah, ini juga mudah-mudahan menjadi pemikiran kita semua," sambung Sonny.
(aau/sud)