Solihin, seorang pria berumur setengah abad asal Garut membuat heboh usai mengaku tidak bisa tidur selama lebih dari 4 tahun. Setelah ditelusuri, Solihin ternyata mengalami gangguan psikis dan kesehatan yang membuat dirinya tak bisa terlelap tidur.
Solihin merupakan warga Kampung Cijeler Kidul, Desa Leuwigoong, Kecamatan Leuwigoong, Garut. Belum lama ini, kepada detikJabar, Solihin mengaku tidak bisa tidur sejak tahun 2020 silam.
Peristiwa itu, bermula ketika dirinya mengeluh sakit pada bagian telinga sebelah kanan. Solihin, waktu itu, kemudian mengguyurkan air ke dalam telinga. Namun, bukan lebih baik, telinganya malah mengeluarkan suara dengung hingga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suara tersebut, membuatnya sangat terganggu. Bahkan, membuatnya tidak bisa tidur hingga kini. "Memang tidak bisa tidur karena ini (telinga) sakit. Kalau rebahan bisa, kalau tidur itu tidak bisa. Benar-benar tidak bisa," kata Solihin.
Solihin sudah berupaya untuk sembuh. Beberapa kali dia berobat baik ke puskesmas, maupun ke rumah sakit. Tapi, tidak kunjung sembuh. Setelah kasusnya ramai jadi perbincangan, Tim dari Puskesmas Leuwigoong juga dikabarkan sempat memeriksanya lagi. Tapi menurut Solihin, tidak ada solusi.
"Sempat diperiksa oleh tim dari Puskesmas," katanya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dari tim Puskesmas Leuwigoong sendiri, diketahui Solihin mengalami gangguan pada bagian telinga sebelah kanan. Selain itu, kondisi psikis juga membuat Solihin tidak karuan.
Solihin diketahui merupakan ayah dari Agum Gumelar. Seorang remaja asal Garut, yang dibunuh temannya gara-gara sakit hati terkena smash bola voli tahun 2023 silam. Kondisi itu diperparah, usai Solihin juga ditinggal sang istri belum lama ini.
Solihin berharap agar dirinya ditangani serius oleh pemerintah. "Ingin ditangani secara serius. Karena saya sudah mencoba berobat tapi tetap tidak sembuh-sembuh," pungkas Solihin.
Solihin saat ini, diketahui hanya mendapatkan penanganan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya. KPAID sendiri, menangani Solihin atas kaitannya dengan kematian sang anak, Agum. Dan bukan spesifik menangani permasalahannya yang tidak bisa tertidur.
"Kita menurunkan tim terapi psikis, karena Pak Solihin mengaku tidak bisa tidur sejak tahun 2020 sampai hari ini," kata Ato Rinanto, Ketua KPAID Tasikmalaya.
Ato mengaku, akan menyampaikan permasalahan yang dialami Solihin kepada Pj Bupati Garut dalam waktu dekat. Sebab, Solihin harus ditangani secara serius untuk menjaga kondisi kesehatan dan psikisnya.
(dir/dir)